Antrean untuk membeli roti, kota Chita di Timur Jauh Rusia, tahun 1991. Foto: Vladimir Sayapin/TASS
Tahapan pertumbuhan konsumen bagi warga dengan kemampuan ekonomi menengah di negara Soviet dapat digambarkan dengan karpet, kristal, mebel "dinding", televisi bewarna, dan mobil. Karena harga yang sangat mahal dan kredit konsumen pada saat itu belum ada, sehingga untuk mendapatkan barang-barang tersebut masyarakat harus "mengantre" (menunggu) selama bertahun-tahun. Strategi semacam ini bertahan dalam waktu yang lama.
Keberadaan warga dengan kemampuan ekonomi menengah pada kondisi kelangkaan ini bagaikan perburuan yang terus-menerus. Bagi masyarakat yang tidak bisa ikut serta dalam rantai distribusi VIP, mereka akan mencoba untuk memulai menggunakan bantuan "orang dalam". Biasanya koneksi tersebut adalah manajer toko dan kepala departemen pusat penjualan.
Pembelian barang-barang langka sering kali menyerupai operasi rahasia, yaitu dengan menerima panggilan dari "orang-orang yang dapat dipercaya", lalu mendatangi tokonya dan bersembunyi dari pengelihatan orang-orang yang melewati sepanjang jalan yang sepi pengunjung demi mendapatkan barang yang ditunggu-tunggu secara semi-legal.
Mengenai detail, seperti warna atau model yang diinginkan adalah hal yang tidak bisa ditentukan. Jika celana jeans yang diinginkan tidak tersedia dan digantikan dengan celana korduroi, Anda pun harus dengan senang hati mengambil apa yang tersedia. Bagi mereka yang tidak mempunyai koneksi orang dalam, mereka harus mengantre terlebih dahulu. Antrean adalah simbol lain dari era kelangkaan umum. Antrean ini memang tidak terhitung banyak dan tidak "sedramatis" seperti halnya pada era perestroika (era reformasi politik dan ekonomi Rusia). Namun, hal ini tetap saja membuat warga Soviet menghabiskan semakin banyak waktu.
Tingkat kelangkaan barang di berbagai daerah sangat bervariasi. Setiap pusat-pusat kota Uni Soviet digolongkan ke salah satu dari kategori prioritas pasokan. Jumlah kategori tersebut ada empat, yaitu kategori khusus, pertama, kedua, dan ketiga. Kategori khusus dan pertama mencakup Moskow dan Leningrad, pusat-pusat industri besar, dan republik-republik di Uni Soviet, seperti Lithuania, Latvia, Estonia, serta resor-resor.
Masyarakat yang tinggal di pusat-pusat industri ini berhak menerima pasokan kebutuhan pokok, seperti roti, tepung, sereal, daging, ikan, minyak, gula, teh, dan telur di barisan pertama dan dengan kualitas yang lebih baik.
Jumlah konsumen khusus dan barisan pertama dari daftar ini mencapai sekitar 40 persen dari total keseluruhan yang mendapatkan pasokan kelangkaan, tetapi mereka menerima bagian terbesar dari pasokan oleh pemerintah, yaitu sebesar 70 – 80 persen. Artinya, sebagian besar makanan dan barang-barang industri hanya dipasok ke wilayah-wilayah tersebut. Dengan begitu, pusat-pusat ini bisa dibilang membeli loyalitas dari Republik Soviet. Mereka yang tinggal di kota-kota kecil harus puas dengan keterbatasan barang. Situasi ini sering kali tidak masuk akal. Misalnya di kota-kota kecil di Rusia Tengah ada pabrik lokal pengolahan daging mentah. Sayangnya, sering kali warga kota justru tidak bisa menikmati hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan pendistribusian hasil produksi ke kota-kota lain yang mempunyai kategori pasokan lebih tinggi.
Akses khusus untuk mendapatkan barang langka dimiliki beberapa pejabat yang berhasil meniti karir. Orang-orang, seperti penulis, aktor, ilmuwan, manajer pabrik, manajer berbagai bidang industri, mereka semua memiliki toko khusus dan pasokan makanan tersendiri.
Pada masa itu, ada orang yang menderita kelangkaan barang-barang tertentu secara kronis, sementara ada pula yang mencari uang secara sukses dengan memanfaatkan barang-barang langk itu. Kekurangan barang-barang tertentu ini, serta perbedaan antara harga resmi dari pemerintah dan harga di pasar gelap menciptakan disproporsi selama pertukaran komoditas. Sebagai contoh, di tahun 80-an, sebuah pemutar video impor dapat ditukarkan dengan bagian sebuah apartemen di pusat kota Moskowi. Bagi beberapa orang, ketidakseimbangan ini membawa keuntungan besar. "Sejak tahun 70-an, di Moskow sudah ada ribuan jutawan-jutawan dolar," ujar Kepala Departemen Sejarah Ekonomi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia Yuri Bokarev.
Seluruh kelangkaan yang dihadapi oleh warga Soviet dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu yang pertama adalah produk-produk asal Soviet, mulai dari sosis sampai tisu toilet. Kategori kedua adalah kelangkaan jeans, perlengkapan audio impor, pakaian, dan sepatu kulit.
Pihak berwenang di Uni Soviet paham bahwa situasi ini sebenarnya tidak normal. Upaya untuk menyelesaikan masalah kelangkaan dan pembelian produk dari luar negeri secara besar-besaran dilakukan pada paruh pertama tahun 80-an. Di bawah pemerintahaan Gorbachev, Soviet mengumumkan ketidakmampuannya untuk menyediakan paket barang dan jasa pokok untuk warganya. Jatuhnya harga minyak telah mengurangi peluang untuk impor.
Pedagang gelap seringkali terlibat dalam penjualan mata uang dan bertindak sebagai perantara antara pemasok barang impor dan warga Soviet. Narasumber kami bernama Andrey, ia berurusan langsung dengan perdagangan gelap selama beberapa tahun. Ia mengatakan bahwa pekerjaannya sangat berbahaya, namun dengan bekerja sebagai pedagang gelap dapat membuatnya hidup makmur. Menurut undang-undang pidana soviet, penjualan kembali produk kepada individu dengan harga yang mencapai lebih 50 dolar AS dimasukkan ke dalam kategori berskala besar. Secara teori, pelaku kegiatan ini bisa dipidana hukuman mati.
Pada pertengahan tahun 80-an, banyak pedagang gelap yang berpaling ke Moskow. Jumlah pedagang gelap profesional mencapai ribuan orang dan mereka menyalurkan barang-barang bernilai hingga puluhan juta rubel setiap tahunnya. Pengecer barang impor biasanya duduk di sekitar toko-toko atau hotel tempat orang asing banyak menginap. Di dekat toko biasanya dijual peralatan-peralatan audio, sementara untuk pakaian diperdagangkan di flat atau apartemen. Pelanggan biasanya mencari pedagang gelap melalui pembicaraan dari mulut ke mulut.
Secara umum warga asing tertarik dengan vodka. Toko-toko yang melayani orang asing turut menjual minuman tradisional Rusia ini seharga dua belas dolar AS—dibandingkan dengan harga resmi yang sebenarnya tidak lebih dari 50 rubel.
Di toko-toko Soviet, vodka dijual dengan harga sepuluh kali lebih murah. Permintaan juga meliputi kaviar dan beragam barang-barang khas Soviet, seperti topi, ikat pinggang militer, dan lencana. Seiring dengan itu, perdagangan barang antik ilegal khususnya ikon juga turut berkembang.
Di Moskow, ada lebih dari dua puluh toko negara-negara sosialis, seperti Balaton (Hungaria), Belgrad (Yugoslavia), Bucharest (Rumania), Vlasta (Polandia), dan lain-lain.
Di Balaton, sering kali terjadi antrean penjualan tas untuk perempuan, sementara di Yadran berbagai sepatu boots kulit, selimut mohair dan perlengkapan minum teh dengan hiasan berbentuk hati dijual di sana. Di toko Vlasta, dijual barang-barang dari Cekolslovakia, seperti lampu gantung dan vas kristal serta perhiasan-perhiasan khas Ceko.
Bagi kaum perempun, yang dinilai cukup berharga adalah produk asal Jerman Timur (GDR) Bersaudara, yaitu set seprai, bra yang pada kala itu tidak malu untuk dipertunjukkan kepada kaum pria, serta komestik dengan kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan produk industri Soviet. Barang-barang tersebut habis terjual dalam waktu yang singkat. Banyak warga berbondong-bondong datang dari seluruh penjuru Uni Soviet karena toko ini hanya tersedia di Moskow.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Gazeta.ru.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda