Kampanye anti-Rusia NATO membuat aliansi tersebut menuntut anggaran belanja militer yang lebih tinggi dari negara-negara anggotanya, kata Kementerian Luar Negeri Rusia, Senin (16/5), seperti yang dikutip Sputnik.
"Tidak ada keraguan bahwa dalam konteks ketidakmampuan NATO dalam memberikan kontribusi yang signifikan untuk melawan ancaman nyata saat ini, seperti terorisme, mereka justru menggaungkan kampanye anti-Rusia yang memungkinkan aliansi untuk mencari peningkatan belanja militer dari negara-negara anggotanya," kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada awal bulan ini, Jenderal AS Curtis Scaparrotti, komandan baru NATO untuk wilayah Eropa, telah mengisyaratkan bahwa NATO akan terus mengerahkan militernya di Eropa Timur demi "melawan Rusia bangkit kembali".
"Kita menghadapi kebangkitan Rusia dan perilaku agresif yang menantang norma-norma internasional," kata Scaparrotti.
Sang jenderal AS menambahkan bahwa NATO harus "siap bertarung jika pencegahan gagal tercapai".
Menanggapi hal ini, Kepala Komite Dewan Hubungan Internasional Konstantin Kosachyov menyebutkan penunjukan Scaparotti adalah 'berakhirnya berita di titik awal'.
Sementara Wakil Komite Keamanan dan Pertahanan Dewan Federasi menyebut hal ini sebagai "lagu dan tarian yang sama". Frants Klintsevich menilai Scaparotti mungkin menciptakan kemunduran dari hal yang sudah dibangun oleh pendahulunya, Breedlove, yang dikenal dengan padangannya yang tajam.
"Kami mendengar apa yang ia katakan dan kami yakin strategi NATO di Eropa tak akan berubah dalam waktu dekat. Konsekuensinya, Rusia perlu mengambil langkah untuk memperkuat perbatasannya di Barat," kata sang pejabat menyimpulkan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda