Salah satu tema besar dalam pameran yang didedikasikan untuk mengenang 120 tahun Nikita Khrushchev adalah peran Khrushchev dalam sejarah hubungan Rusia dengan Ukraina. Foto: Vladimir Presnya/RIA Novosti
Pameran tersebut digelar di aula pameran Badan Arsip Negara Rusia. Dalam pameran itu, terdapat sejumlah foto dan materi, baik yang berupa audio maupun video, yang berhubungan dengan politisi Soviet Nikita Khrushchev. Untuk pertama kalinya, masyarakat awam dapat menelusuri catatan pribadi sang Sekretaris Jendral Partai Komunis, dokumen-dokumen mengenai krisis rudal Kuba, surat teguran dan tuduhan (baik yang ditujukan kepada Khrushchev maupun yang ditandatangani olehnya), serta keputusan yang berhubungan dengan penyerahan Krimea kepada Ukraina.
Aktualisasi dari Warisan Sejarah
Karir Khrushchev dimulai pada 1938, ketika ia menjadi pemimpin Republik Sosialis Soviet Ukraina. Dalam ingatan para warga Rusia, beragam aksi dan keputusan politik Nikita Khrushchev secara umum berada di bawah bayang-bayang pemimpin tersohor Soviet seperti Stalin dan Lenin. Masyarakat mengenang Sekjen Partai Komunis sebagai sosok politikus yang eksentrik, berpikiran pendek, dan secara singkat adalah pelawak politik. Reputasi ini didapat akibat dua tindakannya yang eksentrik, yakni melempar sepatu dalam Sidang Umum PBB (tidak ada bukti berupa gambar asli, hal ini hanya didapat dari pernyataan saksi mata yang hadir), serta janji yang ia ucapkan untuk menunjukan “Kuzkina Mat” (idiom Rusia yang berarti ingin menghajar seseorang) kepada seluruh dunia. Hingga saat ini istilah tersebut masuk dalam daftar aforisme yang paling disukai masyarakat.
Namun beberapa peristiwa terakhir dalam kehidupan sosial dan politik Rusia menunjukkan bahwa seberapa eksentriknya kepribadian Khrushchev, hasil keputusan yang telah ia ambil masih dirasakan oleh Rusia hingga saat ini.
Menurut Direktur Badan Arsip Sejarah Sosial dan Politik Negara Rusia Andrey Sorokin, era pemerintahan Khrushchev merupakan masa yang berkesan bagi Uni Soviet. “Khrushchev telah mengantisipasi banyak hal yang harus dihadapi oleh masa pemerintahan Gorbachev, termasuk perestroika (restrukturisasi negara),” tambah Sorokin yang merupakan salah satu panitia penyelenggara pameran. Menurut Sorokin, isu yang Khrushchev coba selesaikan ketika menjabat sebagai sekjen Partai Komunis kembali mencuat setelah 25 tahun ia diberhentikan.
Periode Ukraina dan Penyerahan Krimea
Salah satu tema besar dalam pameran tersebut adalah peran Khrushchev dalam sejarah hubungan Rusia dengan Ukraina. Dalam keputusan resmi yang ditunjukan pada pameran tersebut, alasan utama penyerahan Krimea ke Ukraina adalah karena ‘keadaan ekonomi masyarakat, kedekatan wilayah, serta hubungan budaya dan ekonomi yang erat’. Pada saat yang sama, dokumen-dokumen lain menunjukan bahwa Khrushchev menyerahkan Krimea atas keinginan pribadinya, sebagai hadiah kepada mitra lama dari kepemimpinan Republik Sosialis Soviet Ukraina. Dalam pameran tersebut, ada pula klarifikasi asli dari anak laki-laki Khrushchev yang mengatakan bahwa Krimea masuk ke wilayah Ukraina berdasarkan kebutuhan organisasi, dengan alasan utamanya untuk mempermudah pasokan air ke semenanjung tersebut.
Kebijakan Luar Negeri dan Peningkatan Ketegangan di Dua Kutub Dunia
Tema lain yang menjadi perhatian khusus dalam pameran tersebut ialah mengenai kebijakan luar negeri Khrushchev. “Khrushchev adalah pemimpin Soviet pertama yang menilai kebijakan luar negeri sebagai kegiatan sosial. Ia memberi terobosan di banyak hal dalam bidang tersebut. Tujuan utama kebijakan luar negeri Khrushchev tergambar dalam pernyataannya kepada Kennedy, yakni ‘Uni Soviet juga merupakan negara adidaya’,” terang Sorokin.
Dari benda-benda yang dipamerkan, dapat ditelusuri bagaimana Khurshchev telah memperkuat pengaruh Uni Soviet terhadap negara-negara yang terlibat dalam Perjanjian Warsawa. Telegram ucapan selamat dari para pemimpin negara-negara tersebut, serta berbagai foto bersama dengan Khurshchev menunjukan hubungan sang pemimpin Soviet dengan kepala negara-negara itu. Namun ada pula dokumen yang menunjukan beberapa kesalahan serius, bahkan tragis, dalam kebijakan yang diterapkan Khurshchev terhadap sekutu Uni Soviet. Salah satunya adalah rekaman percakapan Khrushchev dengan pemimpin Polandia. Dalam rekaman tersebut, ia mengancam akan melakukan ‘campur tangan secara kasar’ dalam urusan negara Polandia jika mereka tidak memenuhi tuntutannya. Perintah invasi pasukan Soviet ke Hungaria juga merupakan sebuah langkah yang memperkuat ketegangan di antara dua kutub kekuatan dunia.
Kebijakan tegas dan tanpa kompromi milik Khrushchev di negara-negara yang berkiblat sosialis menyebabkan munculnya sebuah momen paling menegangkan sepanjang sejarah hubungan Uni Soviet dan AS, yakni krisis rudal Kuba. Pameran tersebut memberi kesempatan kepada para pengunjung untuk merasakan suasana mencekam kala itu. Dalam telegram rahasia dari Duta Besar Uni Soviet di Washington, tertulis bahwa setelah pemasangan roket Soviet di Kuba, badan keamanan AS langsung membuat rencana pelaksanaan dan persiapan evakuasi darurat Presiden AS, para petinggi negara, serta para menteri utama, ke tempat rahasia yang berjarak 480 kilometer dari Washington.
Pameran 12 Pencapaian Putin, Sandingkan Putin dengan Herkules
Lima Senjata Terbaru Militer Rusia: Triumf, Taifun, dan Tablet
Tiga Pesawat Amfibi Paling Inovatif Milik Rusia
Trem Baru Rusia, Trem ‘Luar Angkasa’
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda