Warga Rusia Kembali Setelah Tinggalkan ISIS

Banyak anggota kelompok teroris ISIS yang telah meninggalkan Rusia, kini ingin kembali ke Rusia.

Banyak anggota kelompok teroris ISIS yang sebelumnya telah meninggalkan Rusia, kini ingin kembali dan benar-benar ingin meninggalkan ide-ide ekstremis. Kepala Pusat Rekonsiliasi dan Persetujuan Derbent Sevil Novruzov berurusan dengan pengembalian dan adaptasi mantan militan.

 

“Pengembalian ini hanya untuk mereka yang bertekad untuk meninggalkan ideologi tersebut. Saya tidak berpikir bahwa negara kita sangat lemah untuk ditembus oleh radikal. Semua orang saat ini memiliki informasi,” ujar Novruzov dalam sebuah wawancara dalam proyek “Ini Kaukasus.”

Pusat Derbent yang dikepalai Novruzov beroperasi di kabupaten di wilayah selatan Dagestan yang merupakan ibukota administratif. Organisasi ini adalah anggota komite partai republik dengan nama yang sama dan beroperasi di bawah pimpinan kepala Dagestan.

 

Para ahli tidak setuju dengan pendapat bahwa orang-orang ini kembali hanya untuk “beristirahat sementara” di Rusia lalu kemudian kembali bergabung bersama kelompok teroris ISIS. Menurut Novruzov mereka paham bahwa sekembalinya mereka di Rusia mereka akan dikenakan KUHP “partisipasi dalam formasi angkatan bersenjata ilegal” sekalipun pengadilan sering kali meringankan hukuman dan mempersingkat masa hukumannya. “Jika seseorang telah memilih untuk kembali ke Rusia yang merupakan negara asing baginya, dan ia akan dijatuhkan hukuman, ini adalah hal lain,” ungkap Novruzov.

 

Tentang ISIS


Organisasi teroris ISIS yang dilarang beroperasi di Rusia, aktif beroperasi di Suriah dan Irak. Mereka mengontrol hingga setengah wilayah negara-negara tersebut. Pada bulan Juni 2014, ISIS mengumumkan pembentukan Khalifah Islam (negara dengan bentuk pemerintahan Syariah) pada wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Menurut perkiraan CIA, anggota kelompok teroris ini berkisar hingga 30 ribu orang, sedangkan Pemerintahan Irak mengatakan sekitar 200 ribu dalam jajaran ISIS adalah warga dari 80 negara lain, termasuk Prancis, Inggris, Jerman, Maroko, Arab Saudi, Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan negara-negara CIS lainnya.

Pertama kali dipublikasikan di TASS.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki