Tingkat Inflasi Mencapai Dua Digit, Harga Barang di Rusia Meroket

Tingkat inflasi tahunan Rusia pada Januari lalu mencapai angka 15 persen. Foto: TASS

Tingkat inflasi tahunan Rusia pada Januari lalu mencapai angka 15 persen. Foto: TASS

Tingkat inflasi tahunan Rusia mencapai 15 persen pada Januari lalu. Harga barang di Rusia mengalami peningkatan tertinggi sejak Februari 1999. Menurut para ahli, peningkatan harga terjadi karena jatuhnya harga minyak dan konsekuensi dari melemahnya nilai tukar rubel. Para ahli memprediksi, tingkat inflasi selanjutnya akan bergantung pada penyelesaian krisis di Ukraina.

Berdasarkan data statistik yang dipublikasikan oleh Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia, tingkat inflasi tahunan Rusia pada Januari lalu mencapai angka 15 persen. Laporan tersebut juga menunjukan, kenaikan harga barang konsumsi di Rusia mencapi 3,9 persen. Itu merupakan kenaikan harga tertinggi sejak puncak krisis ekonomi terakhir yang dialami Rusia pada Februari 1999.

"Meroketnya nilai inflasi akan membuat harga barang naik sebanyak sepuluh hingga seratus persen dalam jangka tahunan, dan perekonomian Rusia telah berada di posisi tersebut sejak tahun lalu. Peningkatan inflasi terutama akan memengaruhi harga produk pangan," kata Timur Nigmatullin, analis keuangan dari perusahaan investasi Finam.

Penyebab Sudah Jelas

Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia menyebutkan, melemahnya nilai rubel akibat jatuhnya harga minyak ambil andil cukup besar dalam peningkatan angka inflasi di Rusia. Kementerian memprediksi inflasi akan mencapai puncaknya pada akhir kuartal kedua 2015, hingga level 17 sampai 17,5 persen.

Sebelumnya, Kementerian Ekonomi berasumsi tingkat inflasi tak akan lebih dari 14 persen pada Januari 2015. Namun kini, nilai inflasi tahunan Rusia pada Januari ternyata melampaui prediksi tersebut. Berdasarkan data Kementerian Ekonomi, pada Januari 2015 hampir semua harga makanan meningkat sebanyak 3,2 persen, sementara harga barang nonmakanan meningkat 3,2 persen, dan harga jasa meningkat sebanyak 2,2 persen.

"Sebelumnya kita belum pernah mengalami tekanan akibat tingkat inflasi setinggi ini. Namun kenaikan harga barang konsumsi dengan mudah dapat dijelaskan oleh terpuruknya harga minyak dan melemahnya nilai tukar rubel ang kehilangan hampir setengah nilainya," terang Alexei Kozlov, kepala analis di UFS IC.

Menurut Kozlov, kini harga nilai tukar rubel mulai stabil, dan harga minyak kemungkinan dapat mulai merangkak naik. Keduanya yang akan berdampak positif terhadap tingkat harga barang konsumsi.

Ia menambahkan, kesimpulan jangka panjang tak dapat diambil hanya berdasarkan data statistik satu bulan, karena kelak tingkat inflasi bisa saja kembali turun.

Berhati-hati

Menurut para analis UFS IC, tingkat inflasi harga barang konsumsi tahun ini akan berkisar di level sepuluh hingga 12 persen.

Dalam wawancara bersama Bloomberg, Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina menyatakan bahwa inflasi diprediksi akan terus menanjak selama beberapa saat dan akan mencapai puncaknya pada kuartal kedua, sebelum akhirnya mulai turun. Menurut Nabiullina, peningkatan inflasi di Rusia saat ini terjadi akibat faktor-faktor yang telah jelas, dan tidak ada alasan lain yang dapat membuat harga barang konsumsi mendadak meroket.

Sementara, Nigmatullin memprediksi ketidakstabilan akibat devaluasi nilai rubel yang sangat buruk dan larangan impor berbagai produk makanan Uni Eropa sejak Agustus 2014 tidak akan reda sebelum akhir kuartal kedua 2015.

Sedangkan Kepala Departemen Analisis Profit Group Gleb Zadoya menilai terdapat beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan peningkatan harga barang konsumsi, yakni semakin anjloknya harga minyak dan terus melemahnya nilai tukar rubel akibat pemberian sanksi baru oleh Barat. Pihak Barat telah mengancam akan mengirim gelombang sanksi baru pada Rusia jika konflik di Ukraina tak kunjung menemukan penyelesaian.

Warga Rusia sendiri telah merasakan dampak dari inflasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Public Opinion Foundation, saat ini warga Rusia sangat mengkhawatirkan situasi ekonomi negaranya (23 persen) serta tingginya inflasi dan kenaikan harga barang (22 persen). Satu dari sepuluh orang Rusia menyinggung masalah rendahnya upah dan standar hidup, sementara sepuluh persen lainnya menyinggung masalah pengangguran. Delapan persen warga Rusia menilai situasi saat ini terjadi karena perekonomian Rusia terlalu tergantung pada sumber daya alam, khususnya ekspor minyak.

Ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan masyarakat Rusia? Baca lebih lanjut. >>>

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki