Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Yayasan Opini Publik Rusia, hampir dua pertiga warga Rusia (62 persen) sepakat bahwa Rusia tengah menghadapi krisis ekonomi, meski sejauh ini belum berdampak terhadap kondisi keuangan pribadi mereka, demikian dilaporkan Interfax.
Krisis tersebut paling dirasakan di Moskow (70 persen) dan kota yang berpenduduk antara 50 ribu hingga 250 ribu penduduk (71 persen). Penelitian dilakukan terhadap 1.500 responden dari 43 wilayah Rusia paa 10-11 Januari.
Para responden menyimpulkan hal tersebut berdasarkan kenaikan harga barang serta peningkatan inflasi (40 persen), penurunan standar hidup (12 persen), meningkatnya jumlah penganguran, resesi ekonomi (enam persen), serta anjloknya harga minyak (dua persen). Sementara sepuluh persen lain menyebutkan parameter krisis ialah melemahnya nilai rubel yang diiringi menguatnya nilai euro dan dolar AS.
Tiga persen responden menganggap Rusia mengalami krisis akibat masalah terkait kebijakan luar negeri (serangan terhadap ekonomi Rusia, pemutusan kerja sama dengan negara lain, serta dampak sanksi lain).
Sementara, pada survei yang dilakukan oleh Yayasan Opini Publik Rusia 28 Desember lalu, 58 persen reponden mengakui kondisi keuangan pribadi mereka cenderung berubah-ubah selama enam bulan terakhir. Sepertiga responden (32 persen) merasa kondisi terus memburuk, sementara sembilan persen lain merasakan perbaikan kondisi keuangan.
Sebanyak 39 persen responden berharap kondisi keuangan mereka bisa terus stabil untuk enam bulan kedepan. Sedangkan 28 persen percaya bahwa situasi akan terus memburuk, dan 12 persen berharap situasi akan mengalami perbaikan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda