Kehidupan Seorang Kaichi, Pelestari Tradisi Dongeng Altai

Pelajari lebih banyak mengenai kehidupan seorang kaichi, sebuah kelompok pendongeng legendaris dari Altai.

Pelajari lebih banyak mengenai kehidupan seorang kaichi, sebuah kelompok pendongeng legendaris dari Altai.

Anton Agarkov
Di Altai, terdapat sebuah legenda. Jika seorang pendongeng memahat sebuah instrumen musik dari pohon cedar yang tersambar petir, pahatan tersebut akan memiliki jiwa. Namun, untuk menemukan pohon semacam itu di hutan taiga yang lebat, dibutuhkan hubungan khusus dengan para roh halus.

Karysh Kergilov melakukan sebuah ekspedisi berburu di Pegunungan Altai dengan murid-muridnya. Penjelajahan dataran tinggi tersebut tak membuahkan hasil, sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di bawah sebuah pohon cedar tua. Saat mendidihkan air dalam ceret di atas api unggun, Kergilov menengok ke atas dan menyadari pohon tersebut terbelah dua karena tersambar petir.

“Saya tak mencari pohon ini,” katanya. “Pohon cedar inilah yang menemukan saya.”

Jalan Menuju Sebuah Lagu

Sepertinya, roh halus Altai mengamati Kergilov seumur hidupnya. Ia lahir di sebuah desa terpencil Altai dan menghabiskan masa kecilnya membantu orangtuanya beternak. Di waktu luang, Kergilov membaca segala buku yang bisa ia baca.

“Saya paling suka legenda Altai,” kata Kergilov. “Setelah saya membaca satu dongeng, saya akan menjelajahi pegunungan, membayangkan saya adalah salah satu tokoh dalam kisah tersebut, menunggangi kuda dengan membawa busur dan pedang.”

Sumber: Anton AgarkovSumber: Anton Agarkov

Jika itu terjadi seratus tahun sebelumnya, Kergilov akan mengenal para ksatria hebat tersebut bukan dari buku, melainkan dari seorang kaichi, yaitu pendongeng yang menjelajahi pegunungan untuk bercerita. Kala itu, tak ada surat kabar, radio, teater, atau pun internet, sehingga sang pendongeng harus mengitari pegunungan dari satu kamp nomad ke kamp lainnya, menceritakan legenda yang disebut kai.

Tiap malam, para gembala akan berkumpul di sekeliling api ungun dan mendengarkan cerita kaichi hingga petang. Hari berikutnya, sang kaichi akan melanjutkan perjalanan. Dengan nyanyian tenggorokan nyaring, mereka dibimbing memasuki dunia para pahlawan dan roh halus Altai.

Namun, ketika pemerintah Soviet mengambil alih wilayah tersebut pada 1920-an, pendongeng kaichi mengalami represi sama seperti para shaman (dukun). Seiring waktu, mereka sendiri menjadi legenda, seperti progatonis dalam dongeng-dongeng mereka.

Namun, Altai masih mengenang mereka. Melalui memori kolektif, legenda berbuah menjadi buku, dan buku tersebut jatuh ke tangan Kergilov saat ia masih muda. Membayangkan dirinya sebagai tokoh pahlawan dalam sebuah puisi epik, ia tak pernah menyangka akan segera menjadi pemandu ke dunia legenda.

Sumber: Anton AgarkovSumber: Anton Agarkov

Pertama, ia belajar seni bela diri timur dan gaya bertinju tradisional Altai bernama kuresh. Ia kemudian menguasai beragam seni dan keterampilan, termasuk memahat kayu. Ia lalu mulai membuat topshur atau instrumen petik tradisional dari daerah tersebut. Salah satu instrumen yang ia pahat dibuat untuk temannya. Sang kawan meminta Kergilov untuk mencobanya. Ia langsung menguasai instrumen itu dengan mudah. Ia kemudian mencoba bernyanyi tenggorokan, sebuah bentuk tradisional menyajikan kai. Ia, lagi-lagi, dengan mudah menguasai hal tersebut.

Sumber: Anton AgarkovSumber: Anton Agarkov

“Saat saya menyanyi untuk pertama kalinya, saya merasa dada saya melebar, seperti sayap tumbuh di punggung saya,” katanya.

Pendongeng Masa Kini

“Lihatlah pemandangan ini,” kata Kergilov. Pondoknya di wilayah Chemal menyajikan pemandangan air Sungai Katun yang berwarna biru pirus.

“Seumur hidup, saya selalu ingin tinggal di dekat Katun,” katanya. “Di tempat saya tumbuh, hanya ada pegunungan. Saat saya memanjat salah satu gunung tersebut, saya bisa memandangi Katun dari jauh. Saya seperti melihat Tuhan.”

Sumber: Anton AgarkovSumber: Anton Agarkov

Kergilov membangun rumahnya sendiri dan mendekorasi rumah tersebut dengan lukisan buah karyanya. Di halaman, ia mendirikan sebuah ail, rumah tradisional Altai yang berbentuk segi delapan. Ia memasang bilah yang bisa dicabut untuk membuatnya tetap tegak dan bangku tukang kayu yang penuh dengan perangkat pertukangan untuk membuat topshur.

“Instrumen saya sangat terkenal dan saya punya pesanan untuk setahun ke depan,” katanya. “Sebagian besar dari mereka ialah penyanyi tenggorokan dari Altai, Tuva, dan Khakassia. Selain itu, sejumlah topshur buatan saya juga diekspor ke Jepang. Bisnis ini tak terlalu menguntungkan. Saya melakukannya karena saya mencintai seni.”

Malam ini, Kergilov akan menggelar konser. Ia bisa mengantongi uang lebih banyak dalam dua jam dibanding bekerja beberapa hari untuk membuat topshur. Untuk menghibur tamunya, sang pendongeng akan mengenakan kostum tradisional Altai dan menyanyikan sebuah kai. Ia akan menyelipkan beberapa bahasa Rusia dan Inggris, tapi legenda epik tersebut hanya akan disampaikan dalam bahasa Altai, yakni bahasa ibu sang penyanyi.

Penonton tak akan mengerti satu kata pun, tapi emosi lebih penting daripada memahami arti. Mereka yang sudah mendengar suasana mistis di Pegunungan Emas Altai akan merasakannya dengan hati, saat mereka mendengarkan nyanyian tenggorokan tersebut dan suara lembut topshur.

Sumber: Anton AgarkovSumber: Anton Agarkov

Saat konser berakhir, Kergilov akan bergabung dengan para turis untuk berfoto. Ia akhirnya melepas helm kulitnya, mengusap alisnya, dan duduk di depan perapian. Ia memandangi api tersebut sejenak.

Cucu dari dukun perempuan, kepala klan Kergil, seorang pemahat kayu, pengrajin besi, seniman, penyair, pendongeng, pemburu, dan garam di bumi Altai — dengan pakaian yang ia kenakan, Kergilov terlihat seperti perwakilan dari semua narator yang suaranya pernah didengar oleh perapian gembala. Merekalah para pemandu ke dunia roh halus yang masih hidup di sini.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki