Para siswa melatih diri mereka sendiri melalui simulator pelatihan pilot di Universitas Penerbangan Sipil Sankt Peterburg, Rusia.
Ruslan Shamukov/TASSDi Rusia, terdapat sekitar 14.800 pilot yang memiliki izin untuk mengantarkan penumpang menggunakan maskapai komersial, demikian disampaikan Presiden Persatuan Pilot Miroslav Boichuk.
Sementara, jumlah pengangguran di sektor penerbangan sipil Rusia baru-baru ini meningkat. Dua tahun lalu, terdapat sekitar 1.500 hingga dua ribu pilot pengangguran. Kini, jumlahnya berkisar 1.600 hingga empat ribu orang.
Sekitar 500 di antaranya adalah pilot dari Transaero, maskapai terbesar kedua di Rusia, yang pada 26 Oktober lalu berhenti beroperasi karena kesulitan finansial.
Sebelum menyatakan bangkrut, Transaero memiliki sekitar 900 pilot. “Sekitar 150 pilot pindah ke Aeroflot (maskapai terbesar Rusia). Sekitar 50 orang mendapat pekerjaan di perusahaan lain, dan 70 lainnya, yang pernah menerbangkan Boeing 747, kini bekerja untuk AirBridgeCargo,” tutur Boichuk, menambahkan bahwa sejumlah pilot Transaero lainnya sudah menjalankan wawancara untuk perusahaan baru, Rossiya, yang dibuat dari tiga cabang Aeroflot: Rossiya, Orenburgskiye Avialinie, dan Donavia.
Seorang narasumber Gazeta.ru yang dekat dengan Aeroflot menyebutkan bahwa saat ini maskapai tersebut memiliki 26 lowongan pilot. Sementara pada 2013, misalnya, Aeroflot membutuhkan 140 pilot.
Selain itu, gaji pilot juga berkurang. Sebagai contoh, dua tahun lalu seorang pilot Aeroflot memiliki pendapatan 500 ribu rubel per bulan (13 ribu – 14 ribu dolar AS, berdasarkan nilai tukar 2014). Kini, berdasarkan pengumuman lowongan Aeroflot, gaji maksimal pilot ialah 400 ribu rubel (lima ribu dolar AS, berdasarkan nilai tukar pada 1 Februari 2016).
“Ketika itu, kita kekurangan pilot pesawat untuk beberapa jenis pesawat: Airbus 319, Airbus 320, Airbus 321, Boeing 737,” tutur Boichuk. Ia menyebutkan, dua tahun lalu terdapat 7.500 co-pilot dan sekitar tiga ribu orang yang memiliki jam terbang lebih dari 2.500 jam, sehingga mereka bisa mengajukan diri untuk posisi pilot.
Setelah mengetahui bahwa para pilot menganggur di pasar domestik dan di saat bersamaan jumlah lowongan menurun, beredar informasi bahwa para pilot Rusia menemukan pekerjaan di luar negeri. Persatuan Pilot memperkirakan sejak akhir 2014, sekitar 50 pilot mendapat pekerjaan di negara lain.
Sebagai contoh, tahun lalu surat kabar Izvestia menuliskan bahwa 264 pilot Rusia bekerja untuk maskapai Emirates.
“Ada permintaan bagi para pilot kami di luar negeri. Sebagai contoh, Tiongkok, menurut berbagai sumber, membutuhkan 300 pilot berpengalaman. Namun, Tiongkok memiliki peraturan medis yang ketat, sehingga tahap seleksi cukup berat. Pada seleksi terbaru, dari 20 pilot Rusia hanya dua orang yang terpilih. Sayangnya, para bibit unggul kita harus meninggalkan Rusia,” kata Boichuk.
Roman Gusarov dari Avia.ru setuju dan menambahkan bahwa pilot Rusia kerap lebih memilih bekerja untuk maskapai asing.
“Ini bukan hanya fenomena hari ini. Hal ini juga terjadi pada tahun-tahun ketika maskapai Rusia kekurangan pilot berpengalaman. Hal yang paling menyedihkan ialah perusahaan asing memilih pilot Rusia yang paling berpengalaman. Siapa saja yang bisa berbahasa Inggris dengan baik selalu siap pergi ke luar negeri,” kata Gusarov.
Bulan lalu, sebuah lembaga khusus akan mendiskusikan langkah untuk membantu mempertahankan jumlah pilot, kata persatuan tersebut.
Para pakar meyakini bahwa banyak pilot yang bekerja untuk maskapai yang berorientasi terhadap transportasi turis bisa kehilangan pekerjaan mereka. “Jika dalam waktu dekat, setidaknya pada Maret, tidak dibuka penerbangan ke Mesir, pada akhir tahun ini kita akan menyaksikan sejumlah kebangkrutan lainnya, sekitar lima hingga enam perusahaan dari 20 perusahaan pertama,” kata Boichuk menyimpulkan.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Gazeta.ru.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda