Wisata Sejarah: Lima Tempat Penuh Kenangan Perang Dunia II di Rusia

Saat Patung Ibu Pertiwi Memanggil didirikan pada 1967, patung ini masuk dalam Guinness Book of Records sebagai patung tertinggi di dunia yang menjulang setinggi 85 meter, belum termasuk alas tumpuannya. Foto: Lori/Vostock-Photo

Saat Patung Ibu Pertiwi Memanggil didirikan pada 1967, patung ini masuk dalam Guinness Book of Records sebagai patung tertinggi di dunia yang menjulang setinggi 85 meter, belum termasuk alas tumpuannya. Foto: Lori/Vostock-Photo

Pada 1945, Uni Soviet sudah sangat lelah akibat perang. Banyak kota-kota yang hancur-berantakan. Moskow beberapa kali dihantam oleh serangan udara musuh, sementara Leningrad (kini Sankt Petersburg), yang berhasil keluar dari kepungan musuh dan wabah kelaparan, kehilangan sebagian besar penduduknya. Selain itu, dua pertiga kota Stalingrad (kini Volgograd) hancur-lebur. Hari ini, 70 tahun kemudian, tempat-tempat yang menjadi ‘tuan rumah’ pertempuran terburuk sepanjang sejarah itu kerap dikunjungi oleh para wisatawan dari seluruh dunia.

Di Rusia modern saat ini, sulit mencari kota yang tak tersentuh oleh Perang Dunia II. Hampir semua kota-kota Rusia pernah menjadi medan tempur atau dijadikan lokasi evakuasi warga sipil dan pabrik senjata. Sembilan kota yang paling tersiksa akibat perang mendapat julukan "Kota Pahlawan", di antaranya Moskow, Sankt Petersburg, Volgograd, Tula, Smolensk, Murmansk, Kerch, Novorossiysk, dan Sevastopol. Berikut ulasan beberapa memorial perang paling mengesankan yang terdapat di kota tersebut.

Volgograd: Patung Ibu Pertiwi Memanggil (Motherland Calls) dan Kompleks Memorial di Mamayev Kurgan

Foto: Lori/Vostock-Photo

Volgograd (913 kilometer dari Moskow), yang pada masa Soviet bernama Stalingrad, merupakan lokasi dari pertempuran paling berdarah dalam sejarah dunia, di mana hampir 1,5 juta orang tewas. Pada Juli 1942, Tentara Merah melawan tentara Hitler dalam pertempuran Mamayev Kurgan, pertempuran yang mengubah haluan Perang Dunia II. Terdapat monumen di tempat terjadinya perang tersebut dan monumen itu masih menjadi tujuan wisata utama kota Volgograd.

Sebagian besar monumen Perang Dunia II berlokasi di tiga wilayah yang berdekatan: Alleya Geroev (Lorong Pahlawan), yang menghubungkan Tanggul ke Lapangan Prajurit yang Jatuh (Fallen Fighters Squrae/Ploshad Pavshikh Bortsov); sekitar Museum Pertempuran Stalingrad; serta di wilayah Mamayev Kurgan. Cara terbaik untuk mencapai wilayah tersebut adalah dengan menggunakan kereta yang beroperasi baik di bawah maupun di atas tanah.

Masa mengheningkan cipta yang secara berkala menghentikan musik yang diputar di Museum Mamayev Kurgan bisa terasa sangat mencekam, bahkan membuat langkah-langkah Anda terdengar sangat membosankan. Tentu Anda bisa mempelajari semua detil mengerikan mengenai Pertempuran Stalingrad dari buku atau secara online. Namun, itu mungkin masih terasa kurang. Untuk merasakan kedalaman tragedi perang dan menyadari besarnya pengorbanan yang dilakukan warga Soviet, datanglah ke museum ini. Berjalanlan 200 langkah (tiap langkah menandai satu hari pertempuran) dari monumen Memori Generasi hingga mencapai patung Ibu Pertiwi Memangil. Tiap langkah Anda akan benar-benar mengingatkan pada kengerian perang dan pertempuran ini.

Saat Patung Ibu Pertiwi Memanggil didirikan pada 1967, patung ini masuk dalam Guinness Book of Records sebagai patung tertinggi di dunia yang menjulang setinggi 85 meter, belum termasuk alas tumpuannya. Patung ini jauh lebih tinggi dibanding Patung Liberty di New York (46 meter), maupun Patung Kristus Penebus di Rio de Janeiro (38 meter).

Berikut tur virtual ke kompleks memorial Mamayev Kurgan: www.mamaev-hill.ru/en/iteractive/

Sankt Petersburg: Ploshchad Pobedy (Lapangan Kemenangan) dan Museum Pertahanan dan Pengepungan Leningrad

Foto: Lori/Vostock-Photo

Saat penduduk dan pejuang Stalingrad tengah sekarat akibat pertempuran, warga Leningrad harus merasakan pengalaman yang sama mengerikan: selama 872 hari kota mereka dikepung oleh musuh, dari 8 September 1941 hingga 27 Januari 1944. Sebanyak 97 persen korban tewas bukan karena tak mampu bertahan akibat luka atau bertempur di garis depan, tapi karena terkena wabah kelaparan dan penyakit. Seperti yang dicatat oleh filsuf politik Amerika Michael Walzer dalam bukunya, "Just and Unjust Wars", "dalam pengepungan Leningrad, jumlah warga sipil yang tewas lebih banyak dibanding korban di Hamburg, Dresden, Tokyo, Hiroshima, dan Nagasaki digabungkan."

Foto: Nikolay Naumenkov/TASS

Monumen pejuang Leningrad berlokasi di Lapangan Kemenangan Sankt Petersburg dan menjadi pusat komposisi arsitektur lapangan tersebut. Ini merupakan memorial paling tersohor yang didedikasikan bagi tindakan heroik warga kota dalam masa tragis dikepung musuh. Di bawah monumen terdapat Museum Aula Kenangan (Memory Hall) bawah tanah, yang dihiasi oleh dua mosaik raksasa yang disebut "Pengepungan" dan "Kemenangan". Di aula tersebut, kita dapat mendengar sinyal radio dari Moskow, sementara di layar terdapat dua siluet yang menunjukan situasi kota di bawah kepungan. Sebuah film dokumenter pendek diiringi bersama Symphony No. 7 yang dimainkan Dmitry Shostakovich. Ia menyelesaikan lagu tersebut pada akhir 1941. Lagu tersebut didedikasikan bagi warga Leningrad dan menjadi populer sebagai simbol perlawanan militerisme Nazi.

Foto: Yury Belinsky/TASS

Pada Museum Pertahanan dan Kepungan Leningrad, Anda bisa merasakan sendiri bagaimana hidup di masa pengepungan dari mata warga biasa Leningrad. Rekonstruksi rumah tinggal di Leningrad pada masa pengepungan ditampilkan di museum ini. Ada pula contoh-contoh senjata dan barang pribadi para pejuang, sementara sinyal serangan udara terus berbunyi memekakkan telinga.

Jatah makan warga Leningrad yang sangat menyedihkan juga dijelaskan, misalnya 125 gram 'roti pengepungan' dibuat seluruhnya dari tepung gandum yang digiling kasar dan hydrocellulose.

Foto: Valery Bushukhin/TASS

Kursk: Kompleks Memorial Kursk Arch dan Monumen Kemenangan

Foto: Lori/Vostock-Photo

Pertempuran Stalingrad menjadi titik balik Perang Dunia II, namun keberhasilannya tak terlepas dari Pertempuran Kursk (457 kilometer dari Moskow) pada Juli 1943. Signifikansi geopolitis berlangsung dengan sangat baik pada front Soviet-Jerman, dan memberi tekanan pada Jerman serta menghancurkan aliansi mereka. Pertempuran Kursk juga tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran tank terbesar sepanjang masa: sekitar dua juta orang, enam ribu tank, dan empat ribu pesawat terlibat dalam pertempuran tersebut.

Taman memorial Pertempuran Kursk terletak di pinggiran utara kota Kursk. Taman tersebut berbentuk lorong sepanjang satu kilometer dengan Monumen Kemenangan, monumen Marsekal Tentara Merah Georgy Zhukov, Gereja St. George, Makam Prajurit Tak Dikenal, serta api abadi. Terdapat pula monumen peringatan penganugerahan status "Kota Pahlawan" dari presiden Rusia. Kompleks ini juga memiliki pameran peralatan militer, sebuah meriam, tank T-34 tank, artileri Zveroboy, serta peluncur roket Katyusha yang tersohor.

Novorossiysk: Kompleks Memorial Malaya Zemlya

Foto: Lori/Legion-Media

Perang Dunia II juga berdampak pada Rusia Selatan. Peristiwa yang paling terkenal di sana adalah peluncuran operasi amfibi Tentara Merah pada February 1943. Untuk terus mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah jembatan yang diberi nama Malaya Zemlya (Tanah Kecil) di sebelah selatan Novorossiysk (1.466 kilometer dari Moskow). Pertahanan di garis pertempuran tersebut berlangsung selama 225 hari dan berakhir pada 16 September, dengan pembebasan Novorossiysk dari Nazi. Setelah Novorossiysk merdeka, mereka meluncurkan serangan balasan pada Jerman di Pertempuran Kaukasus.

Museum Sejarah Nasional Malaya Zemlya Novorossiysk terletak di pesisir Laut Hitam. Monumen utama Malaya Zemlya merupakan komposisi spasial raksasa dalam bentuk haluan kapal yang mengarah ke tepi laut dalam kecepatan tinggi. Dari sana, Anda dapat melihat Teluk Tsemess yang menjadi lokasi pertempuran yang keji. Hingga hari ini, Anda masih bisa menemukan sisa-sisa pertempuran 1943 di dekat monumen: parit persembunyian, serta pos komando dan pos observasi yang berada di parit. Di dalam monumen terdapat museum. Selain itu, ada pula pameran peralatan militer dari Perang Dunia II yang berada tak jauh dari sana.

Sevastopol: Kompleks Memorial Gunung Sapun

Foto: Stanislav Krasilnikov/TASS

Suatu siang, 7 mei 1944. Gunung Sapun, yang terbentang tujuh kilometer hingga teluk toska Balaklava, melindungi Sevastopol hingga selatan. Serangan di pegunungan berlangsung lebih dari tujuh jam. Puncaknya tak jauh, tapi langkah terakhir menuju puncak menjadi langkah tersulit yang harus ditempuh. Tiap parit, tiap bukit, menjadi teater pertempuran. Benteng musuh diserang oleh infanteri, penjinak ranjauh, tank, dan artileri. Perang pecah di udara. Kala itu, kapal Soviet membantu divisi udara angkatan laut untuk menghancurkan kapal musuh.

Itu merupakan gambaran pertempuran yang bisa disaksikan pengunjung saat memasuki aula diorama terbesar di dunia yang menampilkan serangan ke Gunung Sapun pada 7 mei 1944 di Sevastopol (1.237 kilometer dari Moscow). Kesan yang ada diperkuat oleh peta tematik yang terbentang delapan meter dari titik pengamatan. Di sini, adegan otentik direproduksi, dilukai dengan peluru dan lubang akibat bom. Terdapat replika kendaraan lapis baja, parit, senjata, serpihan bom, dan peluru.

Foto: Lori/Vostock-Photo

Selain diorama, Anda juga akan menyaksikan pemandangan panorama cantik di sekeliling Gunung Sapun. Tak jauh dari sana terdapat kapel St. George yang dibangun dalam bentuk peluru, serta pameran peralatan militer dari masa perang.

Ingin tahu lebih banyak mengenai Perang Dunia II? Baca selanjutnya. >>>

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki