Media Iran: Beberapa Jam Sebelum Kudeta, Rusia Telah Peringatkan Turki

Pihak militer Rusia menangkap komunikasi tentara Turki yang mengindikasikan rencana kudeta terhadap Erdoğan.

Berdasarkan laporan media Iran Fars News, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan sebelumnya telah diperingatkan oleh intelijen Rusia terkait potensi kudeta beberapa jam sebelum tank tentara Turki muncul di jalanan ibu kota Turki pada Jumat (15/7) lalu.

Minggu lalu, pihak militer Rusia menangkap komunikasi tentara Turki yang mengindikasikan rencana kudeta terhadap pemerintahan Recep Tayyip Erdoğan. Seorang sumber diplomatik mengatakan bahwa informasi tersebut telah dikirim ke Badan Intelijen Nasional Turki (MIT), demikian dilaporkan Sputnik.

Penyadapan tersebut berhasil menangkap komunikasi helikopter yang memerintahkan personel militer untuk menangkap atau membunuh Presiden Erdoğan yang saat itu berada di kota Marmaris.

“Sumber diplomatik mengatakan bahwa perubahan haluan kebijakan luar negeri Presiden Erdoğan (terhadap Rusia) merupakan pemicu kehadiran dukungan negara-negara asing terhadap tentara Turki untuk melakukan kudeta,” kutip Fars News.

Meski pemerintah Turki tak mengeluarkan pernyataan resmi terkait peringatan dari intelijen Rusia, pernyataan tentara Turki pada Selasa (19/7) lalu mengindikasikan MIT memang telah menerima laporan sejenis.

Angkatan Bersenjata Turki mencoba melakukan kudeta pada 15 Juli 2016. Meski gagal, upaya kudeta tersebut menelan korban 300 orang tewas dan lebih dari seribu warga lainnya mengalami luka-luka. Pemerintah Turki menuduh mantan aliansi politik Erdoğan yang juga merupakan tokoh agama, Fethullah Gulen, sebagai dalang di balik upaya kudeta tersebut. Ankara telah meminta Washington untuk mengekstradisi Gulen yang kini berada di AS.

Ankara masih memburu pihak-pihak yang terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Kabarnya, sebanyak 50 ribu orang terlibat dalam kudeta tersebut. Mereka berasal dari berbagai kalangan, termasuk personel militer, akademisi, hakim, dan pegawai negeri.

Pada Rabu (20/7) lalu, Erdoğan mendeklarasikan ‘negara dalam keadaan darurat selama tiga bulan’, guna menghapus ancaman bagi keamanan nasional secepat mungkin.

Presiden Erdoğan juga mengindikasikan adanya keterlibatan negara-negara asing dalam upaya kudeta di Turki. “Negara asing mungkin bermain di balik kudeta ini,” ungkap Erdoğan.

Sebelumnya, hubungan Ankara-Moskow memburuk sejak insiden penembakan pesawat Su-24 milik AU Rusia di Suriah, tapi ketegangan mereda setelah Presiden Erdoğan meminta maaf secara resmi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki