Sekitar 70 persen penduduk Rusia percaya bahwa pembentukan kerja sama aktif antara Rusia dengan negara-negara Asia akan mengubah Rusia menjadi lebih baik. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Opini Publik (VTsIOM) yang dipublikasikan di situs lembaga survei tersebut.
“Menurut warga Rusia, negara-negara Asia bekerja sama dengan Rusia dalam kepentingan politik (perjuangan melawan AS, konfrontasi dengan Barat, sanksi, dan lain-lain) serta dalam bidang ekonomi, termasuk adanya faktor geo-budaya,” demikian pihak VTsIOM mengabarkan mengacu pada hasil jajak pendapat.
Menurut para responden, pendekatan ini akan menguntungkan Rusia dan negara-negara timur, sedangkan pendekatan ini dianggap tidak terlalu menguntungkan bagi Barat. Para responden menilai, kerja sama antara Rusia dan Tiongkok dianggap menguntungkan bagi kedua negara.
Opini Ahli
“Pengalihan ke Timur telah direncanakan setidaknya sejak 2008. Keputusan ini dibuat untuk memperkuat hubungan perdagangan dan politik dengan Timur yang tidak terbatas hanya pada Tiongkok dan Korea Selatan. Idenya adalah bahwa Rusia harus menjadi kekuatan regional yang besar dan memimpin pertandingan di Asia,” kata Kepala Studi Oriental Sekolah Tinggi Ekonomi Aleksey Maslov mengomentari hasil jajak pendapat.
Menurutnya, pengalihan terjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan waktu untuk mempersiapkan para tenaga ahli. Dengan begitu, mempersiapkan para profesional di wilayah Timur harus menjadi fokus berikutnya agar seluruh sumber daya dapat bekerja di setiap departemen, setiap industri, dan di setiap wilayah Rusia.
Lebih dari sepertiga responden (37 persen) mendukung tindakan pemerintah saat ini ke arah “kebijakan baru ke Timur”, dan satu dari lima responden (22 persen) percaya bahwa Rusia harus lebih aktif bergerak ke arah ini.
Namun, dalam beberapa isu tetap ada steoreotip negatif dan kekhawatiran. Pertama terkait kekhawatiran meningkatnya arus barang berkualitas rendah (64 persen responden percaya bahwa ini bisa terjadi dalam 5 – 10 tahun ke depan) dan masuknya imigran (61 persen).
“Kami tidak tahu banyak mengenai Tiongkok. Di Rusia ada stereotip yang benar-benar keliru. Salah satunya adalah bahwa orang Tiongkok ingin merebut Timur Jauh Rusia. Namun, jika kita melihat berapa banyak warga Tiongkok yang ingin pindah ke Rusia, kita tahu bahwa hanya ada sekitar puluhan ribu jiwa di setiap daerah, dan bukan ratusan ribu atau bahkan jutaan. Warga Tiongkok tidak ingin pindah ke Rusia karena bagi mereka, Rusia tidak nyaman untuk mereka tinggali. Dan kebanyakan orang yang pindah ke Rusia bukanlah ilmuwan menonjol yang bepergian pergi ke Amerika Serikat, melainkan penduduk marginal atau pedagang yang tidak begitu sukses. Oleh karena itu, jika berbicara mengenai ancaman demografis, dalam hal ini tidak mungkin,” kata Maslov.
Jajak pendapat dilakukan pada 24 – 25 Oktober 2015. Sebanyak 1.600 responden diwawancarai di 130 permukiman di 46 daerah, wilayah, dan republik di Rusia. Kesalahan data statistik tidak melebihi 3,5 persen.
Pertama kali dipublikasikan oleh TASS.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda