Kehidupan Para Pembunuh Tsar Terakhir Rusia, Bergelimang Hormat dan Penghargaan

Nicholas II Romanov dan istrinya Alexandra bersama anak-anaknya (dari kiri ke kanan): Alexei, Maria, Tatiana, Olga, Anastasia. Foto: Getty Images/Fotobank

Nicholas II Romanov dan istrinya Alexandra bersama anak-anaknya (dari kiri ke kanan): Alexei, Maria, Tatiana, Olga, Anastasia. Foto: Getty Images/Fotobank

Hingga saat ini, 96 tahun sejak pembunuhan Tsar terakhir Rusia Nicholas II, kita masih tidak tahu berapa banyak orang yang sebenarnya terlibat peristiwa tersebut.

Ada laporan yang mengklaim pelaku berjumlah delapan orang; sementara laporan lain menyatakan pelaku berjumlah 11 orang, satu pelaku membunuh satu anggota keluarga kaisar. Belum ada kepastian laporan mana yang benar, yang jelas kelompok pembunuh ini dipimpin oleh dua orang, yakni Yurovsky dan Medvedev-Kudrin. Setelah melakukan pembunuhan, kedua pelaku menulis memoar yang menceritakan secara rinci malam pembunuhan Nicholas II. Keduanya sangat bangga atas peran mereka dalam sejarah Rusia. Mereka dianugerahi berbagai penghargaan, memegang pekerjaan penting hingga ajal menjemput, dan mendapat penghormatan dari para warga Soviet.

Dalam proses pembunuhan tersebut, Yakov Mikhaylovich Yurovsky (1878-1938) bertugas sebagai pengawas Gedung Ipatyev di Sverdlovsk, tempat keluarga kekaisaran ditahan oleh pemerintah Soviet. Ia juga memimpin pasukan penembak. Yurovsky mengklaim bahwa ia sendiri yang menembakan peluru yang membunuh sang Tsar. Keterlibatan Yurovsky, yang merupakan seorang Yahudi, dalam pembunuhan kaisar terakhir Rusia ini memunculkan protes “Tsar kita telah dibunuh oleh orang asing” dari kaum nasionalis. Namun, pada kenyataannya, hanya ada dua “orang asing” dalam kelompok pembunuh itu: Yurovsky dan Tselms, seorang asal Latvia yang keterlibatannya dalam pembunuhan pun diragukan oleh banyak pihak.

Yakov Mikhaylovich Yurovsky. Foto: Press Photo

Yurovsky adalah seorang penjual perhiasan. Pada malam pembunuhan, ia berusaha mencari permata-permata milik sang Tsar. Ia pun berhasil; setelah menggeledah mayat para istri Tsar, Yurovsky menemukan sekitar delapan kilogram perhiasan menempel di pakaian mereka. Yurovsky kemudian menyerahkan semua temuannya pada pengawas Kremlin. Meski mereka tersohor tak kenal ampun, orang-orang Bolshevik generasi pertama pada umumnya memang tidak tertarik pada uang.

Setelah itu, Yurovsky kemudian ditunjuk menjadi pemimpin Komite Darurat Daerah Ural (pendahulu NKVD Soviet yang kemudian menjadi KGB), Kepala Direktorat Emas Cadangan Negara, dan Kepala Museum Politeknik di Moskow. Semua ini adalah posisi yang sangat senior di tahun-tahun pertama Soviet yang penting secara strategis.

Pada 1939, Yurovsky meninggal di Rumah Sakit Kremlin, rumah sakit yang hanya melayani pejabat pemerintah yang paling senior. Ia meninggal akibat perforasi borok pada usus dua belas jari. Menurut saksi mata, ia meregang nyawa dengan kesakitan yang amat sangat.

Beberapa pembunuh Tsar tetap berteman di sisa hidupnya, dan kerap saling mengundang makan malam. Yurovsky, Goloshchekin, dan Medvedev (yang juga bagian dari pasukan penembak) kadang membicarakan pembunuhan mereka sambil minum teh. Mereka sangat suka berdebat tentang siapa yang menembak pertama kali pada malam itu. Suatu kali, Yurovsky datang ke sebuah pesta dengan suasana hati yang gembira. Ia baru saja menerima buku yang diterbitkan di Barat, yang mengatakan dengan jelas bahwa ialah yang membunuh Nicholas II. Ia senang bukan kepalang.

Mikhail Aleksandrovich Medvedev-Kudrin. Foto: Press Photo

Mikhail Aleksandrovich Medvedev-Kudrin (1891-1964) juga menduduki beberapa jabatan senior setelah revolusi Bolshevik. Ia bertugas selama beberapa waktu sebagai Asisten Kepala Direktorat ke-1 NKVD. Pada periode 1930-an, ia berkeliling ke universitas dan perguruan tinggi provinsi di Soviet, menceritakan pada para mahasiswa mengenai pembunuhan sang Tsar. Pada akhir 1950-an, ia menerima pensiun pribadi sejumlah 4.500 rubel, nilai sangat besar untuk saat itu. Dalam pertemuan dengan mahasiswa hukum di Universitas Negeri Moskow, ia mengenang dengan penuh nostalgia kejadian tahun 1918, ketika ia dan teman-teman Bolshevik-nya harus menghemat peluru dan menggunakan bayonet untuk menghabisi musuh kelas pekerja.

Medvedev akhirnya mendapat pangkat militer Kolonel. Sebelum meninggal, ia menulis sebuah memoar yang terperinci mengenai pembunuhan keluarga kekaisaran Rusia. Manuskrip ini, yang berjudul "Angin Bengis”, diperuntukkan bagi pemimpin Soviet pada waktu itu, Nikita Khrushchev, tapi tidak pernah diterbitkan. Dalam memoar itu, Medvedev mempersoalkan peran penting Yurovsky dalam pembunuhan keluarga kekaisaran, dan berkeras bahwa ialah yang membunuh sang Tsar.

Ia dikuburkan dengan penghormatan militer di Novodevichye, Moskow, area permakaman paling prestisius di Rusia. Dalam surat wasiatnya, Medvedev mewariskan pistol Browning yang digunakan untuk menembak Nicholas II pada Nikita Khrushchev.

Setelah kematian Medvedev, anak laki-lakinya membujuk anak laki-laki Nikulin untuk bersaksi tentang peristiwa pada malam pembunuhan keluarga kekaisaran dengan pernyataan lisan yang direkam di sebuah studio radio. Nikulin diyakini tidak melihat penembakan itu dan hanya melihat mayat-mayat keluarga kekaisaran setelah mereka ditembak. Namun, dalam rekaman tersebut anak laki-laki Nikulin berkata, "Saya ingat pada 1936, ketika saya masih kecil, Yakov Mikhaylovich Yurovsky sering berkunjung dan menulis sesuatu. Saya ingat ia mendiskusikan sesuatu dengan ayah saya, bahkan kadang berdebat, mengenai siapa yang pertama kali menembak Nicholas. Ayah saya berkata ialah penembak pertama, tetapi Yurovsky menyatakan itu tidak benar".

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki