Komandan AS: Kemampuan Pengerahan Militer Rusia Lebih Unggul daripada NATO

Laporan RAND Corporation, sebuah konsultan keamanan AS, mengklaim bahwa kota-kota di Baltik, seperti Tallin dan Riga, dapat dikontrol oleh militer Rusia dalam kurun waktu ‘kurang dari 60 jam’.

Laporan RAND Corporation, sebuah konsultan keamanan AS, mengklaim bahwa kota-kota di Baltik, seperti Tallin dan Riga, dapat dikontrol oleh militer Rusia dalam kurun waktu ‘kurang dari 60 jam’.

Mikhail Klimentiev / RIA Novosti
NATO menganggap keunggulan yang dimiliki Rusia dalam hal kapabilitas pengerahan militer menciptakan ketimpangan jika dibanding dengan kapabilitas aliansi.

Komandan militer AS di Eropa menyebut kapabilitas pengerahan militer Rusia sebagai hal yang ‘menakutkan’ karena lebih unggul dibanding NATO. Demikian hal tersebut diberitakan oleh RT (21/6).

“Hal yang paling mengkhawatirkan saya adalah kebebasan untuk bergerak. Rusia mampu bergerak dalam skema formasi besar dengan membawa berbagai macam perangkat dengan kecepatan tinggi,” tutur Komandan Militer AS di Eropa Letnan Jenderal Ben Hodges.

Hodges menambahkan bahwa Rusia juga mampu untuk bergerak bebas di dalam wilayah Rusia. Kapabilitas yang dimiliki oleh Rusia ini membuat komandan militer AS tersebut khawatir dengan “pergerakan 20 ribu pasukan militer Rusia dengan berbagai peralatan di wilayah perbatasan negara anggota NATO, atau seperti di negara Ukraina dan Georgia.” Kekhawatiran ini terjadi muncul karena Rusia bebas bergerak di wilayah kedaulatannya.

Keunggulan yang dimiliki Rusia menciptakan ketimpangan kapabilitas jika dibanding dengan kapabilitas NATO. Oleh karena itu, Hodges menyarankan NATO untuk menciptakan pilihan baru selain skenario pembebasan wilayah, yakni menciptakan ‘wilayah militer Schengen’ yang dapat membuat militer NATO bergerak secara bebas di wilayah negara-negara anggotanya. “Konvoi militer AS, Inggris, dan Jerman sepertinya dapat bergerak bebas hanya dalam waktu tiga hari,” kata Hodges.

“Latihan yang dilakukan Rusia selalu mengejutkan saya setiap mereka menjalankannya, dan hal ini menakutkan bagi saya,” ujar Hodges yang mengacu kepada latihan militer Rusia.

Pernyataan Hodges sejalan dengan laporan dari RAND Corporation, sebuah konsultan keamanan AS, yang mengklaim NATO tidak dapat menahan wilayah negara-negara anggotanya yang terekspos oleh Rusia, seperti negara-negara Baltik. Laporan tersebut menambahkan bahwa kota-kota di Baltik, seperti Tallin dan Riga, dapat dikontrol oleh militer Rusia dalam kurun waktu ‘kurang dari 60 jam’. Laporan ini hadir bersamaan dengan pernyataan AS yang ingin meningkatkan anggaran militer di Eropa sebanyak empat kali lebih besar pada 2017.

Ketakukan akan ‘invasi Rusia’ di Eropa memperlihatkan bahwa NATO saat ini masih terhambat di dalam euforia konfrontasi ala Perang Dingin.

Rusia memiliki sudut pandang lain dalam menanggapi pernyataan Hodges. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut bahwa Rusia terpaksa untuk terlibat dalam konfrontasi dengan Barat setelah tuduhan yang dilayangkan NATO terkait kurangnya transparansi dalam militer Rusia. Tuduhan ini mengacu pada penyelenggaraan latihan militer Rusia secara mendadak. Moskow membantah tuduhan NATO dengan menyatakan telah menginformasikan kepada Organisasi Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) terkait penyelenggaraan latihan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menyatakan sejak bulan lalu bahwa Moskow harus menjaga keamanan Rusia akibat penempatan rudal pertahanan NATO di Eropa.

Sementara itu, internal NATO terlihat mengalami perpecahan suara terkait latihan militer yang diselenggarakan NATO akhir-akhir ini. Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menyebut latihan Anaconda 2016 tidak berkontribusi dalam menciptakan kembali rasa percaya dalam hubungan Rusia-NATO yang akhir-akhir ini hilang akibat adanya tensi akibat krisis Ukraina dan sistem rudal pertahanan NATO di Eropa. Ia lebih menyarankan NATO untuk mengadakan dialog dibandingkan menyelenggarakan latihan militer di sepanjang perbatasan Rusia.

Pertemuan NATO di Warsawa pada 8 – 9 Juli mendatang bertujuan untuk menentukan keputusan akhir terkait penempatan pasukan di wilayah timur Eropa untuk melindungi negara-negara anggota dari ancaman ‘agresi Rusia.’

“NATO membutuhkan musuh asing untuk mempertahankan eksistensi organisasi tersebut,” ujar Putin dalam Forum Ekonomi Internasional Sankt Peterburg (SPIEF) pada Jumat (17/6).

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki