Menurut Likhachev, Rosatom siap mengajukan proposal yang sangat menarik kepada Indonesia, khususnya dari segi ekonomi.
Yasmine RaudyaDalam kunjungan Wakil Menteri Pengembangan Perekonomian Rusia Alexey Likhachev ke Jakarta selama dua hari pada 2 – 3 Mei lalu, Rusia menegaskan bahwa PLTN yang dibangun Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom sesuai dengan standar umum keselamatan nuklir, dan tidak hanya aman untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan.
"Jika kita melihat jumlah pertumbuhan dan jumlah kebutuhan energi yang semakin lama semakin meningkat di Indonesia, jelas bahwa penggunaan energi alternatif, seperti biodiesel tidak mungkin memecahkan masalah kebutuhan energi negara ini," kata Likhachev kapada para wartawan. "Sekarang, semua tergantung keputusan pemerintah Indonesia. Pada pertemuan hari ini, Pak Ramli (menko bidang kemaritiman) mengatakan sedang mempersiapkan laporan (terkait pengembangan energi nuklir) kepada presiden. Saya pikir, masalah ini juga akan menjadi salah satu isu yang dibahas antara kedua kepala negara saat pertemuan bilateral di Sochi mendatang."
Sebelum ke Jakarta, sang wakil menteri mengaku telah bertemu dengan CEO Rosatom Sergey Kiriyenko. Menurut Likhachev, Rosatom siap mengajukan proposal yang sangat menarik kepada Indonesia, khususnya dari segi ekonomi. "Karena itu, kami akan menunggu keputusan dari indonesia," kata Likhachev.
Rosatom merupakan pemain utama di pasar nuklir dunia ini sudah berada di lebih 40 negara dari lima benua.
Pada akhir Juni 2015 lalu, Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman terkait pengembangan penggunaan energi nuklir secara damai dengan Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom dalam konferensi ATOMEXPO 2015 di Moskow. Tiga bulan kemudian, ilmuwan nuklir Indonesia dan Rusia menandatangani nota kesepakatan terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia.
Saat ini, Indonesia belum memiliki satu unit PLTN sekalipun. Namun demikian, isu pembuatan PLTN secara aktif telah dikaji oleh Pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mendukung pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Siapkah Indonesia dengan Teknologi Nuklir?
Menanggapi pertanyaan apakah Indonesia siap menggunakan teknologi nuklir, Likhavchev tak memungkiri bahwa isu ini memang harus ditanggapi secara serius. Namun demikian, ia meyakinkan bahwa Rosatom akan menyajikan sebuah proyek dengan penuh tanggung jawab, termasuk dari sisi keamanan teknologi tersebut.
"Saat kita menandatangani kontak kerja sama (pengembangan nuklir secara damai), berarti kita siap membangun industri, membangun reaktor nuklir, membangun infrastruktur penyalur energi, infrastruktur keamanan — termasuk kita juga perlu memperhatikan ancaman terorisme — dan juga kesiapan untuk menggunakan proyek ini di masa depan selama berpuluh-puluh tahun lamanya yang biasaya satu proyek dapat berlangsung selama 40 – 60 tahun, serta tak lupa mengenai persiapan tenaga kerja," kata sang wakil menteri menjelaskan.
Likhachev menambahkan, Indonesia tidak hanya akan menerima teknologi nuklir Rusia, tetapi juga trasnfer teknologi nuklir itu sendiri. "Di sini maksud saya adalah pendirian sebuah cabang indsutri yang termasuk di dalamnya pusat penelitian, pusat pelatihan tenaga kerja, penggunaan nuklir di bidang medis, dan untuk tujuan ilmiah lainnya. Itu berarti, salah satu industri akan didirikan," kata Likhachev meyakini.
Terkait skeptisme dan pro-kontra yang beredar di tengah masyarakat mengenai penggunaan energi nuklir, Likhachev berkata, "Orang Indonesia yang saya kenal sangat terbuka dengan hal-hal baru. Itu berarti, kita memang bisa mencapai kesuksesan bersama."
Likhachev tiba di Indonesia untuk menghadiri sidang kelompok kerja di bidang investasi, perdagangan, dan industri. Selama kunjungannya di Jakarta, sang wakil menteri bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P. Roeslani.
Selain dari badan pemerintah Rusia, delagasi Rusia yang ikut bersama Likhachev termasuk beberapa pengusaha yang sedang merealisasikan proyek-proyek di Indonesia. Ada pula perwakilan dari perusahaan-perusahaan besar Rusia, seperti perusahaan minyak negara Zarubezhneft, perusahaan kereta api Rusia RZhD (Russian Railways), perusahaan negara Rosatom, perusahaan aluminium Rusal, manufaktur truk Rusia KAMAZ, dan lain-lain.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda