Rusia telah menerima beberapa permohonan dari beberapa kelompok bersenjata di Suriah untuk menunda serangan udara terhadap posisi ekstremis di wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali mereka sampai para pejuang front al-Nusra berhasil dipaksa keluar dari sana, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov, seperti yang dikutip Sputnik, Rabu (25/5).
Menurut Konashenkov, beberapa kelompok militan ini siap memberikan koordinat mereka ke pusat rekonsiliasi Rusia untuk bergabung dengan rezim gencatan senjata setelah para teroris dipaksa keluar dari wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali mereka.
"Selama beberapa hari terakhir, Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah telah menerima sekitar 12 panggilan dari para pimpinan kelompok bersenjata di berbagai provinsi Suriah, terutama Aleppo dan Damaskus. Mereka meminta (kami) untuk tidak menyerang sampai mereka berhasil menyelesaikan pertempuran mereka dengan militan dari kelompok teroris front al-Nusra," kata Konashenkov kepada para wartawan.
"Karena itu, demi tercapainya gencatan senjata, kami memutuskan untuk memperpanjang masa kerja sama dengan milisi terpisah yang tengah bertempur dengan kelompok teroris di daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka, sebelum — pada akhirnya — kami meluncurkan serangan terhadap posisi ekstremis," kata Konashenkov menambahkan.
Menurut statistik PBB, pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dan gerilyawan sejak awal 2011 telah menewaskan lebih dari 220 ribu jiwa dan menelantarkan jutaan rakyat sipil. Berbagai kelompok militan di Suriah membentuk formasi bersenjata, tapi yang paling aktif melawan pasukan pemerintah adalah kelompok teroris ISIS dan front Jabhat al-Nusra.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda