Reproduksi lukisan "Kemenangan" karya seniman P. Krivonosov (1911 – 1967). Dilukis dengan cat minyak di atas kanvas. Studio Seniman Perang Grekov.
Balabanov / RIA NovostiSepuluh peperangan dari pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-19.
Permusuhan antara Rusia dan Swedia dimulai pada abad ke-12, ketika Republik Novgorod (negara kuno yang kini menjadi bagian dari wilayah Rusia) dan Swedia memperebutkan kekuasaan di Baltik Timur. Setelah itu, kedua negara menandatangani Perjanjian Perdamaian Orekhovetsky tahun 1323, yang membagi tanah Karelia untuk Novgorod dan Finlandia untuk Swedia.
Namun, ini hanyalah sebuah permulaan dari konflik berabad-abad antara keduanya. Pada 1377, Swedia merebut kekuasaan atas Karelia Barat (Esterbotten), yang sebenarnya sudah dimiliki Novgorod. Setelah 1478, ketika Novgorod menjadi bagian dari Rusia, perebutan Baltik Timur dengan Swedia berlanjut.
Lukisan Perang Poltava, perang Rusia-Swedia tahun 1709 yang dipimpin Pyotr yang Agung. Sumber: Wikipedia
Pada 1495, Pangeran Agung Ivan III sekali lagi merebut Karelia Barat dari Swedia, dan terbilang sukses dalam pertarungan. Pada Maret 1497, kedua pihak menandatangani Perdamaian Novgorod Pertama yang bertahan selama enam tahun. Dalam perjanjian itu dijelaskan batas-batas negara sebagaimana yang pernah ditetapkan pada 1323 serta prinsip-prinsip perdagangan bebas antara Rusia dan Swedia. Perjanjian ini kemudian diperpanjang hingga 60 tahun pada Maret 1510.
Tradisi perang memperebutkan Baltik antara Rusia dan Swedia terus berlanjut di bawah kepemimpinan tsar-tsar Rusia berikutnya, termasuk Ivan IV, Fyodor I, dan Alexis I.
Di bawah kepemimpinan Pyotr yang Agung, Rusia berhasil membuat perubahan keseimbangan kekuasaan yang fundamental dalam hubungannya dengan Swedia. Kekalahan Swedia dalam Perang Utara (1700 – 1721) membuat negara itu tak hanya harus menyerahkan sebagian wilayahnya ke Rusia, tapi juga daratan di selatan pantai Laut Baltik.
Swedia hanya memiliki Wismar dan sedikit tanah di Pomerania. Selain itu, setelah kekalahan di Perang Utara, “Abad Kebebasan” dimulai di Swedia, suatu era yang ditandai dengan melemahnya peran raja dan meningkatnya peran parlemen.
Dalam upaya merebut kembali tanahnya yang hilang akibat kekalahan di Perang Utara, Swedia berulang kali berperang dengan Kekaisaran Rusia (Perang Rusia-Swedia 1741 – 1743, Perang Rusia-Swedia 1788 – 1790, dan Perang Rusia-Swedia 1808 – 1809). Menurut ketentuan dalam Perjanjian Fredrikshamn yang disepakati pada September 1809, Swedia harus menyerahkan Kepulauan Åland, Finlandia, dan Lapland hingga Torne dan Sungai Muonio. Swedia telah kehilangan lebih dari sepertiga wilayahnya, dan tak lagi menyandang status kekuatan besar.
Dua belas peperangan dalam 241 tahun. Jika dirata-rata, Rusia-Turki berperang setiap 19 tahun sekali.
Dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-20, pertumpahan darah kerap terjadi antara Kekaisaran Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman). Bagian selatan Laut Hitam, Kaukasus Utara, dan, nantinya, Kaukasus Selatan, serta hak kekuasaan di Laut Hitam dan selat-selatnya, dan hak-hak umat Kristen di Kesultanan Utsmaniyah menjadi perebutan kedua belah pihak.
Perang di Shipka Pass (1877 – 1878) antara Kekaisaran Rusia dengan Kesultanan Utsmaniyah. Sumber: Wikipedia
Selama Perang Dunia I, yang berakhir pada kejatuhan Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Rusia turut mempertimbangkan untuk merebut Konstantinopel. Ironisnya, Uni Soviet (yang nantinya membentuk sistem baru di Rusia) malah berperan penting dalam pembentukan Republik Turki. Permusuhan berabad-abad kemudian berubah menjadi dukungan militer dan ekonomi untuk presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Atatürk.
Sepuluh peperangan dari tahun 1018 hingga 1939.
Hubungan Rusia dengan Polandia terbilang selalu tegang, terutama karena kedekatan geografis keduanya yang sering berujung pada sengketa wilayah. Perang dan konflik besar di Eropa sering kali mengubah batas wilayah kedua negara.
Perang Rusia-Polandia paling serius dimulai pada awal abad ke-17, ketika era Time of Troubles (Masa Kacau Rusia) dan Persemakmuran Polandia-Lituania. Hingga akhir abad ke-18, ada empat peperangan yang melibatkan Rusia dan Persemakmuran Polandia-Lituania, yang berujung pada perpecahan kedua di Polandia.
Orang-orang Polandia tunduk kepada Pangeran Pozharsky dari Rusia. Sumber: Wikipedia
Pada 1815, Kekaisaran Rusia merebut bagian timur Polandia, tapi konfrontasi antara keduanya tetap tak kunjung usai. Pemberontakan Polandia di abad ke-19 (1830 dan 1863) membuat Rusia harus mengekang kebebasan rakyat Polandia.
Pada 1832, Majelis Rendah Sejm Polandia dihapus dan Tentara Polandia pun dibubarkan. Selanjutnya pada 1864, Rusia melarang penggunaan bahasa Polandia dan gerakan apa pun oleh pria Polandia. Kebencian terhadap Rusia pun tumbuh di Polandia.
Setelah Revolusi Bolshevik 1917, Polandia akhirnya merdeka dari Uni Soviet setelah Perang Soviet-Polandia (1919 – 1921). Namun, kurang dari 20 tahun kemudian, pada 1939 Uni Soviet kembali menjajah Polandia dan berkuasa hingga 1989.
Salah satu negara lain yang juga memiliki sejarah perang dengan Rusia adalah Jerman. Keduanya pernah berperang tiga kali, dua di antaranya pada Perang Dunia.
Selain itu, Rusia juga pernah beberapa kali berperang dengan Prancis, termasuk Perang Koalisi Ketiga (1805), Perang Koalisi Keempat (1806 – 1807), Perang 1812, dan Perang Krimea (1854 – 1856). Rusia dan Uni Soviet juga pernah empat kali berkonfrontasi dengan Jepang, serta tiga kali terlibat dalam konflik militer dengan Tiongkok.
Pertempuran Borodino pada 7 September 1812. Sumber: Wikipedia
Secara umum, sejarah Rusia adalah sejarah penuh perang. Filsuf Rusia Ivan Ilyin menulis, “Soloviev menghitung ada 200 perang dan invasi dari tahun 1240 hingga tahun 1462 (222 tahun). Dari abad ke-14 hingga 20 (525 tahun), Sukhotin menghitung ada 329 tahun peperangan. Ini berarti Rusia telah berperang sebanyak dua pertiga masa hidupnya.”
Menteri Perang Kekaisaran Rusia Jendral Alexey Kuropatkin (1898 – 1904), mengatakan dalam surat yang ia tulis untuk Tsar Nikolay II tahun 1900, “Selama 200 tahun terakhir, Rusia berperang selama 128 tahun dan berada dalam masa damai selama 72 tahun. Dalam 128 tahun perang tersebut, hanya ada lima tahun perang mempertahankan negara, sedangkan 123 tahun kita habiskan untuk merebut (wilayah lain).”
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda