Sebuah kebakaran besar terjadi di dekat pangkalan NATO di sebelah barat Turki pada Minggu (24/7) malam, demikian dilaporkan Sputnik. Akibat angin kencang, kebakaran dengan cepat meluas melalui daerah hutan berumput dan kian mendekati pangkalan militer NATO di negara itu. Pihak berwenang sedang menyelidiki kebakaran tersebut yang diduga terjadi sebagai tindakan sabotase anti-Amerika.
Sumber: sirens999sirens / YouTube
CNNTurk melaporkan bahwa api mengancam sejumlah daerah penduduk. Sementara saluran berita T24 News melaporkan bahwa api telah membakar sebuah panti jompo dan taman yang berdekatan dengan pusat api. Saluran itu juga melaporkan bahwa kebakaran diduga terjadi akibat "sabotase" anti-Amerika pascaupaya penggulingan pemerintah Erdoğan.
Kobaran api dilaporkan mengancam markas LANDCOM (Allied Land Command) di Şirinyer (Buca) di İzmir, Turki. LANDCOM bertugas dengan dukungan tentara AS untuk meningkatkan waktu reaksi dan unit ini dilengkapi persenjataan untuk menanggapi krisis internasional.
Meskipun Washington mempertahankan senjata nuklir terbesarnya di luar negeri di Turki — yang mencakup hingga 90 senjata nuklir taktis — cadangan senjata nuklir AS ini disimpan di pangkalan udara Incirlik dan tidak ada senjata, seperti senjata pemusnah massal, yang dilaporkan disimpan di İzmir.
Sumber: V / YouTube
Saat berita ini dilaporkan, berdasarkan laporan media setempat, api belum sepenuhnya berhasil dipadamkan meskipun telah dilakukan upaya pemadamam dengan menggunakan helikopter dan pesawat pemadam kebakaran selama berjam-jam, tulis Sputnik.
BREAKING: Large fire in Izmir Buca, near the NATO base in #Turkey. Fire is approaching base - @ragipsoylupic.twitter.com/E1SMi726gF
— Conflict News (@Conflicts) July 24, 2016
Kebakaran yang terjadi pada Minggu malam ini terjadi seminggu setelah gagalnya upaya penggulingan pemerintah Erdoğan. Pemerintah Turki menuduh mantan aliansi politik Erdoğan yang juga merupakan tokoh agama, Fethullah Gulen, sebagai dalang di balik upaya kudeta tersebut. Ankara telah meminta Washington untuk mengekstradisi Gulen yang kini berada di AS.
Di sisi lain, menteri tenaga kerja Turki menciptakan kegemparan ketika ia mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi Haberturk bahwa "AS berada di balik upaya kudeta di Turki." Pernyataan hiperbolik ini segera dibantah oleh Departemen Luar Negeri AS, diikuti oleh ancaman dari Perdana Menteri Turki Binali Yıldırım bahwa Ankara akan berperang dengan "negara" yang mendukung Fethullah Gulen (mengacu pada Amerika Serikat -red.).
Menanggapi hal ini, AS telah berulang kali menjelaskan pada Turki bahwa mereka tidak bisa mengekstradisi Fethullah Gulen di bawah hukum AS tanpa bukti yang cukup. Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa kini hanya 17 persen dari warga Turki yang menyambut Amerika Serikat di negara mereka, dan dengan pergerakan Ankara menuju sikap yang lebih nasionalis, serangan terhadap instalasi-instalasi AS menjadi lebih mungkin terjadi setelah gagalnya percobaan kudeta.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda