Alexandra (kiri) dan Tatiana, dua mahasiswi tahun ketiga di jurusan Ekonomi Indonesia, Institut Studi Asia dan Afrika Universitas Negeri Moskow, yang kini sedang belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia
RBTH (R): Saat ini kalian sedang belajar di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Bagaimana pendapat kalian mengenai sistem perkuliahan di Indonesia, khususnya Universitas Indonesia?
Tatiana (T): Saya sangat suka sistem kuliah di Indonesia. Dosen dan mahasiswa banyak berdiskusi selama kelas berlangsung, jadi di sini dosen tidak hanya ceramah selama jam kuliah. Terkadang ada mahasiswa yang berbagi opini mengenai suatu hal, ada yang bertanya pada dosen dan kemudian dosen membentuk suasana diskusi yang kondusif, membahas masalah, dan yang sangat menarik mereka mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari.
Alexandra (A): Satu hal yang menurut saya sangat berbeda dibanding kuliah di Rusia. Di sini, ketika selesai presentasi, orang-orang benar-benar bertanya sesuatu, sedangkan di Rusia, setiap masuk ke sesi tanya-jawab, biasanya semua orang akan diam. Atau kemungkinan orang-orang hanya akan bertanya hal-hal yang kurang penting. Lain halnya dengan di Indonesia, orang-orang bertanya untuk menggali lebih dalam topik yang kita bahas. Kadang, itu bisa menjadi pertanyaan yang cukup menjebak, tapi itu membuat kita tertantang untuk menjawabnya. Saya jamin di Rusia tidak ada yang akan bertanya seperti itu. Saya tidak tahu mengapa, tapi itulah yang terjadi.
R: Bagaimana dengan biaya hidup di Indonesia, khususnya di Jakarta, dibanding dengan di Moskow?
T: Jika mahasiswa asing mau makan nasi goreng setiap hari maka biaya hidup di sini sangatlah murah. Namun, akan menjadi sangat mahal jika dia mau hidup seperti orang Eropa. Jadi, kalau kami mau hidup seperti “mahasiswa”, sebetulnya kami bisa seperti “raja” di sini. Tapi kalau kami ingin hidup layaknya jadi orang normal Eropa, kami harus mengeluarkan lebih banyak uang.
A: Itu benar, tapi saya terkejut bahwa harga kebutuhan pokok di supermarket, seperti buah-buahan, roti, daging, dan sebagainya agak lebih mahal dibanding dengan di Rusia. Namun, tarif taksi di sini sangat murah.
R: Hambatan apa saja yang kalian temui selama tinggal di Indonesia?
Alexandra Aleshina. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia |
A: Kami sangat sulit berjalan kaki di sini. Di Rusia, kami sangat sering pergi ke luar dengan berjalan kaki, dan itu sangat menyenangkan. Sementara di Indonesia, itu sangat sulit. Seringkali di trotoar pun ada pedagang kaki lima sehingga kita sulit berjalan.
T: Menyeberang jalan juga sangat sulit. Di Depok situasinya agak lebih baik, ketika lampu merah menyala orang-orang masih bisa menyeberang di zebra cross. Namun, tahun lalu ketika saya di Bali, saya pernah sama sekali tidak bisa menyeberang bahkan saat lampu merah menyala karena mobil dan motor tak mau berhenti. Di Rusia, sebetulnya orang-orang juga tidak terlalu patuh pada peraturan, tapi tidak seperti ini.
R: Banyak orang asing yang kesulitan beradaptasi dengan makanan Indonesia, bagaimana dengan kalian?
A: Orang-orang selalu bilang bahwa makanan di Indonesia sangat pedas. Tapi menurut kami itu tidak sepenuhnya benar. Memang ada beberapa yang sangat pedas, seperti ayam penyet dan sambal yang sangat pedas. Namun, biasanya sambal itu diletakan di pinggir nasi, jadi kita tidak harus mengaduknya dengan nasi jika tidak suka pedas.
Selain itu, di Indonesia semua orang makan nasi. Mungkin makan nasi di Indonesia sama seperti makan roti bagi orang Rusia. Orang Rusia tidak bisa lepas dari roti. Saya sebetulnya biasa saja, tapi sebagian besar orang Rusia pasti makan roti. Saya suka kentang, walau tidak seperti orang-orang makan nasi di sini. Oh iya, dan di sini nasi selalu dicampur dengan hidangan lain.
T: Di Indonesia, hampir semua makanan dilengkapi sambal atau saus, bahkan di McDonald’s. Sekarang kami sudah terbiasa, walau kadang sangat lucu jika kita meminta untuk tidak memasukan sambal di sandwich, misalnya, tapi ternyata mereka tetap memasukkan sambal di dalamnya!
Sebetulnya di Rusia, kami juga makan nasi, tapi kami tidak membuat nasi pulen seperti di Indonesia. Nasi di Rusia lebih kering, seperti ketika kita makan nasi goreng.
R: Menurut kalian, hal apa yang menarik dari Indonesia?
Tatiana Filatova. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia |
T: Segala hal mengenai Indonesia sangat unik dan menarik. Bagi kami, orang Rusia, kami terbiasa dengan cuaca dingin. Tapi ketika kami di Indonesia dan kami pergi ke mall, kami merasa, “Ya Tuhan! Ini sangat dingin!”, jadi ini sangat aneh karena kami merasa AC di sini sangat dingin. Kami kadang harus pakai jaket di dalam mall karena sangat dingin, sedangkan di Rusia kami melakukan sebaliknya.
A: Bagi kami juga agak aneh semua orang memanggil kami bule, dan meyebut 'mister' pada teman-teman pria kami. Tapi secara umum, orang-orang di sini sangat ramah dan benar-benar bersedia membantu ketika kami bertanya, dan sebagainya. Meski, kami melihat ada dua macam tipe orang yang berbeda, yaitu orang yang benar-benar ingin membantu dan orang-orang yang melihat kami ‘berbeda’. Tapi kami sangat menikmati berada di sini.
R: Saat ini kalian belajar di jurusan Ekonomi Indonesia. Pekerjaan seperti apa yang ingin kalian tekuni setelah lulus kuliah nanti?
T: Saya sangat ingin bekerja di bidang ekonomi di sebuah perusahaan, dan jika dari sana saya bisa pindah ke Indonesia, tentu itu sangat menyenangkan. Namun, bukan berarti saya mau tinggal di Indonesia selamanya. Bukan karena saya tidak suka Indonesia, tapi karena saya merasa lebih nyaman di negara saya.
Februari mendatang saya akan mencoba magang di sebuah perusahaan multinasional. Bulan Mei lalu ada semacam pertemuan di perusahaan ini dan mereka bertanya jika alasan kita mendaftar supaya bisa pindah ke cabang-cabang perusahaan mereka yang ada di negara-negara lain, mereka bilang itu sangat memungkinkan dan mereka akan mengirim kita, termasuk ke Indonesia. Jadi, saya akan mencobanya dan melihat apakah saya suka dengan pekerjaan tersebut. Jika saya suka, saya mungkin akan melanjutkannya sebagai pekerjaan tetap saya di masa depan, dan mungkin suatu hari nanti kembali ke sini.
A: Sama seperti Tatiana, saya tidak akan tinggal di sini selamanya, tapi saya senang jika bisa bergabung dengan suatu proyek yang bekerja sama dengan Indonesia. Saya pernah terpikir ingin memulai sebuah bisnis internasional dengan Indonesia karena sebetulnya negara kita punya banyak kesamaan. Mungkin ini terdengar aneh bagi orang Indonesia dan orang Rusia sendiri, karena kita tinggal berjauhan, satu jauh di utara, dan satu lagi di khatulistiwa.
R: Kesamaan seperti apa yang dimiliki Rusia dan Indonesia?
T:Indonesia dan Rusia adalah sama-sama negara yang besar. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, Rusia adalah negara terbesar di dunia, kita berdua sama-sama punya banyak etnis, kita pernah punya hubungan historis di masa lalu. Selain itu, orang Rusia sangat senang menerima tamu, dan saya lihat orang Indonesia juga begitu, sangat ramah dan terbuka.
A: Menurut saya, orang-orang di sini sangat mudah akrab satu sama lain. Sebetulnya orang-orang Eropa juga bersahabat, tapi saya merasa mereka tidak benar-benar menganggap kita sebagai teman baik mereka. Di Indonesia dan Rusia, jika kita sudah mengenal dan menjalin hubungan pertemanan dengan seseorang dalam waktu yang sangat lama, dia akan menjadi teman baik kita.
Selain itu, saya pikir, baik di sini maupun di Rusia—maaf harus saya katakan ini—saya melihat bahwa di sini ada kecenderungan untuk menganggap masalah hukum sebagai hal yang kurang penting. Orang-orang sepertinya lebih mengedepankan nilai-nilai etika dan moral daripada hukum, dan di Rusia ada banyak yang seperti itu.
R: Bagaimana pandangan kalian mengenai hubungan Rusia dan Indonesia saat ini? Dan bagaimana prospek hubungan kedua negara di masa depan?
T: Kita tahu saat ini Indonesia punya beberapa Sukhoi. Selain itu, ada beberapa mahasiswa Indonesia yang saat ini kuliah di Rusia dan begitu juga sebaliknya. Sebetulnya, Rusia mengimpor furnitur kayu Indonesia, tapi itu semacam furnitur mewah dan tidak ada tahu bahwa itu adalah produk Indonesia.
Saya pikir, dalam hal ini, baik Indonesia maupun Rusia harus meningkatkan arus informasi antara kedua negara dan menunjukkan kebudayaannya masing-masing.
A: Kebanyakan penduduk dari kedua negara ini tidak begitu tahu tentang Rusia dan Indonesia. Bagi orang Indonesia, misalnya, orang-orang tahu Rusia sebagai negara besar dan dingin, Putin adalah presidennya, dan beberapa masih mengasosiasikannya dengan Uni Soviet, bahkan ada yang berpikir bahwa Uni Soviet masih ada. Sementara bagi orang Rusia, banyak yang hanya tahu mengenai Bali, tapi mereka tidak tahu bahwa Bali adalah bagian dari Indonesia. Jadi mereka berpikir Bali adalah sebuah negara terpisah.
Salah satu satu teman kami yang merupakan lulusan Universitas Negeri Moskow dan berasal dari jurusan yang sama dengan kami, Ekonomi Indonesia, kini tinggal di Jakarta. Dia mempunya bisnis yang saya pikir sangat aneh. Jadi, dia di sini mengimpor saringan Rusia. Saya tidak tahu apakah ini cukup lazim bagi orang Indonesia, tapi kenyataannya dia sangat sukses. Jadi, menurut saya, kita harus menemukan bidang-bidang bisnis lain untuk bekerja sama, hanya saja kadang kita tidak tahu, tapi saya yakin ada banyak bidang yang potensial untuk dijadikan proyek bersama antara kedua negara.
Pemprov Kalimantan Timur Kirim 50 Siswa ke Rusia untuk Pelajari Ilmu Rel Kereta Api
Sepuluh Takhayul Ujian yang Dipercaya Siswa Rusia
Rektor RUDN: Rusia Punya Jaminan Kualitas Pendidikan
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda