Saya pikir, kewarganegaraan sama sekali tidak penting. Sejak awal saya bertemu dengan Panca, saya tahu bahwa kami akan menikah sekalipun kelihatannya itu agak mustahil, mengingat perbedaan kewarganegaraan, bahasa, budaya, dan bahkan agama. Saya menikah dengannya karena dia pria yang sangat baik, tenang, dan sekaligus percaya diri. Kami memiliki begitu banyak persamaan pandangan dalam banyak hal, dia benar-benar belahan jiwa saya! Dia pun selalu menjaga saya dan tidak keberatan berbagi tugas rumah tangga. Kehidupan kami penuh dengan kebahagiaan. Apalagi, selama ini kami telah melewati banyak tantangan sehingga baik keluarga maupun hubungan kami kini begitu kuat.
Saya telah tinggal di Indonesia selama tiga tahun. Selama itu pula, saya telah mempelajari budaya negeri ini. Sekarang, kami akan pindah ke Rusia dan akan memiliki pengalaman baru di sana. Saya harap, kami dapat membagikan sisi terbaik dari kedua budaya kami kepada anak-anak kami di masa depan.
Saya suka orang Eropa karena mereka tidak memandang peran gender seperti kebanyakan orang di di Rusia. Maksud saya, di Austria, saya tidak perlu buru-buru pulang ke rumah dari kantor demi menyiapkan makan malam suami saya, mencuci piring, dan lain-lain. Kami melakukan semuanya bersama-sama. Ini mungkin tampak sepele, tapi itu benar-benar membuat hidup lebih mudah, setidaknya untuk saya. Tidak semua pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab saya. Jadi, saya punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama Philip. Kami melakukan semuanya bersama, mulai dari memasak, mencuci, hingga menonton Game of Thrones. Yang paling penting, tidak ada yang bisa mendikte saya, seperti, “Anda seorang perempuan, Anda harus melakukan semuanya sendirian, sementara suami Anda bersantai.”
Saya mencintai suami saya bukan karena kewarganegaraannya. Saya tidak peduli apakah di orang Rusia atau orang asing. Saya pun tidak pernah berpikir akan menikah dengan orang Indonesia. Kami bertemu, saling jatuh cinta, dan mulai berpacaran. Saya juga melihat bahwa kami mempunyai pandangan yang sama dalam kehidupan, dan saya percaya bahwa dia bisa manjadi ayah yang baik dan contoh bagi anak-anak saya. Dia orang yang mudah bergaul, baik hati, dan ramah. Dia sangat berpikiran terbuka, lucu, pintar, dan seorang pria yang sayang keluarga.
Saya pikir perempuan tidak pernah punya kriteria kewarganegaraan tertentu untuk dipacari atau dinikahi. Bagi saya, tidak penting apakah pria itu berasal dari suku atau bangsa yang sama, atau mungkin orang asing. Selama kami bisa hidup bersama, siapa yang peduli paspor apa yang Anda miliki?
Saya menikah dengannya karena dia benar-benar serius dan membuktikan kesiriusannya itu dengan tindakan. Pria Rusia yang saya temui terlalu banyak bicara, tapi sedikit bekerja. Suami saya sangat aktif. Dia benar-benar membuat saya kagum. Saya begitu terpesona sampai saya tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Dia juga orang yang lucu. Bagi saya, sangat penting memiliki seseorang yang tahu bagaimana membuat Anda tersenyum ketika Anda harus menghadapi masa-masa yang sulit.
Saya tidak memilih Andy karena kewarganegaraannya. Lagipula, saya tidak melihat perbedaan besar antara dia dan mantan pacar saya — kami merasa cocok satu sama lain. Saya pernah bertemu dengan orang Rusia yang lucu dan orang Australia yang berengsek. Jadi, menurut saya, karakter pria tidak bergantung pada asalnya. Salah satu hal yang membedakan mereka adalah bagaimana mereka memandang feminisme. Di Australia, hampir tidak ada orang yang mengharapkan pembagian pekerjaan rumah tangga antara laki-laki dan perempuan.
Hal lain yang saya perhatikan adalah bahwa di sini pria tidak terbiasa membayarkan makananan dan minuman perempuan di kafe atau restoran. Selain itu, para ayah selalu berjalan dengan anak-anak mereka di taman bermain, membawa mereka ke sekolah, dan lain-lain — ini benar-benar pemandangan yang menyenangkan.
Saya tidak pernah secara khusus mencari orang asing. Menurut saya, orang-orang tidak seharusnya percaya pada stereotip tertentu. Pacar saya yang dari Jerman mungkin kurang disiplin, dia bisa melemparkan kaus kaki kotornya begitu saja di kamar tidur, tapi ia memiliki hati yang tiga kali lebih besar dari pria Rusia mana pun.
Sejujurnya, sejak kecil saya percaya bahwa ketika dewasa nanti saya akan tinggal di luar negeri. Saya tak tahu mengapa, tapi setelah bepergian melintasi Italia, negara itu seperti memberi isyarat kepada saya. Saya mulai belajar bahasa Italia dan belajar di Roma. Namun, saya tidak pernah mencoba mencari pacar di luar negeri. Jadi, ini mungkin memang takdir saya. Saya bertemu suami saya di Moskow saat bekerja. Rasa humornya menarik perhatian saya — ringan dan positif, tanpa perlu merendahkan orang lain — yang sebenarnya bukan hal yang biasa saya lakukan di antara teman-teman Rusia saya. Sifatnya itu membuat dirinya mampu menghadapi hari-hari dengan santai. Sekarang, bagi saya, pria Rusialah yang justru tampak asing. Bukan berarti saya tidak suka dengan mereka, saya senang berteman dan bersenang-senang dengan mereka, tapi kini saya merasa lebih dekat dengan orang Prancis.
Tentu saja, ada beberapa perbedaan dalam hal mentalitas atau karakter budaya. Namun, kami tinggal di Jerman dan sudah berasimilasi sejak lama. Saya tidak menganggap suami saya orang asing, dan saya sebenarnya tidak pernah bermimpi akan menikahi orang asing. Kami menganggap satu sama lain sama (pekerjaan rumah tangga bukan tugas utama perempuan). Kami pun memiliki pandangan yang sama dalam hal mengurus rumah tangga dan keuangan. Memang, saya pernah mendengar bahwa kakek-nenek Jerman cenderung tidak merawat cucu-cucu mereka seperti kakek-nenek Rusia pada umumnya, tapi saya belum pernah melihat hal ini secara langsung.
Saya tidak ada masalah dengan perbedaan kewarganegaraan, kebetulan saya bertemu dengan pria Belanda yang sempurna! Saya merasa, kita justru lebih mudah menemukan perbedaan kecil dengan seseorang yang berasal dari budaya dan latar belakang yang sama dan itu bisa membuat kita merasa asing satu sama lain. Sementara, kita bisa dengan sangat mudah menemukan kesamaan kecil dengan seseorang yang berasal dari latar belakang yang benar-benar berbeda dan menjadi begitu akrab.
Ralph memang tidak membukakan pintu untuk saya dan belum menghadiahkan saya sebuah buket bunga yang besar. Namun, saat dia tinggal di rumah saya, dia tidak membiarkan saya memasak atau membersihkan rumah sendiri. Saya terkejut! Setelah bermalam bersama, saya membawakan segelas air dan memegang kepalanya saat dia sedang minum, dan — percayalah — ia hampir meneteskan air matanya! Dia mengatakan bahwa tidak ada yang pernah memegang kepalanya seperti itu. Saya juga terkejut dengan reaksinya. Dia melamar saya, mengatur pernikahan, dan mengurus semua dokumen untuk kepindahan saya ke Austria. Dia benar-benar orang baik!
Saya tidak tahu kenapa gadis-gadis Rusia menikahi orang asing, tapi menurut saya, itulah cinta! Dan sejujurnya, saya rasa saya tidak akan menemukan suami seperti dia di Rusia. Bagaimana dia memperlakukan anak perempuan kami adalah sesuatu yang sangat istimewa. Saya bisa duduk di sebuah kafe dan minum sementara dia bermain dengannya. Dia tidak akan pernah menyalahkan saya karena sedang beristirahat.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda