Rusia kemungkinan akan memulihkan kontrak pengiriman sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara S-300 ke Iran jika PBB mencabut larangan penjualan senjata ke Teheran, demikian disampaikan salah seorang pakar pertahanan ternama Rusia, Jumat (3/4), seperti dikutip Sputnik.
Iran dan negara anggota P5+1 yang terdiri dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, ditambah Jerman, telah mencapai kesepakatan pada Kamis (2/4) mengenai kerangka kerja pembatasan program nuklir Teheran. Iran sepakat untuk menerima pembatasan tertentu dalam fasilitas nuklirnya selama setidaknya satu dekade dan bersedia melaporkan aktivitas nuklirnya ke inspektur nuklir internasional. Sebagai gantinya, sanksi ekonomi unilateral yang dilimpahkan pada negara tersebut oleh AS dan Uni Eropa akan dicabut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov kemudian menyebutkan bahwa embargo senjata ke Iran oleh PBB juga seharusnya dicabut.
“Pencabutan sanksi untuk Iran, termasuk embargo senjata, tentu hal yang sangat logis untuk dilakukan,” kata Igor Korotchenko, Kepala Pusat Analisis Perdagangan Senjata Global di Moskow.
“Salah satu isu kunci penting bagi kita adalah pengiriman misil S-300 untuk Iran. Kontrak tersebut dapat diteruskan jika telah disepakati oleh Moskow dan Teheran,” kata Korotchenko pada Sputnik.
Pada 2007, Rusia sepakat menjual misil S-300 senilai 800 juta dolar AS ke Iran. Moskow menunda kontrak tersebut pada 2010 karena Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk menghentikan penjualan senjata ke Iran karena program energi nuklir mereka yang kontroversial.
Iran kemudian menuntut eksportir senjata Rusia Rosoboronexport di Pengadilan Konsiliasi dan Arbitrasi OSCE di Jenewa. Moskow menawarkan solusi dengan mengganti kontrak tersebut dengan pasokan kiriman sistem misil Antei-2500, namun Teheran menolak dan ingin Rusia menjalankan kesepakatan awal. Dengan perkembangan situasi terkini, Rusia dapat kembali memenuhi kontrak awal mereka dengan Teheran.
Sebelumnya, masalah pencabutan sanksi merupakan salah satu poin negosiasi yang menghadapi jalan buntu. Teheran meminta semua sanksi dicabut, sementara Washington ingin mendapat jaminan terlebih dulu jika program nuklir Iran memang bertujuan damai dan hal tersebut harus dikonfirmasi oleh pakar International Atomic Energy Agency (IAEA). Iran mengaku akan menggunakan energi nuklir tersebut untuk menghasilkan listrik, namun Barat yang dipimpin oleh AS menuduh tujuan Iran sesungguhnya adalah menciptakan senjata nuklir.
Tertarik mengetahui perkembangan terkini politik dunia? Baca selengkapnya. >>>
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda