Menteri Pengembangan Timur Jauh Alexander Galushka. Foto: Alexei Kudenko/RIA Novosti
"Tahun ini akan dicatat dalam buku-buku sejarah sebagai titik balik, titik acuan bagi zaman baru, di mana perangUkraina dimulai, Krimea kembali ke Rusia, dan sanksi dikenakan terhadap negara kami,” kata Medvedev dalam pidato pembukaan Forum Investasi Sochi.
Ia menyatakan bahwa ketegangan hubungan Rusia dan Barat memaksa Rusia meninjau kembali orientasi ‘koordinat’ mereka. “Kami merasa Barat tak lagi mempertimbangkan fakta bahwa Rusia memiliki kepentingan sendiri. Akibatnya, semua gagasan mengenai evolusi dunia setelah Perang Dunia II perlu dipertanyakan kembali,” ujar Medvedev.
Menurut Medvedev, terdapat beberapa upaya pemberian sanksi terhadap Rusia dalam satu abad terakhir, namun Rusia selalu berhasil mengatasinya. “Ada pendapat yang berbeda mengenai sistem politik Soviet, tapi paling tidak kita mampu mengatasi sanksi," tutur Medvedev. Medvedev mengingatkan, pada 1981 AS berhenti memasok bahan untuk pipa gas Urengoy-Uzhgorod, tapi fasilitas itu tetap bisa dibangun. Lalu pada 1998, AS memberi sanksi terhadap lembaga ilmiah yang dicurigai bekerja sama dengan Iran. “Sejarah menunjukkan bahwa semua upaya untuk menekan Rusia adalah sia-sia,” kata Medvedev.
Medvedev menilai, tekanan pada negara yang relatif kecil saja terbukti sia-sia, apalagi terhadap Rusia, negara keenam terkuat di dunia secara ekonomi. “Kenyataannya, menekan menggunakan sanksi adalah tindakan yang berdampak negatif, baik bagi Rusia maupun bagi Barat sendiri. Kami mengalami kerugian, tapi tidak ada yang mampu memprediksi bagaimana sanksi akan berdampak pada perekonomian dunia," tambah Medvedev.
Dalam pandangan Medvedev, situasi saat ini berbeda dengan krisis 2008, karena selama krisis ekonomi terakhir itu seluruh kekuatan ekonomi dunia yang besar bekerja sama. Dalam periode itu, G-20—lembaga yang mempersatukan negara-negara yang sangat berbeda satu sama lain, diciptakan. “Ini adalah jaminan kesuksesan. Kami masih bersedia mendengarkan mitra kami asal mereka bersedia mempertimbangkan kepentingan kami," ujar Medvedev. Menurutnya, negara-negara Eropa masih menjadi investor utama dalam perekonomian Rusia, dengan volume investasi sekitar 300 miliar dolar AS.
Putar Haluan ke Asia
Dalam waktu dekat, ekonomi Rusia akan melakukan reorientasi ke Asia. "Konvergensi Rusia dengan Asia adalah proses yang obyektif. Kami memulainya sejak hampir sepuluh tahun yang lalu,” kata Medvedev. Ia menjelaskan, hal tersebut melibatkan kolaborasi dengan semua negara: Tiongkok, India, Jepang, serta negara-negara lain di Asia yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah.
Medvedev juga menjelaskan bahwa pada musim gugur 2014, Majelis Rendah Duma Rusia akan dihadapkan dengan rancangan undang-undang mengenai penciptaan 14 wilayah pengembangan lanjutan dengan rezim fiskal preferensial di Siberia dan Timur Jauh, yang orientasi utamanya ialah investor Asia.
Kerja sama lain dengan negara-negara Asia akan berupa pengembangan proyek-proyek infrastruktur, terutama pembesaran koridor-koridor kereta api trans Euro-Asia, yakni rel kereta api Trans Siberia dan Baikal-Amur. Volume investasi umum dalam proyek-proyek tersebut mencapai lebih dari 13 miliar dolar AS.
Menurut Medvedev, strategi baru Rusia di Asia bukan sekedar membalas dendam terhadap Eropa. “Ini adalah evolusi peristiwa yang alami. Namun, kami tidak bisa mengecualikan fakta bahwa penguatan negara kami di wilayah ini akan menambah kekuasaan kami di bagian lain, termasuk di Eropa,” terang Medvedev.
Kerja sama dengan negara-negara Asia berlangsung dengan latar belakang memburuknya indikator ekonomi Rusia. Dalam delapan bulan pertama tahun ini, PDB Rusia tumbuh sebesar 0,7 persen. Untuk 2014, pertumbuhan PDB Rusia ialah 0,5 persen, sedangkan selama lima tahun terakhir PDB Rusia telah tumbuh satu persen per tahun. Dari Januari hingga Agustus 2014, investasi dalam modal riil berkurang sebesar 2,5 persen, namun produksi industri tumbuh sebesar 1,3 persen. Pertanian berkembang lebih cepat dibanding sektor ekonomi lain. Dalam delapan bulan produksi, sektor ini tumbuh sebesar lima persen. Sementara, pengangguran stabil di angka lima persen, sedangkan tahun lalu angkanya mencapai 5,7 persen. Selain itu, Rusia mampu mempertahankan volume cadangan emas yang cukup besar. Medvedev menjelaskan, sebelumnya Rusia mengharapkan pemulihan ekonomi yang lebih substansial, namun dalam situasi ekonomi eksternal memaksa mereka untuk mengubah perkiraan.
Medvedev: Perekonomian Rusia Bisa Tumbuh 0,5 Persen Tahun Ini
Medvedev: Kami Akan Tanggapi Sanksi Baru dari Barat Secara Asimetris
Dewan Federasi Rusia Sayangkan Pemberian Sanksi Baru dari Uni Eropa
Kemenlu Rusia: Sanksi Baru Uni Eropa, Pelampiasan Kegagalan Politik Luar Negeri
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda