Fyodor Konukhov.
http://konyukhov.ruPetualang legendaris asal Rusia yang merupakan pemegang rekor dunia pengarungan tunggal Samudra Atlantik dan Pasifik dengan menggunakan perahu dayung, Fyodor Konyukhov, lahir pada 12 Desember 1951 di sebuah desa kecil di wilayah Chkalovo, Provinsi Zaporozhye. Orangtuanya yang berprofesi sebagai petani juga membesarkan dua saudara lelaki dan dua saudara perempuannya. Mereka mendapatkan penghasilan dari beternak dan memancing.
Sang ayahlah yang pertama kali menanamkan kecintaan akan samudra kepada Fyodor muda. Ia sering membawa Fyodor memancing di Laut Azov, bahkan memercayai Fyodor untuk mengemudikan perahunya sendiri.
Dalam ekspedisi pertamanya, Konyukhov muda yang saat itu berusia 15 tahun mengarungi Laut Azov dengan perahu dayung. Ketika tiba saatnya bagi dirinya memutuskan profesi masa depannya, Konyukov tak merasa ragu dan dengan mantap ia memilih untuk mengenyam pendidikan di sekolah kelautan Odessa. Di sana, ia kemudian menerima gelar sebagai mekanik kapal. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Arktik Leningrad.
Petualangan internasional Konyukhov dimulai ketika ia menjalani wajib militer. Konyukhov bertugas di Armada Baltik. Dalam sebuah konflik tak terelakkan dengan salah satu tentara senior, ia tak mampu menahan hinaan yang dilakukan terhadapnya sehingga ia menuangkan panci berisikan sup panas kepada sang tentara senior. Atas tindakan tersebut, ia dimasukkan ke penjara militer dan kemudian dikirim ke Vietnam untuk melayani pengiriman amunisi.
Ekspedisi pertama Konyukov dimulai pada tahun 1977 dengan menggunakan kapal pesiar yang mengarungi rute Vitus Bering. Tujuan utama dari ekpedisi tersebut ialah untuk sebisa mungkin meniru kondisi yang dialami para petualang Rusia saat mengeksplorasi Amerika Rusia lebih dari tiga abad yang lalu.
Amerika Rusia adalah nama yang digunakan untuk jajahan Rusia di Amerika antara tahun 1733 hingga 1867. Amerika Rusia terdiri dari wilayah Alaska. Rusia juga mendirikan koloni di Kalifornia.
Sumber inspirasi bagi Konyukov untuk menaklukkan samudra dan puncak gunung tertinggi didapat dari seorang petualang asal Jepang bernama Naomi Uemura. “Pada tahun 1970 hingga 1980-an, ia bertualang seorang diri dan dianggap gila oleh orang-orang sekitarnya di masa itu. Pemikiran yang ia miliki dianggap tidak sesuai dengan gaya hidup masyarakat kebanyakan. Orang-orang berpikir bahwa ia harus dikirim ke rumah sakit jiwa. Namun, semua anggapan itu berhasil ditepis oleh Uemura. Pada tahun 1978, ia membuka era petualangan solo. Terbukti, bahwa dirinya yang seorang diri mampu melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh satu kelompok. Ia mendaki Gunung Everest dan pergi ke Kutub Utara seorang diri.”
Setelah ekspedisi pertama dimulai, ekspedisi lainnya pun mengikuti. Menuju Kamchatka, Sakhalin, dan Kepulauan Commander. Namun demikian, tujuan utama perjalanan Konyukov tetap satu, yaitu bertualang seorang diri ke Kutub Utara. Untuk dapat mencapai hal itu, Konyukov pergi ke Chukotka. Di sana, ia belajar membangun sebuah gubuk yang terbuat dari es dan mengendarai kereta yang ditarik oleh anjing, serta bepartisipasi dalam dua ekspedisi Artik.
“Pengetahuan tumbuh seiring dengan bertambahnya pengalaman. Banyak yang telah saya pelajari pada ekspedisi Kutub Utara pertama dengan kawan-kawan saya, mulai dari cara mendirikan tenda di tengah badai salju, memperbaiki kompor minyak tanah di tengah cuaca dingin, memeriksa sambungan kereta luncur, berdiri di atas lapisan es yang tipis, hingga cara mengeringkan kaus kaki wol yang basah menggunakan suhu tubuh. Pada ekspedisi ini, saya benar-benar mengenal Arktik. Pengalaman tersebut sangat berguna ketika saya melakukan ekspedisi solo ke Kutub Utara.”
Fyodor Konukhov di Kutub Utara. Sumber: http://konyukhov.ru.
Pada tahun 1990, Konyukov melakukan perjalanan solonya ke Kutub Utara. Ia bertualang menggunakan ski. Ia membawa semua perlengkapan dan peralatannya sendiri, ia bahkan tidur di atas es. Setelah lewat 72 hari, ia berhasil mencapai tujuannya.
“Ketika saya masih muda, sulit rasanya untuk bertualang dikarenakan kesombongan saya. Saya pikir, kala itu tidak ada yang lebih sulit dari kesendirian. Saat ini, saya mengerti bahwa di muka bumi ini tidak ada yang sendiri. Semua di bumi ini hidup. Begitu pula di samudra, di dalamnya terdapat paus. Pegunungan yang hidup. Padang yang kosong. Di padang kosong inilah Tuhan dan orang-orang kudus yang bisa kita doakan.”
Pada 1995, selama 59 hari Konyukov berhasil mencapai titik paling selatan bumi, tempat ia mengibarkan bendera Rusia.
Selama melakukan ekspedisi tersebut, Fyodor melakukan sejumlah penelitian (bidang radiasi kutub Antartika, kondisi fisik dan psikologis tubuh pada ketinggian lebih dari lima ribu meter di tengah angin kencang, dingin dan kurangnya oksigen) yang kemudian membentuk dasar dari penelitian ilmiahnya. Setelah dipublikasikan, Fyodor bergabung dengan himpunan masyarakat geografi Rusia (Russian Geographic Society).
Grand Slam adalah petualangan menantang untuk mencapai Kutub Utara dan Kutub Selatan dan mendaki tujuh puncak tertinggi dunia.
Pada saat yang sama, di tahun 1992 Konyukov menaklukkan “Tujuh Puncak Tertinggi di Dunia”. Selama lima tahun, ia mendaki Elbrus, menaklukkan Everest dan menjadi warga Rusia pertama yang memenuhi program “Grand Slam”. Ia mendaki Vinson Massif (titik tertinggi di Antartika), kemudian ia mendaki Aconcagua di Amerika Selatan, dan pada 1997 ia segera menyelesaikan tiga poin yang tersisa, yaitu Gunung Kalimanjaro di Afrika, puncak tertinggi Gunung Kosciuszko di Australia, dan Gunung McKinley di Amerika Utara. Semuanya ia lakukan sendiri.
Namun, hasrat utamanya tetaplah menaklukkan samudra. Ia berhasil memecahkan rekor dengan berlayar selama 46 hari di Atlantik menggunakan perahu dayung (ia telah berhasil menyebranginya sebanyak 17 kali), enam kali melakukan tur dunia (salah satunya adalah perjalanan tanpa henti), dan satu-satunya orang Rusia yang melakukan itu semua tanpa asisten.
Ketika ditanya mengenai keajaiban dunia yang pernah ia saksikan di sepanjang petualangannya, jawabannya sederhana, “Saya, sebagai pemeluk agama Ortodoks, tidak percaya hal-hal yang mistis, saya tidak percaya dengan ufo. Terlalu banyak orang yang menulis mengenai hal-hal tersebut. Saya menyaksikan sendiri berbagai fenomena yang tidak biasa terjadi di samudra, seperti pilar cahaya (light pillar), bola api, dan hal-hal menakjubkan lainnya. Namun, semua itu murni fenomena alam tanpa ada unsur mistik. Dalam perjalanan solo saya menggunakan perahu dayung, saya mengarungi 370 ribu kilometer. Ini merupakan jarak yang sama dari bumi ke bulan. Namun demikian, saya tidak pernah sekalipun menyaksikan hal-hal yang gaib.”
Melakukan perjalanan dan membuat karya ilmiah bukan satu-satunya hobi Konyukhov. Sejak awal 1980-an, ia sudah gemar melukis. Ia membuat sketsa ikon Nikolay Chudotvorets yang dikirim ke luar angkasa. Pada 2010, ia memutuskan mengabdikan dirinya untuk gereja. Ia menjadi seorang pastur di sebuah gereja Ortodoks Rusia. Ia kemudian mengumumkan berakhirnya petualangan dirinya. Namun, hal itu ternyata tidak bertahan lama. Setelah beberapa bulan mengadopsi gaya hidupnya yang baru, ia kembali mengumumkan tentang ekspedisinya ke Ethiopia.
Kini, Konyukov sudah berusia 63 tahun, tapi ia belum berpikir untuk berhenti bertualang. Pada 2015, ia berencana untuk mendapatkan rekor dunia atas penerbangan tanpa henti menggunakan balon udara. “Saya tidak hidup untuk kepentingan diri saya sendiri, tapi demi ekspedisi. Demi mimpi-mimpi dan ide saya. Tanpanya, saya tidak mampu. Saya selalu hidup di masa depan, dengan ekspedisi, pertemuan, lukisan, dan rencana.”
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda