Sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa dan AS pada Rusia akibat situasi di Ukraina membuat Rusia mulai mengembangkan sayap perdagangan ke Asia Tenggara. Foto: Reuters
Hubungan perdagangan dengan Rusia tak hanya menarik bagi ASEAN. Berdasarkan informasi dari kantor berita Yonhap, Korea Selatan bersama Rusia akan mengambil bagian dalam proyek perusahaan gabungan dalam zona ekonomi khusus Korea Utara Rajin-Sonbong pada akhir April. "Konflik antara Rusia dan Barat akibat krisis Ukraina memicu munculnya target ambisius diplomasi Korea," kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul di Seoul, Senin (13/4).
Ambisi Bulan April
Dalam kunjungan delegasi Rusia, pemerintah Rusia dan Vietnam menandatangani kesepakatan untuk meningkatkan jumlah pembangkit energi di Vietnam serta memasok pesawat Sukhoi Superjet 100 dan gerbong kereta untuk negara tersebut. Perusahaan Rusia juga sedang bernegosiasi untuk membangun Pembangkit Listrik Energi Nuklir Vietnam yang pertama Ninh Thuận I, mengakuisisi kilang minyak Dung Quat, serta merakit truk KAMAZ Rusia di Vietnam.
Dari Vietnam, Perdana Menteri Rusia mengunjungi Thailand untuk menandatangani kesepakatan 7-8 April dengan pemerintah Vietnam. Hal tersebut mencakup kerja sama di sektor energi, pasokan pesawat Sukhoi Superjet 100 dan truk KAMAZ, serta penggunaan modal Thailand untuk membangun jalur kereta di Kalimantan, Indonesia. Pihak Thailand sendiri berhasil bernegosiasi untuk meningkatkan pasokan produk pertaniannya ke Rusia.
Para Pesaing
Salah satu pernyataan terpenting dalam kunjungan Perdana Menteri Rusia adalah pernyataan Perdana Menteri Nguyen Tan Dung terkait negosiasi pendirian zona perdagangan bebas antara Vietnam dengan Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin oleh Rusia. Menurut pejabat senior Vietnam tersebut, hal itu mungkin dapat terwujud dalam beberapa bulan ke depan. "Vietnam merupakan pintu ideal untuk memasuki wilayah ASEAN yang dinamis, dan mempermudah langkah Rusia untuk menciptakan kontrak-kontrak baru dengan negara lain yang tergabung dalam ASEAN," kata Kepala Departemen Analisis Deutsche Bank Yaroslav Lisovolik.
Namun, Kemitraan Trans-Pasifik yang dipimpin AS juga sedang mencoba memasuki wilayah tersebut, sementara zona perdagangan bebas lokal antara Tiongkok dan ASEAN pun telah beroperasi.
"Perusahaan Rusia memiliki kemampuan berkompetisi yang cenderung lebih rendah dalam berbisnis dibanding Uni Eropa, AS, Australia, dan Tiongkok, negara-negara yang sudah mulai beroperasi di Vietnam dan Thailand," kata Yury Zaytsev dari Institute of Applied Economic Studies di Russian Presidential Academy of National Economy and Public Administration (RPANEPA). Menurut Zaytsev, perbedaan regulasi negara-negara di Asia juga menjadi penghalang bagi para pengusaha Rusia.
Namun menurut Lissovolik, Rusia memiliki beberapa keunggulan yang sangat bermanfaat dalam membangun hubungan perdagangan dengan ASEAN. "Pertama, kita dapat membuka seluruh pasar Uni Ekonomi Eurasia untuk mitra kami. Kedua, proposal untuk kerja sama bahan bakar dan energi dengan Rusia pun akan menarik bagi banak negara."
Sebagai tambahan, Rusia akan mencoba untuk melakukan kerja sama antarwilayah, kata Viktor Sumsky, Direktur ASEAN Centre di MGIMO University. "Terutama dalam investasi yang menarik di Timur Jauh Rusia."
Rusia berupaya mengembangkan kerja sama perdagangan dengan negara Asia sejak hubungannya dengan Eropa dan AS membeku.
"Bagi kami, Vietnam dan Thailand merupakan diversifikasi ekspor-impor dan risiko investasi," kata Zaytsev.
Secara keseluruhan, menurut Lissovolik, semua langkah telah dipilih dengan benar. "ASEAN adalah pasar yang paling dinamis dan berkembang pesat di dunia saat ini."
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda