Harian The New York Times, Selasa (3/2), memberitakan Arab Saudi tengah memanfaatkan kondisi perekonomian Rusia yang terguncang akibat anjloknya harga minyak dunia. Arab Saudi, sebagaimana yang ditulis harian ini, berusaha menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan dukungannya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Tak gentar menghadapi tekanan tersebut, Putin telah berkali-kali menunjukan bahwa ia lebih baik bertahan di tengah kesulitan ekonomi dibanding mengubah kebijakannya karena tekanan dari luar.
Arab Saudi, sebagai pemain utama dalam OPEC yang menguasai seperlima cadangan minyak dunia, memiliki pengaruh besar dalam mengontrol harga dan jumlah produksi minyak dunia.
Menurut keterangan pihak Saudi dan AS, Arab Saudi dan Rusia telah beberapa kali berdiskusi dalam beberapa bulan terakhir, namun semua diskusi tersebut belum menghasilkan terobosan yang signifikan.
Menanggapi pemberitaan mengenai adanya negosiasi antara Rusia dan Arab Saudi untuk mengurangi jumlah produksi minyak Saudi, dengan imbalan Moskow mencabut dukungan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, Ketua Komisi Hubungan Internasional di Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Alexey Pushkov menyangkal isu tersebut.
“Tidak ada negosiasi semacam itu. Itu omong kosong,” tulis Pushkov di akun Twitter-nya, Rabu (4/2).
Pemerintah Saudi sempat menyatakan bahwa harga minyak dunia saat ini hanya merefleksikan jumlah permintaan dan penawaran, dan mereka menegaskan bahwa Arab Saudi tak akan membiarkan isu geopolitik menyetir agenda ekonomi mereka. Namun, sebagaimana yang diberitakan The New York Times, Arab Saudi percaya bahwa mereka bisa mendapatkan keuntungan diplomatik dengan membiarkan harga minyak tetap rendah, termasuk kesempatan untuk menjatuhkan Assad.
Ingin tahu bagaimana peran Rusia dalam situasi di Timur Tengah? Baca lebih lanjut. >>>
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda