Sambil menutup matanya, sang dukun lalu memulai ritual kamlanie: ia pergi ke dunia lain, bicara dengan roh halus, dan membiarkan sang roh merasuki tubuhnya. Ia berjalan melingkar, lalu bernyanyi, tertawa dengan aneh, berbisik, berteriak, lalu menirukan suara aliran air atau kicauan burung, dan kini ia bicara pada seseorang.
Ia memukul genderangnya dengan palu kayu yang berupa dedaunan, menyimbolkan bahwa pemiliknya menguasai keempat elemen. Di atas kepala orang-orang bertalenta, ia memukul bagian atas genderangnya—ini adalah dunia yang dipenuhi oleh dewa-dewi—tangannya meninggi, dan sang dukun berputar panik. Di atas kepala orang-orang yang lebih membumi, ia akan memukul genderangnya di tengah—ini adalah dunia manusia dan roh alam. Di atas kepala orang yang jiwanya rapuh dan yang cenderung tertarik dengan dunia lain, ia akan membunyikan genderangnya dari bagian bawah—ini adalah dunia roh-roh bawah tanah. Sementara di dekat mereka yang hatinya penuh kemarahan dan iri hati, lengan sang dukun jatuh, roh halus duduk di pundaknya dan mendorongnya ke bawah.
"Saya sudah selesai, Anda bisa pergi sekarang," kata sang dukun pada salah satu pengunjung, menghentikan bunyi genderangnya.
Bau ramuan yang terbakar dalam api membuat saya pening. Pada salah seorang pengunjung, sang dukun menyuruhnya berteman dengan bulan dan menunjukkan kutilnya pada bulan, agar bulan membawanya pergi. Ia membebaskan pengunjung lain dari roh leluhur yang memiliki pengaruh kuat dalam hidupnya, dan menghentikan mimpi buruk pengunjung lain demi kebaikan. Seorang dukun merupakan sosok yang dapat menyalurkan energi alam, membuat seseorang dapat harmonis dengan alam dan roh-roh halus. Setelah ritual selesai, Maria menaruh jimat pelindung yang ia buat sendiri: