Yakutia, 1 September 2014: Peluncuran "Sila Sibiri" Foto: Valery Sharifulin/TASS
Rusia Mulai Gali Minyak di Arktik
Pada bulan April, Gazprom membongkar kiriman pertama minyak yang digali di Prilazlomnaya, satu-satunya platform industri di dunia yang akan berlokasi di lempeng Arktik. Proyek pertama di Arktik tersebut terealisasi meski menghadapi protes besar-besaran dari aktivis lingkungan, termasuk dari Greenpeace yang menentang ekstraksi dari lempeng itu. Pada 2020 mendatang, Rusia berencana membangun 25 platform di Arktik dan menawarkan teknologinya ke negara-negara lain.
Kontrak Pembangunan Pipa Gas dengan Tiongkok
Pada bulan Mei, Gazprom dan perusahaan Tiongkok CNPC menandatangani kontrak senilai 400 miliar dolar AS. Kontrak tersebut mengharuskan Rusia memasok 38 miliar meter kubik gas per tahun untuk Tiongkok selama 30 tahun. Pasokan akan diangkut melalui saluran pipa gas Power of Siberia, yang pembangunannya telah dimulai pada September lalu. Berkat proyek ini, volume investasi tahunan monopolis gas Rusia itu akan tumbuh sebesar lima hingga enam miliar dolar AS.
Yandex Masuk Bursa Saham Moskow
Pada Juni, perusahaan Belanda Yandex N. V. yang memiliki mesin pencari terbesar Rusia, Yandex, mulai menjual saham di bursa Moskow. Saham Yandex akan terus diperdagangkan di NASDAQ Amerika, tempat perusahaan mengadakan IPO pada Mei 2011, menempatkan 17,6 persen sahamnya di pasar. Volume keseluruhan dari IPO Yandex mencapai 1,43 miliar dolar AS, sehingga menjadi salah satu IPO terbesar dalam sejarah bursa saham Amerika.
Ukraina berhenti membeli gas Rusia
Pada Juni 2014, Gazprom berhenti memasok gas ke Ukraina karena pertumbuhan utang negara tersebut. Kemudian, pemerintah Ukraina menuduh Rusia menaikkan harga tanpa dasar dari $285 menjadi $485 per seribu meter kubik. Pasokan gas dari Rusia ke Ukraina kembali berjalan baru pada Desember 2014.
Sanksi terhadap Rusia dari negara-negara Barat
Pada bulan Juli 2014, AS dan negara-negara Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan terbesar Rusia yang berkaitan dengan pemerintah, termasuk Rosneft, serta bank-bank terbesar seperti VEB, VTB, Sberbank, dan Gazprombank. Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, mengumumkan bahwa kerugian Rusia dari sanksi geopolitik ini mencapai $40 miliar.
Larangan impor makanan dari Eropa dan AS ke Rusia
Menanggapi sanksi Barat, pada bulan Agustus 2014 pemerintah Rusia menetapkan embargo pada pasokan pangan dari AS, Uni Eropa, dan negara-negara yang turut mengenakan larangan kepada Rusia. Setelah itu, pasar Rusia kehilangan hampir sepertiga dari jumlah susu dan daging impor, serta setengah dari produk ikannya.
Penurunan Harga Minyak
Dalam negosiasi OPEC di Wina (27/11), negara-negara anggota OPEC gagal mencapai persetujuan untuk menopang harga minyak dunia. Setelah keputusan OPEC tersebut, harga minyak turun sebanyak 7,21 persen menjadi sama dengan rekor tahun 2010, yakni 72,52 dolar AS per barel, dan kemudian turun lagi menjadi 65 dolar AS per barel. Akibat penurunan harga minyak ini, Rusia merugi sekitar 90-100 miliar dolar AS dalam setahun. Lima puluh persen anggaran Rusia bergantung pada pendapatan minyak dan gas, sehingga penurunan harga minyak menyebabkan nilai rubel anjlok.
Devaluasi Rubel
Pada Oktober, Bank of Russia melakukan intervensi dengan menjual sekitar 30 miliar dolar AS kemudian melepas rubel untuk mengambang bebas dua bulan lebih cepat dari jadwal. Akibatnya, nilai rubel turun 60 persen terhadap dolar dan euro, menyebabkan inflasi dan penurunan pendapatan penduduk.
Menarik Kembal Modal di Luar Negeri
Pada November, Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma), menyetujui RUU terkait penarikan kembali modal perusahaan ke dalam negeri (deoffshoring). Kini para pemegang saham Rusia harus membayar pajak atas laba ditahan perusahaan internasional mereka, terutama mereka yang terdaftar di luar negeri atau di yurisdiksi asing. Terkait hal ini, Putin berjanji memberikan amnesti penuh untuk modal yang kembali ke Rusia.
Penghentian Proyek South Stream
Pada Desember, Rusia menghentikan pembangunan saluran pipa South Stream. Proyek ini meliputi peletakan pipa di dasar Laut Hitam dari Rusia melalui Bulgaria dan selanjutnya ke negara-negara Balkan dan Eropa lain. Putin menjelaskan bahwa alasan penghentian proyek itu adalah Bulgaria menolak memberikan izin akhir untuk merealisasikan saluran pipa tersebut.
Laporan ini disusun oleh perwakilan perusahaan investasi Finam Management, UFS IC, Investcafe, analis dari Pusat Penelitian Struktural RANEPA, serta beberapa perusahaan terbesar Rusia, termasuk Rusal, Magnitorgorsk Iron dan Steel Works, Novolipetsk Steel, Cherkizovo Group, dan lain-lain.
Ingin tahu bagaimana perkembangan ekonomi Rusia? Baca lebih lanjut. >>>
PM Rusia: Langkah Balasan Rusia Terhadap Barat Mungkin Akan Berkepanjangan
Sanksi Barat Tak Pengaruhi Ekspor Senjata Rusia
Diplomat Eropa: Pembatalan Sanksi Anti-Rusia Bergantung pada Situasi di Ukraina
Menteri Ekonomi Rusia: Rusia Tidak Menutup Diri dari Dunia Luar
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda