Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov mengkritik standar ganda yang diterapkan Barat dalam melawan terorisme. Selain itu, Kadyrov menegaskan tak ada seorang pun yang boleh menghina Nabi Muhammad dan menyinggung perasaan umat Islam.
“Kami mengapresiasi aksi antiterorisme yang dilakukan para kepala negara adidaya di Paris. Tapi, terorisme mana yang mereka gugat? Terorisme di seluruh dunia, atau hanya di Prancis?” tulis Kadyrov dalam akun Instagramnya, mengomentari aksi yang digelar di Prancis, Minggu (11/1) kemarin.
“Mengapa para kepala negara itu tak pernah berinisiatif melakukan aksi protes atas tewasnya ratusan ribu korban di Afganistan, Suriah, Mesir, Libya, Yaman, atau Irak? Mengapa mereka berdiam diri saat terjadi pemboman di stadion di Grozniy yang menewaskan Presiden Chechnya Haji Akhmad Kadyrov beberapa waktu lalu? Atau penyerangan ke sekolah di Beslan dan teater di Dubrovka, serta penyerangan Dom Pechati dan sekolah di Grozniy yang menelan korban tewas dan luka hingga 50 orang?” tulis Kadyrov.
Menurut sang pemimpin Chechnya, Paris, London, Madrid, dan ibukota negara besar lain tak akan pernah aman dari serangan teroris, jika mereka tak menggugat pihak yang menyediakan senjata dan uang bagi para teroris dengan alasan mendukung oposisi.
“Saya adalah musuh terbesar para teroris di dunia! Melawan terorisme adalah tujuan hidup saya! Tapi saya tidak suka ketika perjuangan melawan terorisme diselimuti kepura-puraan. Saya benar-benar mengecam pembunuhan orang yang tak bersenjata di Paris. Tapi, saya tak yakin kejadian itu tidak berkaitan dengan sebuah pihak yang berkuasa. Bukankah peristiwa itu adalah aksi terorganisir untuk memperkuat stigma anti-Muslim dan mengalihkan perhatian masyarakat global dari masalah lain?” ujar Kadyrov.
Selain itu, Kadyrov menegaskan bahwa tak ada seorang pun yang boleh menghina Nabi Muhammad. “Dalam hukum Islam, manusia tidak boleh melukis portret Nabi ataupun memperlihatkannya dalam film. Kalau sampai sekarang kami diam, bukan berarti kami tidak bisa mengajak jutaan orang di seluruh dunia untuk memprotes dan melawan mereka yang membiarkan penghinaan perasaan umat Islam,” tutur Kadyrov.
Kadyrov menjelaskan, di Rusia pernah ada media yang menerbitkan karikatur Nabi, namun media tersebut langsung meminta maaf. “Saya rasa, media yang pernah menerbitkan karikatur tersebut memang harus meminta maaf. Bagi kebanyakan orang perdamaian dan menjaga kestabilan lebih penting daripada menjaga hak segelintir orang yang merasa boleh tidak menghormati Nabi” ujarnya.
Sumber: TASS
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda