Lima Paradoks di Tengah Masyarakat Rusia

PhotoXPress
Terkadang survei sosiologi menghasilkan data yang bersifat paradoks. Sebagai contoh, untuk beberapa alasan warga Rusia merasa lebih bahagia saat mereka lebih miskin. Atau banyak di antara mereka yang mengaku sebagai penganut Ortodoks , tapi tak pernah pergi ke gereja ataupun mempercayai Tuhan.

1. Miskin, tapi Bahagia

Krisis ekonomi tak membuat warga Rusia merasa hidupnya memasuki masa-masa sulit. Mungkin mereka menghadapi masalah ekonomi yang sangat berat, tapi warga Rusia tetap percaya diri, tersenyum sambil berkata bahwa ia tak pernah merasa sebahagia saat ini. Hal itu dapat disimpulkan dari dua laporan: satu terkait kepercayaan diri konsumen dan kedua terkait kebahagiaan. Hasil kuartal keempat menunjukkan bahwa pada 2015 kepercayaan diri konsumen jatuh hingga minus 26 persen dan hal itu merupakan indikator terburuk untuk kuartal terakhir tahun ini sejak tahun 2000.

Namun bahkan ketika mereka merasakan dampak negatif krisis di dompet mereka, warga Rusia tak terburu-buru menyadari kehadirannya. Menurut Pusat Riset Opini Publik Rusia (VTsIOM), pada paruh pertama 2015, orang-orang menyaksikan pendapatan mereka menyusut dan inflasi meningkat, tapi di saat yang sama kepercayaan diri mereka bahwa hal terburuk telah berlalu malah menguat. Kini mereka percaya bahwa krisis adalah hal yang serius dan akan berlangsung untuk jangka panjang. Namun pada masa-masa sulit tersebut, indikator kebahagiaan VTsIOM malah mencapai titik tertingginya sepanjang sejarah: 70 persen responden mengaku mereka bahagia. Sosiolog menjelaskan paradoks ini sebagai upaya untuk mengompensasi aspek negatif eksternal: mereka merasa perlu mengaku bahwa diri mereka dan orang-orang di sekitar mereka bahagia agar hidup lebih menyenangkan untuk dijalani.

Tingkat Kebahagiaan

Berdasarkan Laporan Tingkat Kebahagiaan Dunia tahun 2013 (survei dilakukan pada 2010 hingga 2012), Rusia menempati posisi ke-68 dari 156 negara di dunia, sedangkan Indonesia di posisi ke-57. Berdasarkan survei, negara dengan penduduk yang paling bahagia adalah Swiss, sedangkan di posisi paling bawah adalah Togo.

2. Menerima Keputusan dengan Mudah

Sikap terhadap operasi militer dapat berubah drastis hanya dalam dua minggu. Pada pertengahan September lalu, 69 persen orang yang disurvei oleh Levada Center menentang operasi militer di Suriah. Namun pada awal Oktober, 72 persen warga Rusia mendukung keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan serangan udara terhadap ISIS di Suriah.

Selain itu, banyak respoden yang mendukung serangan udara tersebut tak tahu pihak mana yang dibela Rusia, siapa musuhnya, dan untuk apa mereka melakukan itu. Rasa percaya warga Rusia pada pemerintah mereka terkait tindakan di Timur Tengah yang tidak mereka pahami adalah sebuah paradoks, tapi di saat yang sama juga merupakan contoh yang baik untuk menggambarkan prinsip 'presiden lebih tahu' dan keinginan untuk 'memenangkan peperangan kecil'.

3. Ortodoks, tapi Tak Percaya Tuhan

Survei Yayasan Opini Publik menunjukkan bahwa jumlah populasi etnis Rusia yang mengaku sebagai penganut Ortodoks meningkat menjadi 72 persen. Namun, hanya empat persen warga Rusia yang mengunjungi gereja secara rutin dan bepartisipasi dalam ritual keagamaan. Selain itu, 60 persen penganut Ortodoks tak menganggap diri mereka religius dan hampir 30 persen di antaranya tak percaya akan kehadiran Tuhan.

Bagaimana mungkin? Hal itu karena pada saat pencarian identitas nasional positif, kata 'ortodoks' dan 'warga Rusia' menjadi sinonim bagi masyarakat. Oleh karena itu, pengakuan 'Saya adalah seorang Ortodoks' tak menunjukkan orang tersebut religius dan aktif dalam kegiatan gereja.

4. Malas Pergi ke Luar Negeri

Pada Desember 2015, Levada Center mengungkap bahwa sebagian besar warga Rusia (70 persen) menolak pergi ke luar negeri karena alasan keamanan. Pergi ke luar negeri menjadi hal yang sangat berbahaya dan hal itu harus dihentikan. Itulah jawaban yang diberikan hampir separuh responden. Namun di sisi lain, 35 persen partisipan survei tak pergi ke luar negeri dalam lima tahun terakhir. Jadi, mudah bagi mereka untuk menghentikan 'kebiasaan' tersebut.

5. Horoskop Lebih Bisa Dipercaya daripada Internet

Dunia supranatural yang menakjubkan dan paranormal untuk beberapa alasan lebih familiar bagi warga Rusia dibanding internet. Menilai dari survei publik, lebih mudah bagi warga Rusia untuk memercayai jimat dan kiamat daripada media Internet dan jejaring sosial. Hampir 40 persen warga Rusia percaya setan, tapi hanya lima persen yang percaya berita dari internet, sedangkan 20 persen percaya internet, tapi harus ‘mengecek’ ulang pemberitaan tersebut di televisi.

Namun, warga Rusia tak percaya pada semua fenomena alam gaib dan mahkluk halus. Hal yang paling bisa ‘diandalkan’ adalah jimat dan horoskop. Sementara, ‘pahlawan’ film Hollywood tidak menyandang status kehormatan: hanya enam persen warga Rusia percaya pada alien. Sementara, dua persen lainnya percaya akan kehadiran zombie.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki