Obama Akui Kesalahan Terbesarnya Terkait Intervensi di Libya

Wajah Pemimpin Libya Muammar Qaddafi "menghiasi" tajuk utama media-media cetak saat sang pemimpin dilaporkan meninggal karena terluka parah pada kedua kaki dan kepalanya setelah ditangkap di kota kelahirannya, Sirte, pada pagi hari, 20 Oktober 2011.

Wajah Pemimpin Libya Muammar Qaddafi "menghiasi" tajuk utama media-media cetak saat sang pemimpin dilaporkan meninggal karena terluka parah pada kedua kaki dan kepalanya setelah ditangkap di kota kelahirannya, Sirte, pada pagi hari, 20 Oktober 2011.

Reuters / Vostock Photo
Presiden Obama mengakui bahwa kesalahan terbesar adalah gagal merencanakan kebijakan setelah intervensi di Libya.

Presiden AS Barack Obama mengakui bahwa kesalahan terbesar selama dua periode kepemimpinannya adalah gagal merencanakan kebijakan setelah intervensi NATO di Libya. Demikian hal tersebut dilaporkan Sputnik.

"Saya mungkin telah gagal merencanakan langkah selanjutnya setelah melakukan apa yang saya pikir sebagai sesuatu yang tepat untuk mengintervensi Libya," kata Obama kepada saluran Fox News dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu (10/4), mengomentari kesalahan terburuk sang pemimpin AS selama dua periode kepresidenan.

Sang pemimpin AS menambahkan bahwa setelah penggulingan pemimpin Libya Muammar Qaddafi pada 2011 lalu, negara tersebut kini menjadi "kacau".

Libya telah terjebak dalam kekacauan sejak meletusnya gelombang revolusi Arab Spring di Timur Tengah, yang kemudian menyebabkan berbagai perang sipil dan penggulingan Qaddafi oleh ekstremis Islam yang didukung Barat.

Arab Spring

Kebangkitan dunia Arab atau Arab Spring adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab. Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011 juga terinspirasi oleh kebangkitan dunia Arab ini.

Pemerintahan Obama mendukung penggunaan kekuatan udara NATO di Libya untuk memastikan bahwa para pemberontak menggulingkan pemimpin Libya setelah gerakan pemberontakan pada 2011. Sejak kematian Qaddafi, pengaruh kelompok-kelompok ekstremis Islam di negara itu justru terus tumbuh.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki