Sesi jumpa pers kunjungan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN, Moskow, 13 Maret 2014. Kredit: Elizaveta Moskvina
Sekitar 50 pengusaha dan pejabat Rusia akan berkunjung ke Indonesia, Malaysia dan Singapura pada 22-30 Maret 2014. Kunjungan tersebut bertujuan meningkatkan kerjasama bisnis antara perusahaan Rusia dengan para rekan dari ASEAN. Delegasi dari Rusia akan dipimpin langsung oleh Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Rusia Aleksey Likhachev.
Likhacev menjelaskan, Kementerian Perkembangan Ekonomi Rusia berhasil berhasil mengumpulkan perusahaan-perusahaan Rusia dengan latar belakang yang berbeda untuk ikut serta dalam kunjungan bisnis tersebut, mulai dari bidang energi, migas, mesin berat dan aviasi, hingga bidang inovasi dan teknologi informasi, mikroelektronik dan farmasi. “Tentu saja tugas utama kami adalah membantu negosiasi bisnis anggota delegasi dengan perusahaan yang sesuai di Indonesia, Malaysia dan Singapura,” ungkap Likhachev kepada RBTH. Kunjungan bisnis akan diikuti oleh 25 perusahaan Rusia, antara lain Skolkovo Innovation Center, Russian Direct Investment Fund, PT Inter RAO, PT Polet (perusahaan aviasi), Natsionalniy Investitsionniy Alians, PT Lukoil Asia Pasific, PT United Aircraft Corporation, PT NK Rosneft, PT OKB SAPR, Association of Electronic Trading Platforms, PT Krasnokamskiy RMZ, PT InfoVotch, dan lain-lain.
Likachev menjelaskan, pada kunjungan bisnis tersebut ia hendak mendorong kerjasama ekonomi dan investasi antara negara-negara ASEAN dan Rusia. ASEAN merupakan organisasi yang sangat berarti bagi perdagangan internasional Rusia. Sejak 2005, omzet perdagangan Rusia dengan negara anggota ASEAN naik 4 kali lipat dan kini jumlahnya mencapai 17 miliar dolar AS. Padahal, skala kerjasama investasi tidak terlalu tinggi. Investasi Rusia di negara-negara ASEAN berjumlah sekitar 100 juta dollar AS.
Dalam kunjungan bisnis tersebut, delegasi Rusia akan bertemu dengan Wakil Sekretaris Jendral ASEAN Lim Hong Hin dan perwakilan Dewan Penasehat Bisnis ASEAN. Selain itu, akan ada pula dialog bisnis Indonesia-Rusia dengan tema “Rusia dan Indonesia: ASEAN – Peluang Baru untuk Kerjasama Bisnis”, pertemuan dengan kementerian dan instansi negara terkait, serta pertemuan antara pengusaha Rusia dengan partner potensial di Indonesia.
Di Malaysia dan Singapura juga akan ada forum bisnis dan pertemuan business-to-business, serta pertemuan anggota delegasi Rusia dengan komite petinggi Malaysia, eksportir setempat, Asosiasi Perusahaan Informasi Teknologi, serta Agensi Inovasi dan Korporasi Bioteknologi.
Kerjasama dengan Indonesia
Dubes RI untuk Rusia Djauhari Oratmangun dan Deputi Kepala BKPM Bidang Kerjasama Investasi Achmad Kurniadi saat ditemui RBTH Indonesia pada sesi jumpa pers kunjungan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN, Moskow, 13 Maret 2014. Kredit: Elizaveta Moskvina
Pemerintah Rusia berharap kunjungan ini dapat mendorong kerjasama Indonesia dan Rusia serta menjadi langkah nyata dari hasil Sidang Komisi Bersama Indonesia-Rusia ke-9 Kerjasama Bidang Ekonomi, Perdagangan dan Teknologi pada akhir Februari lalu. Likhachev memaparkan, Sidang Komisi Bersama tersebut telah menghasilkan kerjasama nyata berupa proyek pembangunan jalur kereta api di Kalimantan pada 2015 oleh perusahaan kereta api Rusia RZD dan pengiriman pesawat Sukhoi Superjet-100 saat ini sedang dilakukan. “Kami ingin menegaskan bahwa semua bentuk kerjasama bertujuan untuk mencapai target pemerintah Rusia dan Indonesia yakni peningkatan omset pedagangan menjadi 5 miliar dolar AS pada 2015,” jelas Likhachev.
Rusia dan Indonesia juga akan bekerjasama dalam bidang inovasi teknologi. Pada Februari lalu, Wakil Perdana Menteri Federasi Rusia Dmitry Rogozin menyampaikan rencana kerjasama dalam bidang inovasi, antara lain pembuatan sistem pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, peluncuran operator pemancar satelit di wilayah Indonesia dengan teknologi dan kontrol dari GS Group Holdings Rusia, pembuatan sistem informasi dan peringatan bagi masyarakat pada kondisi darurat dengan menggunakan pemancar satelit, serta pembangunan kompleks teknologi pembuatan radioisotop.
Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Rusia diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2013, omzet perdagangan antara kedua negara hampir mencapai 3 miliar dolar AS, naik 2,7 persen dibanding tahun 2012. Bila menggunakan perhitungan angka dua digit, kenaikan tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Namun bila mempertimbangkan krisis ekonomi global, angka tersebut tidaklah buruk.
Jumlah impor Indonesia pada 2013 menunjukkan peningkatan, meski jumlah ekspor Rusia turun drastis. Penyebab utama hal tersebut adalah gentingnya kondisi ekspor tradisional Rusia. Pengiriman minyak Rusia dan produknya ke Indonesia turun sebanyak 79,9 persen dan ekspor besi turun sebesar 53,2 persen. Sedangkan ekspor mesin dan peralatannya naik 48 kali lipat berkat pengiriman alat-alat aviasi Rusia. Sebanyak tiga unit pesawat terbang Rusia telah melakukan penerbangan sewa dan regular untuk wilayah domestik Indonesia. Berdasarkan perjanjian kontrak dengan perusahaan penerbangan Sky Aviation, hingga 2016 akan ada pengiriman 12 superjet lagi ke Indonesia.
Infografis Perkembangan Perdagangan Rusia-Indonesia
Menurut Likhachev, kerjasama bilateral Indonesia-Rusia saat ini belum maksimal. “Lingkungan bisnis kedua negara tidak mendapat informasi yang cukup mengenai potensi yang ada. Kunjungan bisnis ini merupakan salah satu cara menaklukkan kesenjangan informasi,” tutur Likhachev.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda