Pentagon telah mengonfirmasi bahwa saat ini AS tengah melatih "puluhan" pemberontak Suriah untuk berpura-pura melawan ISIS. Namun demikian, Washington tampaknya memiliki rencana lain karena di Tentara Suriah ternyata mampu mengalahkan teroris sehingga tak perlu mengirim pejuang tambahan ke zona perang. Demikian hal tersebut dilaporkan media Rusia Sputnik, mengutip pernyataan analis Sharmine Narwani kepada Radio Sputnik.
"Ini semua hanya soal waktu. Keberhasilan Tentara Arab Suriah dan sekutunya telah 'merusak rencana' Barat dan posisi serta relevansi perang tandingnya (proxy war) di atas meja perundingan di Jenewa," kata sang ahli menekankan
"Saya pikir, ini semua adalah permainan kucing dan tikus. Mereka (Pentagon) mempersiapkan pembicaraan mendatang di Jenewa, mencoba untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh di Suriah karena mereka telah kehilangan begitu banyak dalam beberapa bulan terakhir dari tentara Suriah, Angkatan Udara Rusia, dan sekutu lainnya," kata Narwani menjelaskan.
Pada akhirnya, upaya Pentagon yang sebelumnya bertujuan untuk memberdayakan apa yang disebut sebagai 'pemberontak moderat' untuk membantu mereka mengatasi ISIS ternyata menjadi bencana — sesuatu yang meninggalkan noda besar bagi reputasi lembaga tersebut. Pada September lalu, Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan bahwa program senilai 500 juta dolar AS tersebut menghasilkan lima atau enam pejuang. Sisanya, termasuk peralatan militer yang dipasok AS, "diserap" oleh al-Qaeda, ISIS, dan kelompok teroris lainnya.
"Program pelatihan ini sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Karena itu, ini semua menjelaskan dengan sangat logis mengapa mereka tetap bergerak lamban ketika sesuatu telah sepenuhnya gagal," keluh Narwani.
Kepada Sputnik, sang analis mengatakan bahwa kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah "rabun". Ia pun menunjuk pada fakta bahwa AS telah secara konsisten mengabaikan solusi kerja sama regional untuk mengalahkan ISIS.
"Ada pasukan darat yang beroperasi di Suriah, yang mampu mengalahkan ISIS dan semua kelompok teroris lainnya. Pasukan darat adalah pribumi. Anda tidak perlu mengimpor pribumi dari negara lain," jelasnya.
AS berusaha "menghindari" membantu para pejuang lokal karena banyak dari kelompok-kelompok ini berafiliasi dengan apa yang Narwani sebut sebagai 'Axis of Resistance', termasuk Iran, Suriah, dan Hizbullah. "AS siap untuk membiarkan al-Qaeda, ISIS, dan kelompok teroris lainnya tumbuh subur demi menjaga 'Axis of Resistance' tetap berada di teluk," katanya mengamati.
Istilah 'Axis of Resistance' pada umumnya mengacu pada aliansi anti-Israel dan anti-Barat antara Iran, Suriah, kelompok militan Lebanon, Hizbullah, dan Sunni Hamas. Aliansi yang dipimpin Iran ini bertujuan untuk menentang kepentingan Amerika Serikat dan Israel di wilayah tersebut.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda