Saat ini, 29 negara dan organisasi internasional, termasuk PBB, telah bergabung dalam pusat data milik FSB.
Vitaly Nevar/TASSMoskow mengimbau para peserta konferensi internasional antiterorisme di Bali agar lebih aktif menggunakan bank data terorisme internasional milik Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), demikian disampaikan Wakil Direktur Departemen Tantangan dan Ancaman Baru Kementerian Luar Negeri Rusia Dmitry Feoktistov, Rabu (10/8), seperti dikutip Sputnik.
“Kami mengajak negara-negara regional untuk bergabung dengan bank data terorisme internasional yang telah dibuat FSB sejak 2008 untuk menghadapi para pelaku terorisme asing,” kata Feoktistov yang merupakan kepala delegasi Rusia dalam pertemuan tersebut.
Menurut Feoktistov, saat ini 29 negara dan organisasi internasional, termasuk PBB, telah bergabung dalam pusat data milik FSB.
“Dalam bank data ini, kami mengumpulkan informasi dari segmen terbuka dan tertutup. Ada pula perangkat lunak khusus yang memberi informasi mengenai pelaku bom bunuh diri berkewarganegaraan asing serta pergerakan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Semua itu dibagikan secara virtual, melalui jaringan online,” terang Feoktistov.
Lebih dari 200 pejabat dan ahli dari 20 negara, termasuk Rusia, Australia, Belgia, Inggris, India, Tiongkok, AS, Turki, dan Prancis, serta tiga organisasi internasional, yakni PBB, Interpol, dan ASEAN bepartisipasi dalam konferensi internasional antiterorisme yang diadakan di Bali pada 8 – 11 Agustus lalu.
Konferensi ini diadakan oleh Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenpolhukam) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BANPT) dan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Pertemuan ini diselenggarakan karena Indonesia memiliki kepentingan dalam menanggulangi ancaman terorisme, khususnya terkait pergerakan teroris, serta lalu lintas persenjataan dan pendanaan antarnegara.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda