Mitos Era Pemeritahan Stalin, Abadi dalam Benak Masyarakat Rusia

Mitos yang muncul pada masa kepemimpinan sang diktator masih menjadi dasar bagi pembuatan keputusan negara hingga saat ini, ujar para pakar. Foto: TASS

Mitos yang muncul pada masa kepemimpinan sang diktator masih menjadi dasar bagi pembuatan keputusan negara hingga saat ini, ujar para pakar. Foto: TASS

Berbagai mitos mengenai masa pemerintahan para diktator selalu muncul di setiap negara yang pernah mereka pimpin. Hal ini salah satunya disebabkan karena para diktator tersebut telah mengubah kehidupan negara yang mereka pimpin secara radikal. Karena itu, pembicaraan mengenai keberhasilan dan kekurangan masa kepemimpinan tak lekang dimakan waktu.

Hingga kini, diktator Uni Soviet Joseph Stalin masih menjadi perbincangan hangat di antara para pakar dan masyarakat umum. Di tingkat rumah tangga, orang-orang kerap membicarakan bagaimana negara berjalan dengan sangat baik, tidak ada yang mencuri dan melakukan korupsi pada masa Stalin dulu. Mitos yang muncul pada masa kepemimpinan Stalin bahkan masih menjadi dasar bagi pembuatan keputusan negara hingga saat ini, ujar para pakar.

Figur bagi Penciptaan Mitos

Valentina masih kecil ketika Uni Soviet dipimpin Stalin. Namun, seumur hidupnya dia mempercayai bahwa Stalin telah banyak memberikan kebaikan bagi negaranya. "Kami semua menangis ketika Stalin meninggal. Dia seperti jaminan keadilan dan kejujuran bagi kami. Saya tidak dapat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang berusaha menipu pemerintah, tapi saya yakin betul bahwa setiap tindak kejahatan akan dihukum dengan keras," ujar perempuan pensiunan tersebut.

Dalam sebuah diskusi dengan surat kabar Moskovskiy Komsomolets, peneliti utama Pusat Sejarah dan Sosiologi Internasional Perang Dunia II di Sekolah Tinggi Ekonomi Rusia Oleg Khlevnyuk menerangkan mengenai munculnya mitos rezim pemerintahan Stalin. "Orang-orang selalu berdebat tentang perubahan radikal dalam sejarah dan juga figur yang berkaitan dengan hal tersebut. Di Spanyol terdapat polemik mengenai Franco. Sementara, di Chile ada Pinochet," kata Khlevnyuk.

"Penyebab utamanya adalah isi dari sejarah tersebut. Stalin merepresentasikan penyatuan Uni Soviet setelah runtuhnya kekaisaran Rusia pada tahun 1917. Ia juga membawa kemenangan dalam peperangan melawan Nazisme. Boris Yeltsin, di sisi lain, dianggap sebagai konsekuensi keruntuhan era baru," kata Khlevnyuk menjelaskan.

Berbeda dengan Stalin, mitos seputar Yeltsin terbilang lebih sulit untuk dibangun. Ini dikarenakan mayoritas warga Rusia mengingat era Yeltsin dan memiliki pendapatnya masing-masing. "Stalin adalah figur ideal bagi pembuatan mitos. Di satu sisi, era Stalin sudah berakhir cukup lama sehingga orang-orang tidak dapat mengingat dengan pasti bagaimana sebenarnya kehidupan pada masa itu. Di sisi lain, masa itu tidak dianggap sebagai masa yang sudah lama berlalu sehingga terlihat menarik untuk dikagumi," kata sang sejarawan.

Standar Ganda

Saat ini, setidaknya terdapat beberapa mitos yang begitu melekat di tengah masyarakat Rusia mengenai rezim pemerintahan diktator Soviet ini. Pertama, pada zaman Stalin tidak ada korupsi dan berbagai isu hubungan antaretnis dapat diselesaikan. Faktanya, kedua hal tersebut hanyalah mitos.

Internasionalisme adalah paham global yang mendukung hubungan kerja sama ekonomi dan politik yang lebih besar di dunia demi kepentingan bersama, tanpa melihat latar belakang melihat suku dan agama.

"Pada masa Stalin terdapat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat negara," kata Khlevnyuk. "Pemerintahan Soviet memang memproklamasikan prinsip internasionalisme. Namun, banyak yang tidak mengetahui dan tidak ingin tahu, bahwa pada zaman Stalin telah terjadi penangkapan massal, deportasi, dan pembunuhan etnis-etnis tertentu, bahkan seluruh bangsa dinyatakan sebagai 'musuh'."

Masih ada satu mitos lagi, yaitu mengenai kebesaran bangsa Rusia yang harus menanggung beban berat Perang Patriotik Raya, tapi kemudian mampu memulihkan kembali negaranya. Akan tetapi, orang-orang sepertinya lupa akan segala pengekangan dan tindak kekerasan yang terjadi, serta berbagai kesulitan hidup pada masa pascaperang, dan dengan upaya apa saja keberhasilan dan pemulihan itu dicapai.

Seperti yang diterangkan oleh Kepala Pusat Internasional Memorial Aleksandr Cherkasov—yang sedang menjalankan proses pemulihan keadilan sejarah terkait masa pengekangan di Uni Soviet—kepada RBTH, mitos-mitos muncul karena masyarakat tidak mendapatkan informasi yang objektif. Selain itu, pada masa itu ada peraturan yang melarang mengkritik rezim pemerintahan Stalin.

"Hanya ada propaganda resmi yang terekam dalam ingatan masyarakat, serta terus tersimpan hingga kini. Dengan ingatan itulah, tiga generasi Rusia tumbuh dan berkembang. Masyarakat Soviet paham bahwa terdapat dualisme ekonomi pada era Stalin, yang menerapkan kebijakan kolektivisme yang mendorong banyak orang hingga pada ambang kematian. Namun, tidak ada seorang pun yang membicarakan hal itu secara terang-terangan," kata Khlevnyuk.

Menurut Khlevnyuk, pemikiran seperti itu membawa dampak buruk yang serius kepada sistem pemerintahan masa kini. "Mitos-mitos tersebut menjadi dasar pemerintahan. Orang-orang bahkan masih percaya bahwa larangan dan juga tindakan represif dapat memberikan hasil. Padahal, Partai Komunis telah mengakui kesalahan-kesalahan mereka dan memahami bahwa ancaman tidak bisa menstimulasi ekonomi," terang Khlevnyuk.

Sebagai contoh, Khlevnyuk menjelaskan, "Pemerintahan Soviet menghentikan deportasi massal masyarakat Kaukasus karena hal tersebut tidak menguntungkan dan berbahaya bagi perekonomian negara. Orang-orang berlarian menuruni gunung sambil membawa senjata dan tidak akan kabur kemana pun. Namun, tidak ada yang menulis kebijakan itu sebagai sebuah kesalahan, dan masyarakat biasa tidak ada yang mengetahui kebenaran ini".

Baca selanjutnya: Gaya Busana Stalin, Sang Pemimpin Soviet

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki