Barat memanfaatkan kehadiran para ekstremis politik, etnis, dan agama sebagai instrumen geopolitik untuk memicu munculnya 'revolusi warna’ di Rusia, demikian disampaikan Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Valentina Matvienko, Rabu (1/4).
“Ekstremisme digunakan sebagai instrumen geopolitik, untuk membentuk lingkup pengaruh, menggulingkan rezim yang tak diinginkan, serta menciptakan ‘revolusi warna’ di negara kami,” kata Matvienko.
Upaya tersebut ditujukan untuk mendiskreditkan pemerintah dan menciptakan situasi yang tidak stabil di Rusia. Matvienko menambahkan, Barat memanfaatkan kehadiran elemen ekstremis dan para oposisi untuk mewujudkan hal tersebut.
“Pemerintah Rusia tetap tidak akan menekan perbedaan pendapat. Kami siap berdialog dengan oposisi dan terus membangun kemitraan dengan masyarakat sipil. Dialog dan kemitraan semacam ini sangat penting bagi ketentraman politik di Rusia,” tutur Matvienko.
Namun, Matvienko menyebutkan bahwa pemerintah Rusia enggan berdiskusi dengan 'agen asing'. "Tak ada gunanya memulai diskusi dengan mereka yang bekerja sesuai perintah dari luar negeri, atau untuk kepentingan negara lain,” kata Matvienko.
Menurut Matvienko, selama ini semua kebijakan yang dibuat oleh pemimpin Rusia selalu didukung oleh mayoritas masyarakat, sehingga ‘revolusi warna’ bukan ancaman bagi Rusia. “Kita bisa ambil Ukraina sebagai contoh untuk melihat betapa pentingnya sebuah negara menjadi negara, bukan menjadi instrumen kekuatan bagi klan oligarki atau kelompok sosial tertentu,” ujarnya.
Ingin tahu situasi politik terkini di Rusia? Baca lebih lanjut. >>>
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda