Alquran dibukukan melalui beberapa periode. Namun, berkat Utsmanlah Quran yang menjadi tuntunan hidup umat Islam memiliki standar cara baca yang sama di seluruh belahan dunia. Setelah Utsman membuat standar ini, berbagai salinan Quran kemudian dikirim ke kota-kota besar yang ditaklukkan oleh tentara Islam.
Salah satu salinan Quran disimpan oleh sang khalifah. Hingga pada tahun 656, ada komplotan penjahat yang masuk ke rumahnya. Mereka menangkap sang khalifah saat membaca Quran. Darah sang khalifah pun membasahi halaman Quran yang saat itu sedang ia baca.
Efim Rezvan, seorang ahli Islam dan ketimuran, telah lama mempelajari naskah di Sankt Peterburg. Kepada RBTH, ia menceritakan sejarah penemuan daftar Quran kuno dari era Utsman di Sankt Peterburg.
Pada musim gugur tahun 1936, di Institut Studi Oriental di Leningrad, ada seorang perempuan tua yang menjual lembaran Quran. Seorang akademisi Ignatiyi Yulianovich Krachkovsky bertanya tentang asal lembaran, tetapi perempuan tersebut terlihat enggan menjelaskannya. Pada bagian salah satu buku yang ia bawa, Krachkovsky melihat inisial huruf “I.N.” dan menyadari bahwa itu adalah Quran milik Irenaeus (Selim) Nofal (1828-1902), diplomat Rusia keturunan Lebanon.
Akademisi itu segera sadar bahwa lembaran itu adalah salah satu salinan tertua dari Quran. Ia pun memberikan catatan kecil pada salinan Quran tersebut, tapi tidak diperiksa secara rinci apakah salinan tersebut muncul pada zaman itu ataukah ada pada abad setelahnya.
Pada tahun 1998, Rezvan menerbitkan sebuah artikel yang membahas tentang naskah tersebut. Kemudian dari situlah dimulai peristiwa yang paling menarik. Seorang rekan Rezvan asal Prancis membaca artikel tersebut dan mengatakan kepadanya bahwa pada makam di sebuah desa di pegunungan Katta-Langar di Uzbekistan disimpan 12 lembar lainnya yang mirip dengan daftar yang ditemukan di Sankt Peterburg. Ternyata, naskah yang berada di Sankt Peterburg tidak berasal dari Arab Saudi, melainkan dari Asia Tengah.
Salinan Quran Utsman di Masjid Agung di Leningrad, Uni Soviet, tahun 1981. Quran yang asli disimpan di sebuah ruang khusus di Madrasah Barak Khan di Tashkent, Uzbekistan. Sumber: RIA Novosti
Pada bulan Desember 1999, dengan bantuan rekan-rekan dari Prancis dan Uzbekistan, Rezvan melakukan perjalanan ke Katta-Langar yang terletak seratus kilometer di sebelah selatan Samarkand, Uzbekistan. Sekitar lima menit berkendara dari Katta-Langar terdapat pedesaan Arab yang penduduknya orang-orang Arab asli dan masih mempertahankan bahasa asli mereka. Masjid dan makam Sufi Syekh Ishkiyya Bersaudara yang berada di Katta-Langar merupakan mahakarya arsitektur Islam. Awalnya, Rezvan tidak mengetahui hal tersebut saat mereka melakukan perjalanan dari Tashkent di pagi hari di bulan Desember.
“Lalu tibalah kami pada rumah pertama. Di pintu ada seorang perempuan dengan bola mata bewarna hitam sedang bersama anak-anaknya. Lalu, ada seorang pria tua yang menunggangi seekor keledai, ia mengenakan sepatu runcing. Kami menghentikan mobil dan berjalan ke atas bukit menuju masjid kuno. Kami bertemu seorang imam dan orang-orang tua,” kata Rezvan.
Pintu tua terbuka. Pada pintu bertuliskan jemaah. Mereka menunjukkan sebuah peti tempat peninggalan kuno itu disimpan. Akhirnya, mereka mengeluarkan lembaran perkamen yang beharga. Tidak diragukan lagi, itu adalah tulisan tangan yang sama dan berusia lebih dari seribu tahun. Rezvan pun segera memfoto lembaran tersebut.
Kemudian, diketahui bahwa ternyata pada akhir abad XIX, setengah dari salinan naskah Al Quran muncul di pasar buku Bukhara. Pada saat itu, sebagai bagian dari naskah yang dimiliki oleh Irinaeus Nofal, tiga lembarannya dibeli oleh bangsawan setempat. Sekarang lembara-lembaran itu disimpan di perpustakaan akademik di Tashkent dan Bukhara. Pada tahun 1983, gerakan antiagama muncul di republik tersebut, dan lembar-lembaran yang tersimpan di Katta-Langar disita. Hanya pada tahun 1993 sebagian lembaran yang tersita dikembalikan, yaitu sebanyak 12 lembar. Pada tahun 2003, pihak bea cukai Uzbekistan menyita dua lembar dari naskah tersebut ketika akan dikirim ke luar negeri. Ini berarti bahwa lembaran naskah yang menghilang sebenarnya disimpan oleh seseorang.
Dibutuhkan sejumlah ekspedisi ke Asia Tengah, berjam-jam dihabiskan di perpustakaan dan repositori di berbagai negara, untuk melacak jalur naskah yang berusia berabad-abad ini di Katta-Langar. Saat ini, dengan beberapa tingkat kepastian, dapat dikatakan bahwa naskah suci ini dibawa ke wilayah Uzbekistan modern oleh bangsa Arab yang selama penaklukan Arab pertama diduga memulai perjalanannya dari Oman. Pada pergantian abad VIII menuju IX anggota suku ini memiliki naskah Quran tersebut. Mereka membawanya melalui wilayah Irak, Iran, dan Afghanistan.
Sejarah 20 abad naskah yang tersimpan di Sankt Peterburg adalah perjalanan yang benar-benar menakjubkan. Hal ini terkait erat dengan nasib dinasti dan negara, nasib kota, serta orang-orang yang masuk dalam peradaban Islam yang dimulai di Saudi pada abad VII. Saat ini, naskah Quran tersebut adalah sumber terpenting sejarah penulisan ayat-ayat suci tersebut. Analisis terhadap naskah tersebut membantah sejumlah hipotesis populer dari dunia Barat bahwa teks lengkap Al Quran tidak muncul sebelum abad IX.
Penulis adalah pakar studi Arab dan Islam dan pemimpin redaksi jurnal internasional Manuscripta Orientalia.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda