Prospek kerja sama bilateral di bidang penerbangan sangat terbuka lebar. Demikian hal tersebut disampaikan kepala delegasi misi bisnis perusahaan Rusia ke Indonesia dalam Forum Bisnis Rusia-Indonesia Alexander Dianov, yang digelar di Jakarta, hari ini, Rabu (2/12).
“Sebagaimana yang saya sampaikan di forum, ada sejumlah pesawat rusia yang menurut kami cocok digunakan maskapai penerbangan Indonesia. Pesawat-pesawat ini sangat efisien dan juga tidak membutuhkan biaya yang tinggi,” kata Dianov dalam jumpa pers. Namun demikian, Dianov tidak menjelaskan secara rinci pesawat Rusia jenis apa yang dimaksud.
Meskipun dilanda krisis ekonomi, Rusia tak gentar untuk terus memberikan dukungan finansial bagi industi penerbangan sipil. Pada Mei lalu, Pemerintah Rusia telah mengumumkan paket bantuan keuangan untuk mendukung industri penerbangan sipil domestik. Pemerintah mengalokasikan dana sebesar 27 miliar rubel (524 juta dolar AS) dari anggaran negara untuk menyokong perusahaan penyewaan pesawat Rusia, dan seratus miliar rubel (1,9 miliar dolar AS) rekapitalisasi untuk pabrik pesawat United Aircraft Corporation (UAC) akan diberikan pada Sukhoi Civil Aircraft Company (SCAC), produsen pesawat SSJ-100 yang juga dikenal sebagai Superjet 100.
Tiga bulan sebelumnya, pada Februari 2015, UAC dikabarkan akan memproduksi massal pesawat jarak pendek menengah MS-21. Pesawat ini ditujukan untuk fokus pada salah satu segmen pasar paling ramai di dunia. Mesin dan pesawat terbang buatan Rusia ini harus mampu menghadapi persaingan keras dengan produk pesawat terbang jarak menengah lainnya, seperti Boeing-737 buatan AS dan Airbus A320 buatan Eropa, yang menjadi pemimpin dalam bisnis aviasi penumpang dunia saat ini.
Kemudian, pada Juli 2015, Rusia dikabarkan akan memasok seratus pesawat sipil Sukhoi Superjet (SSJ) untuk Tiongkok dalam tiga tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov. Menurut sang menteri, lima pesawat SSJ akan dikirim untuk Tiongkok tahun ini. Namun, pesawat tersebut tidak dijual, melainkan ditransfer ke perusahaan gabungan Rusia-Tiongkok, yang akan mendistribusikan pesawat itu ke pasar Tiongkok dan negara-negara tetangga.
Kabar terakhir dari industri penerbangan sipil Rusia, pada November lalu, Kepala Perancang Kompleks Aviasi Ilyushin Nikolai Talikov mengabarkan bahwa produksi massal pesawat Il-96 akan kembali dilanjutkan. Sebelumnya, produksi raksasa bermesin empat tersebut dihentikan beberapa tahun lalu, karena Il tak sanggup bersaing dengan Boeing Amerika dan Airbus Eropa.
Forum Bisnis Rusia-Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Bisnis Rusia-Indonesia dan Dewan Bisnis Indonesia-Rusia ini secara rutin diadakan setiap tahunnya. Menurut Kuritsyn, forum ini ditujukan untuk membantu mengatasi kurangnya informasi antara kalangan pengusaha dari kedua negara dalam kondisi turbulensi ekonomi dan ketidaktstabilan perekonomian global.
Dalam forum ini, para peserta mempresentasikan proyek kerja sama terbaru di bidang pembangunan infrastruktur transportasi dan energi, penerbangan, antariksa dan maritim, termasuk beragam solusi terbaru untuk bidang kedokteran, sistem navigasi satelit dan penginderaan jauh, pertambangan dan pengolahan sumber daya alam, serta perbankan dan keuangan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda