Rusia Ragukan Insiden Serangan AS Terhadap Tentara Suriah ‘Tak Disengaja’

Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mempertanyakan mengapa AS — setelah bertahun-tahun terlibat dalam operasi militer di Suriah — baru kali ini, dan secara tiba-tiba, memilih untuk "membantu" tentara Suriah mempertahankan Deir ez-Zor.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mempertanyakan mengapa AS — setelah bertahun-tahun terlibat dalam operasi militer di Suriah — baru kali ini, dan secara tiba-tiba, memilih untuk "membantu" tentara Suriah mempertahankan Deir ez-Zor.

Reuters
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mempertanyakan mengapa AS — setelah bertahun-tahun terlibat dalam operasi militer di Suriah — baru kali ini, dan secara tiba-tiba, memilih untuk "membantu" tentara Suriah mempertahankan Deir ez-Zor.

Keinginan mendadak AS untuk "membantu" tentara Suriah memerangi ISIS di timur kota Deir ez-Zor, yang berujung pada serangan yang menewaskan dan melukai puluhan tentara Suriah, tak terlihat seperti kesalahan yang tak disengaja, kata perwakilan tetep Rusia di PBB kepada para wartawan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB.

"Hal ini sangat mencurigakan karena Amerika Serikat memilih untuk melakukan serangan udara yang tak biasa ini," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin, seperti yang dikutip RT.

Churkin mempertanyakan mengapa AS — setelah bertahun-tahun terlibat dalam operasi militer di Suriah — baru kali ini, dan secara tiba-tiba, memilih untuk "membantu" tentara Suriah mempertahankan Deir ez-Zor. Padahal, kata Churkin mengingatkan, selama ini pasukan Amerika hanya mengamati gerakan teroris dan bahkan tak melakukan apa-apa ketika ISIS menyerang dan menguasai Tadmur.

Selain itu, Churkin juga mempertanyakan mengapa AS memutuskan untuk merahasiakan dan tidak memublikasikan teks kesepakatan yang dicapai Rusia dan AS di Jenewa pada dunia internasional atau bahkan pada anggota Dewan Keamanan PBB.

Pada bagian pembukaan dokumen yang ditandatangani oleh kedua negara pada 9 September lalu, tertulis bahwa AS dan Rusia siap untuk melakukan "upaya bersama" demi menstabilkan situasi di Suriah, khususnya di wilayah Aleppo, dan akan memisahkan kekuatan oposisi moderat dari kelompok teroris al-Nusra. Bagian kedua, kata Churkin, disebutkan bahwa tujuan dari Kelompok Implementasi Gabungan (JIG) adalah untuk "mengaktifkan koordinasi yang diperluas" antara AS dan Rusia dalam bekerja sama untuk mengalahkan Jabhat al-Nusra dan ISIS dan mendukung proses transisi politik.

"JIG seharusnya mulai aktif bekerja pada 19 September. Jadi, jika AS ingin melakukan serangan efektif terhadap al-Nusra atau ISIS — di Deir ez-Zor atau di mana pun — mereka bisa menunggu dua hari lagi sambil berkoordinasi dengan militer kami dan memastikan bahwa mereka menyasar target yang tepat," kata Churkin, "sebaliknya, mereka memilih untuk melakukan operasi sembrono ini."

Sebelumnya, RT melaporkan bahwa empat serangan yang dilancarkan dua jet tempur F-16 dan dua pesawat pendukung A-10 di kota Deir ez-Zor, Suriah, telah menewaskan puluhan pesonel Tentara Suriah.

Moskow telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk membuat rapat darurat setelah pasukan koalisi pimpinan AS menyerang pasukan Suriah di Deir ez-Zor dan menewaskan setidaknya 80 personel. Menanggapi insiden ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam Washington dan mengatakan bahwa AS secara nyata telah melayani kepentingan teroris ISIS.

Percekcokan diplomatik pun semakin intens setelah Pusat Komando AS (CENTCOM) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, meskipun serangan udara itu tidak disengaja, AS mengaku bahwa sebelumnya mereka telah memberitahu Rusia terkait rencana penyerangan.

Rusia segera membantah keras klaim tersebut dan menyebut bahwa pihaknya sama sekali tak diberitahu.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki