Selain rel kereta api dan komponen bergeraknya, ada pula rencana pembangunan terminal laut untuk pengangkutan batubara dengan kapal dan pembangkit listrik tenaga batubara.
"Jalan aspal itu lurus dan mulus, tak ada guncangan ketika mobil melaju kencang di atasnya. Jalan ini berbeda dengan jalan trans-Kalimantan dari Nunukan, Kalimantan Timur ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang penuh lubang dan bergelombang. Warga setempat mengenal jalan itu sebagai Jalan Palangkaraya-Tangkiling. Namun, Gardea Samsudin (70) mengenangnya sebagai Jalan Rusia."
Itulah gambaran yang diberikan koran Kompas 19 Februari 2009 mengenai jalan di Kalimantan yang dibangun oleh tenaga ahli dari Rusia.
Jalan yang kini dikenal sebagai Jalan Rusia tersebut merupakan ruas jalan nasional terbaik sepanjang jalan trans-Kalimantan yang dilalui Tim Jelajah Kalimantan Kompas bersama Departemen Pekerjaan Umum (PU). ”Kita tak pernah membangun jalan sebaik Jalan Rusia lagi, yang masih mulus walau sudah puluhan tahun,” kata Wibowo, staf Departemen PU.
Dalam waktu dekat, ada wacana pembuatan “Jalan Rusia” baru di Kalimantan berupa jalur kereta api. Vladimir Yakunin, Presiden perusahaan kereta api Rusia RZD (Russian Railways), telah melakukan pembicaraan mengenai rencana pembuatan jalur kereta api di Kalimantan Timur pada kunjungannya ke Indonesia pada Mei 2013.
Saat Sidang Komisi Bersama Indonesia-Rusia ke-9 Kerjasama Bidang Ekonomi, Perdagangan dan Teknologi baru-baru ini, Menteri Koordinator Ekonomi Indonesia Hatta Rajasa mengungkapkan nilai proyek rel kereta tersebut secara keseluruhan yakni berkisar 2-3 miliar dolar AS. Hatta berjanji akan memberi dukungan kepada perusaahaan Rusia dalam semua tahap pelaksanaan proyek.
Dua Tahap Pembangunan
Menurut Presiden Direktur PT Kereta Api Borneo Andrey Shigaev, pembangunan jalur kereta akan dilakukan dua tahap. “Pada tahap pertama, kami berencana membangun jalan sekitar 190 km dari kabupaten Kutai Barat hingga pelabuhan di kota Balikpapan,” ungkap Shigaev kepada koresponden RBTH Indonesia mengenai realisasi proyek RZD di Kalimantan tersebut. Jalan yang dibangun pada tahap pertama rencananya akan digunakan untuk pengangkutan batubara, baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhan dalam negeri.
Shigaev menyatakan eksplorasi batubara Indonesia secara terpusat belum dilakukan. “Angka keseluruhan cadangan batubara di Kalimantan berkisar 8-50 miliar ton, tetapi bagaimanapun juga di tahap pertama ini kami hanya fokus pada perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan dan memiliki cadangan cukup untuk menjamin proyek dapat berlangsung minimal 15 tahun, walau kami tahu jumlah batubara yang ada di sana jauh lebih besar,” kata Shigaev.
Selain rel kereta api dan komponen bergeraknya, ada pula rencana pembangunan terminal laut untuk pengangkutan batubara dengan kapal dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Di sepanjang jalan akan ada kabel optik untuk internet berkecepatan tinggi dan kabel tegangan tinggi yang menjamin kestabilan pasokan listrik.
Biaya pembangunan proyek tahap pertama tersebut ialah 1.7 miliar dolar AS. Volume lalu lintas barang di tahun pertama setelah peluncuran tahap awal tersebut adalah 8 juta ton. Jumlah angkutan akan bertambah hingga 20-30 juta ton di tahun keempat, dengan kemungkinan pertambahan lebih lanjut hingga 45 juta ton bersamaan dengan pembangunan tahap kedua.
Pada tahap kedua, akan ada perpanjangan jalan ke provinsi Kalimantan Tengah dengan transisi menggunakan traksi listrik. “Jika pemerintah Indonesia setuju, maka jalur kereta api juga akan digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan, pertanian, komoditi lain, serta menjadi angkutan penumpang” tambah Shigaev.
Meningkatkan Ekonomi dan Infrastruktur Daerah
Realisasi proyek jalur kereta api ini diharapkan dapat menyerap 2.500 pekerja lokal. Sebanyak 10.000 pekerja tambahan juga dibutuhkan untuk proyek lain yang berhubungan, dan dalam hal ini warga lokal akan menjadi prioritas dalam perekrutan pekerja.
“Kami bukan orang yang datang membangun sejumlah infrastruktur dan pergi begitu saja, ataupun membangun infrastruktur lalu menetap sambil menarik keuntungan. Kami memegang tradisi yang lama dan kuat, seperti Uni Soviet membangun jalan kereta api di negara-negara lain, itu akan menjadi jalan kereta api Indonesia yang dikerjakan oleh warga Indonesia sendiri,” terang Shigaev.
Menurut Shigaev, saat ini proses persiapan tenaga kerja lokal sedang dilakukan. Dalam pertemuan Komisi Indonesia-Rusia, banyak perhatian tertuju pada pemberian beasiswa pendidikan untuk warga Kalimantan ke Rusia.
Kantor berita Indonesia Antara baru-baru ini menyampaikan bahwa pemerintah Kalimantan Timur dan RZD telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pada awal Februari. Nota kesepahaman tersebut berisi mengenai pengiriman 300 mahasiswa untuk mempelajari kereta api di Moskow State University of Engineering Railway (MIIT) untuk mempersiapkan sumber daya manusia dan pengetahuan teknis yang diperlukan dalam mengoperasikan kereta api.
Selain itu, menurut Shigaev, proyek ini adalah katalisator pertukaran budaya yang kuat antara Rusia dan Indonesia. “Proyek ini bertujuan memberi kontribusi yang signifikan dalam perkembangan sosial daerah, berdasarkan pendidikan dan perbaikan taraf hidup masyarakat. Aspek-aspek itulah yang menjadi prioritas pembicaraan kami dengan bupati Kutai Barat, PPU, Paser dan Walikota Balikpapan, serta mencoba meyakinkan mereka untuk mendukung proyek masyarakat” kata Shigaev.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda