Siapakah Sang Srikandi di Era Soviet?

RIA Novosti
Gelar “Ibu Srikandi” muncul pada zaman Uni Soviet di tahun 1944 sebagai penghargaan tertinggi bagi para ibu yang melahirkan dan membesarkan sepuluh anak atau atau lebih. Kini, penghargaan tersebut berubah nama menjadi “Kemuliaan Orangtua”.

Evolusi Penghargaan

Gelar “Ibu Srikandi” diberikan ketika dan hanya jika anak terakhir mencapai usia satu tahun dan sembilan anak lainnya masih hidup. Selama 40 tahun sejak diadopsi di tengah meletusnya Perang Patriotik Raya—bagian Perang Dunia II yang berlangsung pada tahun 1941 – 1945 (perang tersebut adalah perang antara Uni Soviet dan Jerman Nazi serta sekutunya—gelar ini telah diberikan kepada lebih dari 750 ribu perempuan.

Selain istilah “Ibu Srikandi”, terdapat pula medali “Keibuan” yang mempunyai dua tingkatan. Medali tingkat pertama akan diberikan kepada ibu dari enam anak (termasuk anak angkat), sedangkan medali tingkat kedua akan diberikan kepada ibu dari lima anak. Medali “Keibuan” tingkat pertama telah diberikan kepada 1,5 juta perempuan, sedangkan pada tingkat kedua terdapat lebih dari 2,7 juta perempuan yang telah menerima gelar ini.

Penghargaan ini terakhir kali diberikan kepada perempuan-perempuan Rusia pada tanggal 14 November 1991 di bawah pemerintahan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Penghargaan diberikan bertepatan dengan runtuhnya Uni Soviet. Pada awal 1990-an, muncul banyak masalah ekonomi politik sehingga masalah demografi tidak terlalu dipedulikan.

Kebijakan otoritas Rusia dalam pemberian penghargaan kepada keluarga dengan banyak anak muncul bertahun-tahun kemudian. Pada bulan Februari 2008, Dmitry Medvedev (saat itu masih menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Federasi Rusia) mengusulkan untuk mengembalikan gelar penghargaan Soviet “Kemuliaan Ibu”. Namun, penghargaan ini tak hanya ditujukan kepada para ibu, tetapi juga pada pada ayah. Oleh karena itu diputuskan untuk mengubah nama penghargaan ini menjadi “Kemuliaan Orangtua”.

Keputusan mengenai penghargaan ini dikeluarkan pada tahun 2009 sebagai penghargaan atas kontribusi yang besar dalam memperkuat institusi keluarga dan pengasuhan anak. Penghargaan ini akan diberikan kepada orangtua yang memiliki empat anak atau lebih. Sebelum 2013, setiap orangtua penerima penghargaan dihadiahkan uang sebesar 50 ribu rubel (atau sekitar 1.600 dolar AS pada masa itu dengan kurs satu dolar AS sama dengan 30 rubel). Kini, hadiah ditingkatkan hingga dua kali lipat, yaitu sebesar 100 ribu rubel (atau sekitar 1.490 dolar AS dengan kurs satu dolar AS sekitar 67 rubel).

Pada Februari 2013, anggota Komite Anggaran Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Mikhail Serdyuk, yang juga seorang ayah dengan banyak anak, dari fraksi “Justice of Russia” menawarkan untuk menghidupkan kembali lencana kehormatan “Ibu Srikandi” dan memperkenalkan RUU tersebut kepada Duma, tetapi rancangan tersebut ditolak.

Pada bulan Februari tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan gelar “Kemuliaan Orangtua” kepada sembilan keluarga dari berbagai daerah. Salah satu dari keluarga tersebut tercatat sebagai “satuan masyarakat” dengan membesarkan 14, bahkan 16 orang anak.

Tidak Ada Hubungan Antara Demografi dan Medali

Seorang pakar demografi dan spesialis di Institut Sosial Ekonomi Studi Kependudukan Russian Academy of Sciences (RAN) Nina Rusanov mengatakan bahwa keluarga yang memiliki banyak anak akan diberikan dukungan moral penting dari negara, termasuk dengan menerima bingkisan penghargaan. Namun, menurutnya tidak ada hubungan langsung antara penghargaan negara dan demografi.

“Tidak ada yang mau melahirkan lima atau sepuluh anak hanya untuk mendapatkan penghargaan ‘Kemuliaan Orangtua’. Hal ini tidak masuk akal,” ujar Nina Rusanova. Namun, bagaimanapun juga penghargaan ini penting diberikan kepada para orangtua yang telah rela mengorbankan dirinya dari karir profesional mereka demi mendedikasikan diri untuk anak dan keluarga.

Namun demikian, dalam kondisi ekonomi saat ini, hal ini adalah keputusan yang sangat sulit bagi warga Rusia. Menurut statistik, sering kali peningkatan jumlah kelahiran berdampak pada tingkat kesejahteraan anak yang menurun meskipun hal ini memang tidak selalu terjadi. Hal ini disebabkan pada fakta bahwa jumlah anggota keluarga yang bekerja tidak bertambah, sedangkan jumlah tanggungan meningkat.

Menurut Rusanova, saat ini jumlah keluarga yang memiliki sepuluh atau lebih anak di Rusia menurun secara signifikan dibandingkan pada zaman Uni Soviet. Hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan sosial ekonomi.

Menurut jajak pendapat yang diadakan portal Superjob pada tahun lalu, sebanyak 31 persen warga Rusia usia kerja yakin bahwa sulit bagi seorang perempuan untuk berkarir setelah melahirkan. Di antara orang-orang berusia muda, pendapat ini disuarakan lebih dari 42 persen. Hanya seperlima dari warga Rusia yang percaya bahwa karir seorang perempuan bisa naik setelah melahirkan anak, yang otomatis menstimulasi peningkatan pendapatan.

Menurut data penelitian pusat ITAR-TASS terbaru, sebanyak 86 persen warga Rusia percaya bahwa sebuah keluarga idealnya memiliki dua atau tiga anak saja. Sebanyak 32 persen dari populasi percaya bahwa keluarga harus memiliki tiga atau lebih anak (berdasarkan hukum Rusia, keluarga yang memiiliki lebih dari tiga anak dianggap sebagai keluarga besar). Angka ini terhitung tinggi bahkan di antara orang-orang muda berusia 18 – 34 tahun (sebanyak 25 persen saja). Namun pada kenyataannya, di kalangan perempuan berusia 40 – 49 tahun, jumlah perempuan yang mempunyai keluarga besar adalah dua sampai 2,5 kali lebih sedikit.

Kepala Gerakan Masyarakat Antarwilayah “Keluarga, Cinta, Tanah Air” Lyudmila Ryabchenko percaya bahwa banyak keluarga dengan banyak anak kurang dipedulikan saat mencari bantuan dari lembaga kesejahteraan sosial pemerintah. “Mereka menganggap seolah ‘kalian yang melahirkan anak, kalianlah yang harus berurusan dengan mereka’, hal ini tidak sepatutnya terjadi,” ujar Ryabchenko.

“Setiap keluarga harus mengetahui bahwa pemerintah akan membantu keluarga mereka dan membantu anak-anaknya agar berguna bagi bangsa dan negara. Di tingkat federal, para politisi terus-menerus membicarakan mengenai hal ini. Penghargaan ‘Kemuliaan Orangtua’ seharusnya menunjukkan prioritas kebijakan negara kepada warga Rusia. Namun yang terjadi adalah saat sebuah keluarga datang bersama anak-anaknya ke organisasi hak asuh lokal, mereka justru mendapat respons yang berbeda,” kata Ryabchenko menjelaskan.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki