Seorang prajurit pada forum teknis militer internasional ARMY-2015 yang diadakan di luar kota Moskow.
Evgeny Biyatov/RIA NovostiRusia tak lagi masuk dalam daftar lima negara dengan anggaran pertahanan tertinggi tahun ini. Demikian hal tersebut dilaporkan perusahaan riset asal Inggris Jane's Defence Budget.
Berdasarkan laporan itu, AS menempati peringkat pertama, diikuti Tiongkok, dan Inggris. India masuk pada posisi keempat, mengalahkan Arab Saudi dan Rusia. Dengan begitu, untuk pertama kalinya sejak tahun 1990-an, Rusia keluar dari deretan lima besar, tulisFinancial Times.
Setelah diberlakukannya sanksi Barat serta jatuhnya harga minyak dunia, Rusia secara konsisten mulai mengurangi anggaran pertahanan nasional.
Menurut Direktur Pusat Keamanan Internasional di Institut Ekonomi Dunia Aleksey Arbatov, pengeluaran negara untuk sektor pertahanan pada 2016 dianggarkan sebesar 3,2 triliun rubel (52 miliar dolar AS), dan pada 2017 telah ditetapkan hanya sebesar 2,8 triliun rubel (46 miliar dolar AS).
“Ini secara langsung terkait dengan defisit anggaran dan krisis ekonomi, tidak ada alasan lainnya,” tutur Arbatov.
Menurut berbagai sumber, pengeluaran anggaran pertahanan Rusia mengambil lima persen dari PDB negara. Angka ini mengungguli AS (sekitar 3,1 persen dari PDB), Tiongkok, dan sebagian besar negara-negara Eropa (dua persen dari PBD, atau bahkan kurang dari itu). Sementara, Arab Saudi dan Israel menghabiskan lebih besar dari Rusia (masing-masing 13 persen dan 5,5 persen).
Namun demikian, dalam struktur APBN Rusia — jika dibandingkan sektor lainnya — dana yang dihabiskan untuk sektor pertahanan tak banyak dikurangi. Sementara, pemotongan besar-besaran terjadi pada sektor sosial dari perekonomian Rusia. Arbatov menyebutkan, hal ini menunjukkan prioritas pemerintah Rusia.
Pemerintah Rusia telah memutuskan untuk mengurangi pendanaan untuk ‘Pembangunan Inovatif dan Modernisasi Ekonomi’ (dikurangi 250 miliar rubel), serta program-program ‘Kualitas Hidup Baru’ (dikurangi 90,9 miliar rubel), dan ‘Pengembangan Sistem Transportasi’ (83,5 miliar rubel), tulis Novaya Gazeta melaporkan pada Oktober lalu.
Sebagaimana yang dijelaskan Arbatov, Rusia akan memotong anggaran belanja militer dengan meningkatkan durasi pelaksanaan sejumlah proyek, daripada membatalkan seluruh proyek sepenuhnya. Menurutnya, sebagian pengeluaran akan didistribusikan dalam kerangka kerja Program Persenjataan Negara yang baru pada 2025, yang akan menggantikan program serupa pada tahun 2020.
Selain itu, ada kemungkinan Rusia berhemat untuk rencana pelaksanaan latihan militer besar-besaran, yang sebelumnya pernah melibatkan hingga 150 ribu tentara, tutur sang pakar.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda