Dengan menyatakan bahwa area Asia Pasifik merupakan wilayah kunci kepentingan nasional AS, Barrack Obama tengah berupaya menciptakan sistem untuk menghambat Tiongkok. Foto: Reuters
Dalam deklarasi final APEC, para pemimpin negara-negara yang besar secara ekonomi di Asia dan kawasan Pasifik menggarisbawahi bahwa konsolidasi dan kemajuan integrasi ekonomi regional, dukungan sistem perdagangan multilateral, gerakan perlawanan terhadap proteksionisme dalam segala bentuk, serta langkah-langkah pencegahan fragmentasi pasar regional yang mungkin terjadi, diharapkan dapat terwujud dari APEC.
Pembentukan zona perdagangan bebas di Asia Pasifik (ZPBAP) akan menjadi jawaban atas tantangan tersebut, dan salah satu tawaran untuk mewujudkan zona tersebut adalah road map (rencana kerja terperinci) kontribusi APEC dalam mewujudkan ZPBAP. Hal itu ditegaskan oleh tuan rumah KTT APEC Presiden RRT Xi Jinping, sebagai salah satu pencapaian terpenting dalam forum ekonomi tersebut.
Pencapaian itu dibuat berdasarkan inisiatif Tiongkok. Rencananya, Tiongkok sendiri yang akan memimpin realisasi road map tersebut. Sebenarnya, wacana mengenai integrasi zona Asia Pasifik sudah berlangsung sejak terbentuknya APEC, yakni 25 tahun lalu.
Inti tawaran Tiongkok adalah pembentukan sebuah alternatif dari ide AS yang hendak membuat Kemitraan Trans Pasifik. Hal ini merupakan reaksi dari pembentukan zona perdagangan bebas yang dihuni oleh AS, Jepang, dan sekutu dekat AS di wilayah tersebut, namun tidak mengikutsertakan Tiongkok dan Rusia.
Dengan menyatakan bahwa area Asia Pasifik merupakan wilayah kunci kepentingan nasional AS, Barrack Obama tengah berupaya menciptakan sistem untuk menghambat Tiongkok. Sistem tersebut serupa dengan yang ada di Eropa, yakni perbatasan Uni Eropa hampir seluruhnya masuk dalam zona kewenangan NATO.
Oleh karena itu, menjelang KTT APEC media massa Tiongkok menyebut kebijakan Obama sebagai tindakan “banal” (tidak elok). Para pakar Rusia juga berpandangan sama. “AS tak menawarkan hal baru di Beijing,” ujar Wakil Direktur Pusat Penelitian APEC Rusia Gleb Ivashentsov.
Dalam KTT APEC, Tiongkok menawarkan kemitraan komprehensif tanpa adanya garis pemisah, yang dapat menyulut konfrontasi. Dalam hal ini Tiongkok mendapat dukungan penuh dari Rusia. Dalam pidatonya di rapat kerja pertama para pemimpin ekonomi forum APEC, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, “Dalam konteks tersebut, saya ingin memuji road map Beijing yang disiapkan oleh pemerintahan Tiongkok terkait pemberian kontribusi dalam usaha kemajuan untuk membentuk zona perdagangan bebas Asia Pasifik. Langkah-langkah yang ada dalam road map tersebut dapat membantu mengharmonisasikan inisiatif terintegrasi yang direalisasikan di wilayah APEC”. Selain itu, Presiden Rusia juga menggarisbawahi bahwa kesepakatan baru tidak harus merugikan sistem perdagangan multilateral WTO.
Jadi, dalam pernyataan itu ada kritik terhadap konsep Kemitraan Trans Pasifik milik AS dan dukungan terhadap posisi Tiongkok sejalan dengan tawaran Rusia yang diajukan pada 2012 lalu dalam KTT APEC di Vladivostok.
Sejalan dalam Pertumbuhan Perdagangan
Pandangan Moskow dan Beijing yang mirip mengenai hubungan kerja sama di Asia Pasifik ditegaskan oleh pertumbuhan hubungan ekonomi perdagangan bilateral yang cepat, termasuk pertumbuhan yang muncul dalam ranah KTT APEC. Kesepakatan pengiriman gas ke Tiongkok melalui jalur pipa di Siberia Barat telah tercapai. Hal itu mematahkan monopoli Eropa sebagai pembeli utama gas Rusia.
Selain itu, perusahaan migas Rusia Rosneft dan perusahaan Tiongkok China National Oil & Gas Exploration and Development Corporation telah menandatangani kesepakatan kerangka kerja terkait kepemilikan sepuluh persen saham perusahaan Vankorneft Rusia. Kesepakatan tersebut merupakan preferensi serius bagi para importir Tiongkok. Selain itu, jumlah pengiriman minyak mentah Rusia langsung ke Tiongkok juga terus meningkat. Seperti yang diumumkan oleh kepala perusahaan Rosneft Igor Sechin, Rusia dan Tiongkok telah sepakat mengadakan pengiriman minyak mentah tambahan sebanyak lima juta ton minyak per tahun ke Tiongkok.
Pada Juni 2013, Rosneft dan perusahaan migas nasional Tiongkok CNPC telah menandatangani kontrak jangka panjang pengiriman minyak mentah Rusia ke Tiongkok. “Jumlah pasokan minyak yang dikirim adalah 365 juta ton dalam jangka waktu 25 tahun, dan nilai kontrak tersebut diperkirakan mencapai 270 miliar dollar AS,” ungkap Sechin kala itu.
Pada akhirnya, tentu penaklukan sanksi eksternal terhadap Rusia tidaklah sepenting omzet strategis Rusia ke Timur, yang sudah diumumkan oleh Presiden Rusia dua tahun lalu.
Rusia mengemban tugas yang sangat sulit dalam penguatan kemitraan Rusia dengan Tiongkok,yakni melahirkan kembali dan mengembangkan ekonomi Siberia serta Dalniy Vostok, berdasarkan hubungan kerja sama ekonomi di wilayah Asia Pasifik. “Hanya hal tersebut yang dapat membuat Rusia dapat menjaga statusnya sebagai negara adidaya. Tidak ada jalan lain,” tegas Gleb Ivashentsov.
Putin dan Obama Berbincang di Sela APEC Beijing
Putin dan Jokowi Bertemu di APEC, Bahas Peluang Kembangkan Kerja Sama Ekonomi
KTT APEC di Beijing: Tiongkok dan AS Akan Bentrok?
Ulyukaev: Fokus Politik dan Ekonomi Global Beralih ke Asia-Pasifik
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda