Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik serta tingginya potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia menarik perhatian para investor dan perusahaan besar Rusia.
Berdasarkan prediksi perusahaan konsultan McKinsey&Company, pada tahun 2030 volume Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 1,8 triliun dolar AS. Indonesia akan menempati posisi ke tujuh berdasarkan nilai ekonomi dunia, mengalahkan beberapa negara maju seperti Inggris dan Jerman.
Prediksi para analis tersebut berdasarkan pertumbuhan PDB Indonesia dalam empat tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 hingga 2012 melebihi 6 persen, sementara pada 2013 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,68 persen. Selain itu, cadangan sumber daya yang dimiliki Indonesia juga menjadi hal menarik. Di Indonesia terdapat sekitar 8,4 miliar barel cadangan minyak bumi dan 182 triliun kaki kubik cadangan gas alam. Kedua hal tersebut menjadi magnet utama bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Torgpredstvo, bagian dari Kedutaan Besar Rusia yang menangani bagian ekonomi dan pedagangan, menggarisbawahi kegiatan perusahaan aviasi Sukhoi yang gencar mempromosikan pesawat penumpang SSJ-100 di pasar Indonesia. Saat ini, tiga unit pesawat SSJ-100 sudah beredar di jalur penerbangan dalam negeri Indonesia.
Selain Sukhoi, ada pula NPK NIIDAR yang sedang menciptakan sistem monitoring Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, area yang tercakup sejauh 200 mil dari garis pantai. Perusahaan SKRM juga sedang mengembangkan teknologi penghematan energi dan peranti di bidang pengelasan rel dengan metode upset welding.
Proyek perusahaan Rusia di Indonesia yang paling menjanjikan adalah pembangunan pabrik alumina oleh perusahaan raksasa Rusia, Rusal. Rusal sedang menelaah kemungkinan pembangunan pabrik alumina di Indonesia dan merencanakan kerjasama dengan perusahaan Indonesia dalam penyediaan bauksit untuk kegiatan produksi kelak. Rusal berinvestasi sekitar 2 miliar dolar AS di pabrik di provinsi Kalimantan Barat. Rusal berharap mereka berada dalam posisi yang menguntungkan, karena pada Januari 2014 pemerintah Indonesia melarang ekspor komoditi tambang yang belum diolah.
Proyek perusahaan Russian Railways (RZhD) yang sedang dipersiapkan tidak kalah besar. Perusahaan pemerintah Rusia tersebut sedang membangun jalur rel kereta api dan infrastruktur terkait seperti terminal laut batubara dan pembangkit listrik tenaga batubara. Infrastruktur tersebut bisa menjadi stimulus perkembangan ekonomi untuk kawasan yang terpencil.
“Besaran investasi secara umum pada fase pertama mencapai 1,7 miliar dolar AS dan bersamaan dengan fase kedua jumlahnya tidak kurang dari 2,4 miliar dolar AS,” ungkap juru bicara RZhD. Sebesar 30 persen investasi berasal dari modal perusahaan dan 70 persen sisanya berasal dari pinjaman dari partner finansial. Para ahli menerangkan skema bisnis tersebut sebagai perspektif pengembalian investasi jangka panjang.
Berdasarkan keterangan narasumber, RZhD hanya mampu mendapatkan keuntungan pada pengerjaan infrastruktur, yang kecil kemungkinan dapat mengembalikan investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS dalam waktu singkat. Saat ini, RZhD sedang berusaha mendapatkan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia untuk proyek tersebut. Jangka waktu proyek yang ditawarkan adalah tiga sampai lima tahun.
Hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-Rusia saat ini berporos pada dinamika dan volume perputaran barang. Berdasarkan data bea cukai Rusia, besaran transaksi perdagangan antara Rusia dan Indonesia naik dari 2884 juta dolar AS di tahun 2012 menjadi 2959,3 juta dolar AS di tahun 2013. Jumlah tersebut terdiri ekspor sebesar 1233,6 juta dolar AS dan impor sebesar 1725,7 juta dolar AS.
Wakil Kepala Torgpredstvo di Indonesia Dmitry Gorintsev mengatakan bahwa pesawat terbang dan komponennya menjadi komoditas utama ekspor Rusia yakni sebesar 36,2 persen, disusul komoditas besi dan turunannya sebesar 12,3 persen, sementara bahan bakar mineral, minyak bumi dan olahannya sebesar 9,2 persen.
Infografis Perkembangan Perdagangan Rusia-Indonesia
Menurut keterangan dari Gorintsev, saat ini Rusia menempati posisi 29 berdasarkan volume ekspor dan posisi 18 berdasarkan volume impor dari Indonesia. “Tugas paling awal untuk perkembangan hubungan bilateral antara negara kami adalah diversifikasi dan perbaikan struktur hubungan ekonomi dan perdagangan yang dapat dibantu dengan realisasi proyek perusahaan dari Rusia di kawasan Indonesia,” kata Gorintsev.
Deputi Perwakilan Dagang Indonesia di Rusia menekankan bahwa Rusia merupakan partner perdagangan luar negeri yang prospektif. Juru bicara Kedutaan Besar Republik Indonesia di Rusia mengatakan bahwa tendensi bisnis Rusia lebih mengarah ke turisme dan bisnis kuliner serta proyek di bidang energi, perminyakan dan gas. Perusahaan-perusahaan Rusia juga tertarik dalam proyek infrastruktur dan jaringan internet serta telepon genggam. Ia juga menekankan bahwa saat ini perusahaan Indonesia tidak melakukan ekspansi ke pasar Rusia, tetapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut terjadi di masa mendatang.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda