Indonesia memandang perlunya bekerja sama dengan intelijen Rusia. Demikian hal tersebut dilaporkan Tempo.co, mengutip pernyataan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, seusai mendampingi presiden bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev di Kompleks Istana, Rabu (10/2).
Sebagaimana yang dikabarkan Tempo.co, kerja sama dengan intelijen Rusia, kata Luhut, akan memberi banyak manfaat bagi Indonesia. Sang menteri menuturkan, selama ini Indonesia lebih fokus bekerja sama dengan intelijen Barat, khususnya Amerika Serikat.
Karena itu, pemerintah Indonesia dan Rusia akan bekerja sama dalam pertukaran informasi intelijen. Kerja sama di bidang intelijen ini terutama ditujukan untuk memberantas terorisme dan narkoba.
"Ada beberapa kerja sama dalam bidang intelijen, seperti pertukaran informasi. Lalu juga masalah pertahanan dan narkoba," kata Luhut. Ia menjelaskan, Rusia dan Indonesia memiliki tantangan yang sama dalam menangani terorisme.
Kepada pers, Luhut menilai baik kemampuan intelijen Rusia dalam memerangi terorisme, terlebih negara tersebut terlibat langsung dalam permasalahan di Timur Tengah.
Patrushev bertolak ke Jakarta pada Selasa (9/2) untuk membahas mengenai sejumlah hal dalam lingkup militer, penanganan terorisme, intelijen, siber, narkoba, dan hukum.
Selama kunjungan di Jakarta, Patrushev didampingi Deputi Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Yevgeny Lukyanov dan Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin. Pada Rabu (10/2), Patrushev bertemu dengan presiden RI di Istana Merdeka. Pertemuan tersebut dimulai sekitar pukul 10.30 WIB di ruang tengah Istana Merdeka. Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda