Diplomat Rusia: Mundurnya Assad Bisa Menimbulkan Disintegrasi

Mundurnya Bashar al-Assad dari kursi kepresidenan justru akan menimbulkan disintegrasi.

Mundurnya Bashar al-Assad dari kursi kepresidenan di tengah konflik yang bergejolak di Suriah justru akan menimbulkan disintegrasi. Demikian hal tersebut diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov, Senin (15/2). Menurut Gatilov, AS bahkan kini sependapat dengan pandangan tersebut.

"Bashar Assad adalah presiden yang sah. Sebelumnya, AS telah berulang kali meminta kami, 'Mari bersama-sama kita putuskan siapa yang akan memerintah Suriah'. Namun., kami tidak pernah mau terlibat dalam hal-hal semacam ini. Ini adalah sesuatu yang harus diputuskan oleh rakyat Suriah," kata Gatilov dalam wawancara dengan majalah Jerman Spiegel.

Menurut wamenlu Rusia, pemilu yang diadakan pada 2014 lalu tidak berhasil menghentikan konflik karena ancaman teroris telah lebih dulu meningkat.

"Tak peduli seberapa 'kotor' hal yang mungkin telah dilakukan Bashar al-Assad, sebagian besar masyarakat Suriah akhirnya berkonsolidasi di sekelilingnya," kata sang diplomat Rusia.

"Mesipun ada banyak dukungan kepadanya, Assad, tentu saja, juga mengkhawatirkan nasibnya dan nasib orang-orang di lingkaran terdekatnya. Namun, jika ia mengundurkan diri sekarang, Suriah justru akan hancur sebagai sebuah negara. Bahkan kini AS memiliki pandangan serupa," katanya menambahkan.

"Mereka (Amerika Serikat) percaya bahwa ini bukan saatnya untuk menentukan nasib Bashar al-Assad," kata Gatilov.

"Hari ini kita perlu berjuang melawan terorisme. Kondisi militer Suriah kini telah berubah. Dengan dukungan Rusia, tentara Suriah telah berhasil melangkah lebih jauh. Mereka berhasil membebaskan puluhan permukiman penduduk," katanya.

"Kita harus menjaga Suriah sebagai negara yang berdaulat. Hal ini diperlukan untuk mencegah Suriah tercerai-berai, "katanya.

"Jika negara itu hancur, kita akan melihat kondisi yang mirip dengan apa yang terjadi di Libya — segala upaya rekonsiliasi yang dilakukan akan tetap sia-sia," kata Gatilov.

Pada saat yang sama, wamenlu Rusia juga mengungkapkan bahwa pemerintah Suriah, biar bagaimanapun, telah melakukan banyak kesalahan, khususnya setelah pasukan dari luar turut intervensi dalam konflik tersebut.

"Bashar Assad bisa mencegah eskalasi, jika saja ia melakukan reformasi demokratis tepat pada waktunya," kata sang diplomat.

"Namun, karena reformasi itu tidak terjadi, konflik terus meningkat. Hal ini pun menarik perhatian kelompok teroris dan menciptakan tempat 'berkembang biak' yang ideal bagi mereka," kata Gatilov menyimpulkan.

Pertama kali dipublikasikan oleh TASS.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki