Desemberis: Pahlawan Rakyat atau Pemberontak?

Senatskaya Square, Sankt Peterburg.

Senatskaya Square, Sankt Peterburg.

Vasily Surikov
Pada 1869, Leo Tolstoy menyelesaikan mahakarnyanya Perang dan Damai (War and Peace). Mungkin, novel Rusia yang menceritakan kisah invasi Napoleon ke Rusia pada 1812 melalui narasi penuh intrik yang berlangsung di sekeliling kehidupan lima keluarga aristokrat adalah yang paling dikenal luas. Plot novel ini mencapai klimaks saat tentara Rusia dan Prancis bertempur di desa Borodino, di pinggiran Moskow. Pertempuran Borodino kemudian menjadi konflik paling berdarah di Eropa dan mengakhiri kesuksesan Napoleon.

Sejarah berlanjut ketika novel Tolstoy berakhir. Tentara Napoleon kalah telak dari pasukan Tsar Aleksandr I Rusia. Banyak pejabat militer Rusia saat itu yang masih muda, seperti karakter fiksi dalam “War and Peace”. Pasukan Rusia mendesak tentara Prancis ke barat, melintasi Eropa, dan melakukan pawai kemenangan melalui Paris, sebuah penanda jatuhnya Kekaisaran Napoleon.

Saat di Paris, tentara Rusia bersentuhan dengan era Pencerahan dan Revolusi Prancis. Mereka kembali ke tanah air dengan mimpi mengubah masyarakat Rusia, yang masih dikontrol ketat oleh tsar dan karakter perbudakan yang menindas.

Mereka membentuk kelompok rahasia dan bicara tentang revolusi. Dan saat Tsar Aleksandr I wafat pada November 1825, mereka memutuskan untuk memulai pemberontakan demi merebut kekuasaan di Rusia.

Pada 14 Desember 1825, sekelompok pejabat muda pemberontak tersebut beraksi di Lapangan Senat Sankt Peterburg dengan sejumlah tentara Rusia. Kebuntuan antara para revolusioner dan pasukan Rusia yang loyal pada Tsar Nikolay I berlangsung sepanjang hari. Nikolay I kemudian menyuruh tentaranya meletuskan tembakan dan gerakan tersebut segera menyebar.

Mereka yang ada di balik peristiwa 14 Desember dikenal sebagai Desemberis. Lebih dari seratus orang di antaranya ditahan, diadili, dan diasingkan ke Siberia Timur, terutama di sekitar kota Irkutsk dan Chita.

Selama pengasingan, kaum Desemberis tersebut menikmati kebebasan. Beberapa menerima uang dari keluarga, dan mereka membagi uang tersebut untuk menikmati standar hidup yang adil. Para istri kemudian diizinkan untuk bergabung dengan mereka di Siberia dan mereka berhasil mengasuh anaknya bersama. Di rumah baru mereka yang terisolasi, para Desemberis menikmati kehidupan yang damai untuk menulis, belajar, bermain musik, dan bercocok-tanam.

Meski gagal memercikkan revolusi, para Desemberis tetap hidup di benak warga Rusia atas idealisme masa muda mereka dan cintanya akan Rusia. Tolstoy pernah menulis sebuah novel mengenai kehidupan mereka. Monumen dan museum, terutama di Siberia, dibangun untuk mengenang mereka dalam sejarah Rusia. Dan hingga hari ini, banyak kota Rusia yang masih memiliki nama jalan Dekabristov, atau Desemberis.

Sankt Peterburg: Awal Tur Desember

Selama bertahun-tahun, sejarawan dan wisatawan ingin mempelajari lebih jauh mengenai Desemberis dengan mengunjungi tempat-tempat yang mereka lewati dalam kehidupan pascarevolusi mereka. Tempat yang cocok untuk mengawali tur independen Desemberis adalah Lapangan Senat Sankt Peterburg, lokasi berawalnya aksi para Desemberis sekitar dua abad lalu.

Lapangan Senat (Senatskaya Ploshchad, Metro Admiralteyskaya, Lini 5) terletak di dekat Sungai Neva sebelah gedung Senat dan Synod, yang dihiasi pilar Korintus yang dibangun pada 1834. Pemberontakan mereka menginspirasi revolusi selanjutnya, dan pada 1925 Soviet mengubah namanya menjadi Lapangan Desemberis. Setelah Uni Soviet jatuh, namanya diubah kembali menjadi Lapangan Senat.

Sankt Peterburg merupakan kota yang ideal untuk memulai perjalanan melintasi Rusia melalui Jalur Kereta Trans-Siberia. Saat kereta Anda mencapai Siberia, sejumlah situs menarik akan membantu Anda memahami apa yang terjadi selanjutnya terhadap para Desemberis.

Irkutsk: Parisnya Siberia

Pernah dikenal sebagai ‘Parisnya Siberia’, Irkutsk kerap dianggap sebagai ibukota kebudayaan wilayah tersebut. Kaum Desemberis membantu menciptakan citra tersebut dengan menggelar pesta, teater, dan konser.

Anda dapat mengawali penjelajahan dari Museum Rumah Volkonsky (Per. Volkonskogo 10). Ketika revolusi gagal, seorang Desemberis — Sergei Volkonsky — pulang ke rumahnya untuk mengunjungi keluarganya untuk terakhir kali, yakin bahwa ia tak akan bertemu mereka lagi. Namun, Volkonsky kemudian diizinkan untuk tinggal bersama istri dan anaknya di rumah yang kemudian dijadikan museum ini. Di dalam museum terdapat sejumlah foto keluarga Desemberis, mebel, serta benda-benda yang digunakan Volkonsky sehari-hari di masa pengasingannya.

Desemberis berencana menggulingkan Nikolay I, dan jika itu berhasil, Pangeran Sergei Trubetskoy ditunjuk menjadi pemimpin sementara Rusia hingga pemerintahan baru terbentuk. Volkonsky dan Trubetskoy merupakan tetangga, dan Museum Rumah Trubetskoy (Ul. Dzerzhinskogo 64) hanya satu blok jaraknya dari rumah Volkonsky sebelumnya. Hampir 30 tahun setelah revolusi di Sankt Peterburg gagal, Trubetskoy diizinkan untuk tinggal di sini dengan istrinya pada 1854.

Chita: Kota Pengasingan

Kota Chita terletak di tengah pegunungan utara Mongolia. Sekitar 80 Desemberis datang ke bekas kota pertambangan ini pada 1827, dan istri serta kekasih mereka kemudian menyusul. Kerap disebut ‘Kota Pengasingan’, para Desemberis menaruh Chita ke dalam peta dan bahkan berkontribusi pada perencanaan kotanya.

Museum Desemberis Chita (Ul. Dekabristov 3b) terletak di gereja Malaikat Agung Mikhael, sebuah gedung kayu cantik dengan kubah bawang yang selesai pada 1776 dan patut dikunjungi. Para Desemberis sempat tinggal di perumahan sekitar gereja dan datang ke gereja ini untuk berdoa. Di dalam gereja inilah seorang Desemberis Ivan Annenkov menikahi seorang perempuan Prancis, Paulina Gueble, yang datang ke Chita untuk bergabung dengannya.

Museum ini berisi pameran mendetail tentang Desemberis serta dokumen yang menerangkan pengasingan mereka.

Cara mencapai lokasi ini: Maskapai Rusia  S7 melayani penerbangan setiap hari dari Sankt Peterburg ke Irkutsk (bolak-balik 600 dolar AS). Dari Irkutsk, terdapat lima kereta yang menuju Chita setiap hari (15 jam, 50 – 200 dolar AS sekali jalan)

Akomodasi: Cobalah Hotel Yevropa (100 – 250 dolar AS) di Irkutsk. Hotel Mont Blanc di Chita (100 – 200 dolar AS) sangat nyaman dan terletak di pusat kota.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki