Sebagai bagian dari inisiatif Rusia untuk menormalkan hubungan kedua Sudan, pada Kamis (10/9) di Moskow diadakan pertemuan trilateral antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Republik Sudan Gandura, dan Republik Sudan Selatan Barnaba.
Dalam pertemuan tersebut perhatian utama diberikan dalam penyelesaian permasalahan antar-Sudan. Menteri Luar Negeri Republik Sudan dan Sudan Selatan menegaskan niat yang kuat untuk terus bekerja sama secara aktif dengan tujuan implementasi penuh perjanjian bilateral yang telah disimpulkan sebelumnya, termasuk “peta jalan” dan “protokol kerja sama” pada berakhirnya penentuan parameter perbatasan kedua negara itu.
Kedua pemimpin Sudan memuji inisiatif Rusia untuk menyelesaikan krisis antar-Sudan dan menangani permintaan kedua belah pihak untuk melanjutkan kerja sama pada penyelesaian masalah antar-Sudan dalam format trilateral. Hal ini dilansir dalam situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
“Penyelesaian konflik antar-Sudan akan menguntungkan semua pihak,” ujar Dosen Senior Departemen Sejarah Dunia Universitas Negeri Humanitaria Rusia Sergey Seregichev kepada RBTH.
Menurut pakar, hal ini akan memajukan perekonomian negara, menstabilkan situasi di perbatasan, serta mengurangi ancaman ketidakstabilan pada kawasan itu. Atas pertanyaan “Mengapa Rusia ingin mendamaikan kedua Sudan?” Seregichev lantas menjawab bahwa Rusia tertarik menyelesaikan konflik antar-Sudan karena alasan politik.
“Hal ini akan memberikan Rusia kesempatan untuk tampil sebagai negara yang berhasil berkontribusi pada penyelesaian konflik Afrika. Hal ini juga akan meningkatkan status Rusia di wilayah ini.” Pakar juga mencatat adanya manfaat ekonomi bagi negara. Menurut Seregichev, perjanjian ini akan menguntungkan kontrak-kontrak Rusia, terutama di sektor energi.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda