Rusia siap mengembangkan kerja sama militer-teknis dengan pasar baru di Asia Tenggara, demikian disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov pada Forum Keamanan Asia Pasifik, Senin (1/6).
“Upaya ini akan difasilitasi oleh potensi perluasan ekspor senjata terbaru Rusia dan jangkauan yang lebih luas bagi perawatan pasca-penjualan, serta tingkat pengembangan ekonomi dan keinginan negara-negara di Asia Pasifik untuk mendiversifikasi sumber pasokan peralatan militer,” tutur Antonov.
Bulan ini Moskow akan menggelar forum militer-teknis internasional Army 2015 dan berharap dapat menandatangani kontrak-kontrak pasokan senjata baru dengan para peserta forum, tutur sang wakil menteri. Oleh karena itu, Rusia mengharapkan partisipasi negara-negeara Asia Tenggara pada acara tersebut.
“Rusia cukup berpengalaman dalam bidang kerja sama militer-teknis dengan beberapa negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia,” tutur Antonov. “Kerja sama ini memiliki prospek yang cerah, karena senjata Rusia sangat populer di wilayah tersebut dan merupakan pemasok utama gudang senjata militer beberapa negara seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja,” tambah Antonov.
Pada 2014, nilai ekspor senjata Rusia mencapai 15 miliar dolar AS. Saat ini, Rusia telah menandatangani kontrak baru yang nilainya mencapai 14 miliar dolar AS.
Selama periode tersebut, peralatan militer Rusia dipesan oleh lebih dari 60 negara. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan bahwa Rusia merupakan mitra yang dapat diandalkan di pasar senjata dunia dan mereka tak pernah mengaitkan pasokan senjata dengan situasi politik.
Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute, lima negara Asia tercantum dalam daftar sepuluh importir senjata terbesar di dunia dan menguasai 30 persen impor senjata global.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda