Indonesia Akan Kembangkan Penggunaan Energi Nuklir Secara Damai Bersama Rusia

Energi nuklir menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara berkembang berdasarkan sejumlah alasan yang objektif.

Energi nuklir menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara berkembang berdasarkan sejumlah alasan yang objektif.

Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman terkait pengembangan penggunaan energi nuklir secara damai dengan Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom dalam konferensi ATOMEXPO 2015 di Moskow. Forum ini berhasil mencetak rekor jumlah peserta yang mayoritas merupakan negara-negara pendatang baru di bidang energi nuklir. Para pakar menyebutkan hal ini sebagai sebuah potensi besar di bidang ekonomi yang tersembunyi pada setiap unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Selama ATOMEXPO 2015, Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom berhasil menandatangani sejumlah besar kesepakatan kerja sama dengan negara-negara yang tengah melakukan langkah awal dalam penggunaan energi atom secara damai. Di forum ini, Rosatom menandatangani nota kesepahaman di bidang energi nuklir damai dengan Tunisia dan Indonesia. Sementara dengan Ghana, Rosatom tidak hanya menandatangani perjanjian bilateral yang menjadi dasar bagi perizinan proses kerja sama di bidang energi nuklir saja, tetapi juga rencana jangka panjang terkait hubungan kerja sama itu sendiri.

"Saat ini Ghana tidak memiliki reaktor nuklir selain reaktor yang hanya berfungsi untuk kepentingan riset. Namun dengan adanya kerja sama dengan para spesialis dari Rusia, reaktor nuklir pertama akan dibangun di Ghana," ujar Aleksandr Uvarov, seorang pakar independen dan redaktur utama portal berita AtomInfo, mengomentari kesepakatan kerja sama tersebut.

Dari Reaktor Riset Menuju PLTN

Menuju tahun 2020, portofolio pesanan luar negeri sepuluh tahunan Rosatom dapat tumbuh 1,5 kali lipat dan mencapai nilai 150 miliar dolar AS. Di tahun ini, Rosatom memperhitungkan untuk memperoleh kontrak-kontrak luar negeri sebesar 13 miliar dolar AS.

Sekarang perusahaan ASE (pembangun PLTN utama di wilayah luar Rusia) yang masuk ke dalam Rosatom, mempunyai portofolio pemesanan PLTN sebesar lebih dari 60 miliar dolar AS, dan perusahaan tersebut kini sedang membangun sekitar 30 blok energi di luar Rusia.

Saat ini Indonesia juga belum memiliki satu unit PLTN sekalipun, termasuk tidak ada kegiatan ekspor dan impor energi listrik di Indonesia. Namun demikian, isu pembuatan PLTN secara aktif telah dikaji oleh Pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mendukung pengembangan energi nuklir di Indonesia.

Energi nuklir menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara berkembang berdasarkan sejumlah alasan yang objektif. Dengan dibangunnya PLTN, negara akan memperoleh sumber energi listrik secara independen, yang dapat memperkuat ketahanan energi negara. Sementara di bidang ekonomi, negara akan mendapatkan dorongan perkembangan yang sangat kuat, seperti tumbuhnya jumlah lapangan kerja di objek-objek pembangunan PLTN dan kemudian di PLTN yang telah berfungsi nantinya.

Dengan adanya PLTN, negara yang bersangkutan akan masuk ke dalam perkumpulan negara-negara dunia dengan teknologi paling mutakhir. Dengan kata lain, hal ini akan memengaruhi status negara tersebut di dunia. Selain itu, PLTN sebagai sebuah objek pembangkit listrik yang bekerja secara stabil dapat membuat negara memperoleh penghasilan melalui ekspor energi listrik ke negara-negara tetangga.

Berdasarkan program Pemerintah Indonesia, menjelang tahun 2025 akan dibangun empat unit PLTN. Kesepakatan kerja sama yang telah ditandatangani di ATOMEXPO tersebut secara langsung mengedepankan isu pembangunan PLTN di Indonesia dengan melibatkan perusahaan Rusia.

"Untuk negara ini (Indonesia), tanpa diragukan lagi, energi nuklir merupakan pilihan yang cocok. Saat ini Rosatom sudah bekerja sama dengan mitra-mitra di Indonesia terkait proyek pengembangan dan pembangunan konsep desain reaktor riset multifungsi. Dalam hal ini, juga terdapat sejumlah bidang untuk mengembangkan hubungan kerja sama di masa depan," kata Wakil Dirut Rosatom Bidang Pengembangan dan Bisnis Internasional Kirill Komarov.

Indonesia Tertarik pada PLTN Terapung Rusia

Pada bulan April 2015, Badan Tenaga Nuklir Nasional Indonesia (BATAN) mengumumkan RENUKO, Konsorsium Indonesia-Rusia dengan partisipasi anak perusahaan Rosatom, sebagai pemenang tender untuk konsep desain reaktor riset multifungsi bersuhu tinggi dengan pendingin gas berdaya 10 MW di Indonesia.

Dalam forum ATOMEXPO, delegasi Indonesia menunjukkan ketertarikan serius terhadap PTLN terapung Rusia dan pembangkit listrik bergerak lainnya. "Rosatom sedang menyelesaikan pembangunan PTLN terapung pertama di galangan kapal Baltiyskiy. Tahun depan PLTN itu akan diserahkan. Jadi, akan ada referensi teknologi untuk itu," ujar Aleksandr Uvarov.

Pembangkit energi terapung dapat digunakan di daerah-daerah terpencil di pinggir laut atau sungai-sungai besar. Teknologi ini menjadi sebuah daya tarik besar bagi negara-negara kepulauan. Selain itu, PLTN terapung ini merupakan objek pembangkit energi mandiri dengan fasilitas tempat tinggal dan infrastruktur yang lengkap. Pembangkit listrik ini dapat dihubungkan ke infrastruktur-infrastuktur di pinggir pantai atau bahkan dilabuhkan di dekat pusat kebutuhan energi listrik.

PLTN terapung mampu memberikan pasokan energi listrik tidak hanya di titik-titik penduduk dengan akses terbatas saja, tetapi juga pada objek-objek industri skala besar di setiap wilayah perairan, seperti platform kilang minyak lepas pantai. Selain itu, PLTN terapung pun dapat bekerja di titik-titik rawan gempa.

Baca juga: Rusia dan Indonesia Bekerja Sama Bangun Reaktor Nuklir Eksperimental >>>

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki