Pada November 2015, Rusia akan mulai menjual jenis minyak baru. Harian RBC Daily melaporkan bahwa pengumuman tersebut dibuat oleh Dmitri Makhonin, Direktur Administratif Badan Antimonopoli Federal untuk Kompleks Energi dan Bahan Bakar, lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab memantau kolusi di pasar. Menurutnya, nama kelas minyak ini belum diketahui, tapi harganya tak akan berkaitan dengan harga Brent. Minyak jenis baru ini akan dijual dalam rubel terlepas dari tingginya volatilitas mata uang Rusia dan rentannya perubahan nilai rubel terhadap euro dan dolar.
Saat ini, sebagian besar minyak Rusia terdiri dari merek Ural dan ESPO dan dijual dalam dolar dengan potongan harga sehubungan dengan merek minyak berkualitas tinggi yang terkenal di dunia: Brent. Salah satu alasan potongan harga tersebut diberikan adalah karena ketiadaan mekanisme tunggal yang transparan untuk harga pasokan dan jaminan. Pengenalan standar baru, menurut sang pejabat, akan membuat penjualan merek minyak Rusia lebih aktif dan mengurangi potongan harga. Menurut lembaga antimonopoli, ada pula kemungkinan meningkatkan harga berkat pertumbuhan volume perdagangan di pasar.
Pada Juni 2014, Kementerian Energi Rusia menciptakan kelompok kerja di bawah pimpinan Wakil Menteri Kirill Molodtsov dengan melibatkan perwakilan perusahaan minyak dan institusi terkemuka. Kelompok ini mengembangkan pembuatan patokan kelas minyak baru. Pada September 2015, dalam konferensi pasar produk minyak global, Molodtsov menyebutkan bahwa Kementerian Energi yakin penjualan pertama minyak baru akan dilakukan pada akhir 2015 hingga pertengahan 2016. Pertama akan ada tahap uji coba, lalu setelah itu barulah dilakukan penjualan sesungguhnya. Namun demikian, sang wakil menteri tak menjelaskan bagaimana tepatnya perdagangan kelas minyak baru ini akan dilakukan.
Menurut analis UFS IC Petr Dashkevich, kelas minyak baru bahkan lebih baik dari Ural dari segi kuantitas sulfur yang dikandungnya.
Terkait rencana pemerintah untuk menjual minyak dalam rubel, para pakar cenderung skeptis. Menurut Direktur Operasi Pasar Modal Rusia di Freedom Finance Georgy Vaschenko, tak ada perbedaan mendasar antara menjual minyak dalam rubel atau mata uang asing. “Di pasar ekonomi, pembeli yang mendikte peraturan, dan saat ini, mereka akan membeli minyak dalam dolar sekaligus menghindari risiko turunannya, sama seperti dalam dolar,” terang Vaschenko. Terdapat beberapa pembeli yang juga hendak mengasumsikan risiko turunan mata uang dalam rubel menjadi tidak likuid dan sulit diakses. Sehingga, kemungkinan jumlah minyak yang terjual masih kecil dan pasokannya lebih ditujukan bagi pasar Asia Tenggara. Ia juga memperkirakan volumenya akan mencapai beberapa puluh atau ratusan ribu barel per hari, yang setara dengan satu juta dolar AS.
Lebih lanjut, dalam pandangan analis UFS IC Peter Dashkevich, menjual minyak dalam rubel berarti sebagian penjualan wajib pendapatan mata uang untuk eksportir. Inisiatif ini didiskusikan pada akhir 2014 sebagai salah satu langkah untuk mendukung rubel. “Langkah ini dapat memperkuat rubel, tapi akan menciptakan devaluasi pemasukan pemerintah,” kata Dashkevich. Dengan kata lain, pemerintah akan berhenti mendapat keuntungan dari perubahan nilai tukar rubel-dolar, dan akan lebih banyak menerima rubel.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda