Bintang pop Michael Jackson berbaris dengan tentara Angkatan Darat Rusia di sebuah pangkalan militer di pinggiran kota Moskow, Selasa, 14 September 1993, selama proses rekaman video musiknya yang terbaru. Jackson dijadwalkan akan melaksanakan konser pertama dan satu-satunya di negara bekas Uni Soviet ini di Stadion Olympic, di Moskow, pada hari Rabu.
APMichael Jackson - Stranger In Moscow. Sumber: michaeljacksonVEVO / YouTube
“Like a stranger in Moscow… I'm living lonely,” demikian lantun Michael Jackson. Lirik tersebut menggambarkan salah satu masa penting dalam kehidupan Jackson, saat karirnya mulai tergelincir dan dibayang-bayangi oleh masalah hukum yang menggerogotinya. Lagu ini awalnya merupakan sebuah puisi yang ditulis saat ia melakukan Dangerous World Tour, ia tiba di Moskow pada 1993. Puisi tersebut kemudian digubah menjadi lagu.
Ia memandangi kerumunan penggemar yang tergila-gila padanya dari jendela kamar hotelnya, tapi tak mengenalnya secara berarti. Perasaan dan udara dingin kota Moskow berpadu dan menginspirasi Michael Jackson untuk menulis lagu ini. Video klip lagu ini menggambarkan kehidupan enam orang, termasuk Jackson, yang terisolasi dari dunia sekelilingnya.
Billy Joel - Leningrad. Sumber: billyjoelVEVO / YouTube
Lagu ini bercerita tentang badut sirkus Viktor dari Leningrad yang ditemui Joel saat melakukan tur di Uni Soviet pada 1987. Sepanjang lagu, hal-hal utama dari kehidupan Viktor dan Joel dibandingkan untuk menunjukkan perbedaan dan kesamaan budaya di antara mereka. Joey mendeskripsikan kehidupan Viktor sebagai salah satu anak Soviet yang kehilangan ayahnya pada Perang Dunia II, terutama pada Pengepungan Leningrad. Lagu ini ditulis setelah Billy Joel menggelar turnya di Uni Soviet pada 1987.
Viktor merupakan badut sirkus sungguhan di Leningrad yang menjelajahi Rusia untuk menonton keenam konser Billy Joey di Rusia. Lagu ini tak hanya penghargaan bagi kisah Viktor, tapi juga langkah berbeda yang diambil pada masa Perang Dingin. Bukannya menjadi drama politk, ini adalah kisah bagaimana dua karakter — yang hidup dalam lingkungan yang sungguh berbeda — dapat bertemu dan menjadi teman meski mereka terdapat perbedaan antara negara mereka.
Prince. Ronnie Talk To Russia. Sumber: Mus G / YouTube
“Ronnie, Talk To Russia” merupakan lagu dari album keempat Prince “Controversy”. Ini adalah lagu bermuatan politik yang didedikasikan bagi Presiden AS ke-40, Ronald Reagan. Lirik lagu ini menyampaikan segalanya: “Ronnie bicara pada Rusia, sebelum itu terlambat, namun mereka meledakkan dunia.” Pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, budaya pop Amerika mencerminkan kecemasan yang terbangun di antara dua negara. Perang Dingin merupakan subjek diskusi, tak hanya secara politik, tapi juga di bidang musik.
Surfing USSR - Ray Stevens Comedy Classics. Sumber: billmyers / YouTube
“Kini kita berselancar di Uni Soviet.” Ini adalah parodi Perang Dingin yang dibuat oleh penyanyi country Amerika sekaligus komedian Ray Stevens mengenai sekelompok pelaut Soviet yang berlibur ke California.
Blondie - Contact In Red Square. Sumber: formaface / YouTube
Lagu ini dinyanyikan oleh band punk legendaris New York Blondie dalam album “Plastic Letters” yang dikeluarkan pada 1977. “Kontak terakhir kami di Lapangan Merah,” demikian lirik tersebut berbunyi. “Kecuali aku harus berlari. Dan lengan CIA akan menemukanku." Band ini mengunjungi Rusia saat melakukan tur dunia pada 2008.
Brazzaville - Night Train To Moscow. Sumber: Dmitry Green / YouTube
Kereta malam ke Moscow, ucapkan selamat tinggal pada matahari Petersburg,” demikian senandung David Arthur Brown dari band indie pop Amerika Brazzaville. Band ini sungguh mencintai Rusia. Pada 2006 mereka merekam ulang lagu band rock legendaris Rusia Kino “Zvezda po imeni solntse” (Bintang Memanggil Matahari). Lagu ini berhasil mencapai puncak tangga lagu terfavorir Rusia dan setahun kemudian mereka berkolaborasi dengan band rock Rusia Bi-2 dalam lagu “Kao Sun Road.”
Pada tur di Rusia, band ini juga merekam lagu lain berjudul “Girl from Vladivostok.” Brown menyatakan, “Saya tertarik dengan Vladivostok selama bertahun-tahun. Ide mengenai kota Rusia di Pasifik dekat Korea, Jepang, dan Tiongkok selalu terasa puitis bagi saya.”
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda